Mohon tunggu...
Sukir Santoso
Sukir Santoso Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan guru yang suka menulis

Peduli pada bidang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya. Saya merasa tertarik untuk memahami manusia, bagaimana mereka belajar, serta bagaimana pengalaman budaya dan seni dapat memengaruhi mereka. Saya sangat peduli dengan kesejahteraan sosial dan keadilan, dan mencari cara untuk menerapkan pemahaman tentang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya untuk membuat perubahan positif dalam dunia ini.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perlunya Memberikan Atribusi Positif pada Seseorang

7 Mei 2023   10:37 Diperbarui: 7 Mei 2023   10:40 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah Pygmalion adalah sebuah cerita dari mitologi Yunani kuno yang menceritakan tentang seorang pematung yang sangat jenius dan mahir bernama Pygmalion. Pygmalion adalah seorang pria yang sangat kesepian dan tidak tertarik pada wanita di sekitarnya, karena ia merasa bahwa mereka tidak sebanding dengan keindahan patung yang telah ia ciptakan.

Pygmalion menghabiskan banyak waktu dan usahanya untuk membuat sebuah patung yang sangat indah dan sempurna, yang ia namai Galatea. Pygmalion sangat jatuh cinta pada patungnya dan merasa bahwa patung tersebut sangat hidup, meskipun sebenarnya hanya terbuat dari marmer.

Setiap harinya, Pygmalion berbicara pada patungnya dengan penuh cinta dan kasih sayang, berharap bahwa patung tersebut akan menjadi nyata dan hidup seperti manusia. Namun sayangnya, permohonannya tidak pernah terkabul, sehingga ia terus hidup sendirian dan kesepian.

Suatu hari, Pygmalion pergi ke kuil Aphrodite, dewi kecantikan dan cinta, untuk memohon bantuan. Ia meminta dewi Aphrodite untuk memberikan kehidupan pada patung Galatea, agar ia dapat menjadi nyata dan hidup seperti manusia.

Dewi Aphrodite merasa tergerak oleh permohonan Pygmalion, dan merespon doa tersebut dengan memberikan kehidupan pada patung Galatea. Ketika Pygmalion kembali ke rumah dan melihat patungnya, ia sangat terkejut dan takjub karena Galatea sudah menjadi manusia yang cantik dan sempurna.

Pygmalion dan Galatea jatuh cinta satu sama lain, dan akhirnya mereka menikah dan hidup bahagia selama bertahun-tahun. Kisah Pygmalion dan Galatea menjadi legenda dan dijadikan sebagai simbol keajaiban cinta dan kekuatan seni.

Atribusi Positif

Satu contoh dari kisah Pygmalion tentang atribusi positif. Suatu hari ada orang yang hendak membeli patung karyanya  dengan menawar-nawar dengan telaten akan harganya. Teman-teman Pygmalion memberikan atribusi negatif dengan menyebut, "betapa kikirnya orang ini", namun Pygmalion berbeda dengan teman-temannya, dan bilang, "barangkali ia sedang membutuhkan uang lebih untuk keperluan yang lain"

Sikap positif terhadap orang lain dapat membantu kita melakukan atribusi yang lebih positif dan adil. Bahkan ketika kita tidak begitu mengenal seseorang, sikap dan pandangan positif kita terhadap manusia pada umumnya dapat membantu kita dalam memberikan atribusi yang lebih positif dan fair pada orang tersebut.

Pygmalion memang merupakan sosok yang memiliki sikap dan pandangan positif terhadap manusia. Dia memandang patungnya sebagai sesuatu yang indah dan memiliki potensi untuk menjadi lebih, dan akhirnya patung tersebut berubah menjadi manusia yang cantik dan menjadi istrinya. Sikap Pygmalion dalam memandang patungnya sebagai sesuatu yang indah dan memiliki potensi yang besar dapat dijadikan contoh dalam cara kita memandang dan memberikan atribusi pada orang lain.

Contoh tentang atribusi kepada pembeli patung karya Pygmalion yang disebutkan juga menunjukkan bagaimana sikap positif dapat membantu kita memberikan atribusi yang lebih baik pada orang lain. Dalam contoh tersebut, Pygmalion tidak memandang orang tersebut sebagai kikir, melainkan memahami bahwa mungkin saja orang tersebut sedang membutuhkan uang untuk keperluan lain. Dengan begitu, Pygmalion tidak terjebak dalam prasangka negatif dan mampu memberikan atribusi yang lebih positif dan adil pada orang tersebut.

Atribusi negatif

Lain kisah, ketika pelawak Marwoto Kawer mengatakan bahwa anaknya, Ariyo, baru saja diwisuda doktor di School Of Biological Sciences The University Adelaide Australia. Dan Ariyo sah sandang gelar Ph.D. Masyarakat menganggap itu hanya banyolan saja, karena masyarakat sudah membentuk pada persepsi mereka bahwa Marwoto sebagai tukang mbanyol. Padahal dia mengatakan sebenarnya, bukan sedang melawak. Maka itulah pentingnya memberikan atribusi positif kepada seseorang.

Penutup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun