Mohon tunggu...
Sukir Santoso
Sukir Santoso Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan guru yang suka menulis

Peduli pada bidang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya. Saya merasa tertarik untuk memahami manusia, bagaimana mereka belajar, serta bagaimana pengalaman budaya dan seni dapat memengaruhi mereka. Saya sangat peduli dengan kesejahteraan sosial dan keadilan, dan mencari cara untuk menerapkan pemahaman tentang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya untuk membuat perubahan positif dalam dunia ini.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perlunya Memberikan Atribusi Positif pada Seseorang

7 Mei 2023   10:37 Diperbarui: 7 Mei 2023   10:40 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membantu kita memahami perilaku kita sendiri. Selain memahami perilaku orang lain, teori atribusi juga membantu kita memahami perilaku kita sendiri dan bagaimana kita memandang diri kita sendiri. Dalam melakukan atribusi, kita dapat mengevaluasi dan memperbaiki perilaku kita sendiri berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhinya.

Membantu kita mengatasi kesalahan atribusi. Dalam melakukan atribusi, kita dapat melakukan kesalahan dalam menentukan faktor apa yang memengaruhi perilaku seseorang. Dengan memahami teori atribusi, kita dapat mengenali kesalahan atribusi dan memperbaiki cara kita memberikan atribusi atas perilaku orang lain.

Dengan memahami teori atribusi dan bagaimana cara kita memberikan atribusi atas perilaku orang lain, kita dapat memahami dan merespons perilaku orang lain dengan cara yang lebih baik. Hal ini dapat meningkatkan hubungan sosial kita dengan orang lain dan membantu kita membangun interaksi yang lebih positif dan efektif.

Berarti atribusi yang benar atau positip, adalah bagaimana kita menjelaskan perilaku orang lain. Mengapa dia kok begini dan kenapa dia begitu, apakah terlebih dulu sudah memiliki cukup informasi tentang orang itu. Jadi sudah semacam kenal betul dengannya. Misal sudah mengetahui ciri sifat orangnya, atau memahami kebiasaan dirinya, entah yang dianggap oleh kita itu kebiasaan baik atau buruk, atau dapat terjadi spontan begitu saja karena ada pemahaman dalam diri kita sendiri, bahwa jika ada perilaku seseorang  begini atau begitu, maka itu karena dia bla bla bla (dengan menjelaskan dinamikanya.)

Bila prasangka, hal itu  berangkat dari kekurang pemahaman diri kita tentang orang lain yang kita persepsi itu dan kemudian segera memberikan stempel padanya. Atau berdasarkan pengalaman interaksi kita di masa sebelum dengan "orang sejenis" dengannya.

Atribusi spontan memang bisa terjadi tanpa disadari, tetapi kita dapat melanjutkan proses atribusi tersebut dengan lebih cermat dan teliti, untuk memahami lebih dalam faktor-faktor apa yang memengaruhi perilaku orang tersebut.

Jika atribusi spontan, kita cenderung negatif terhadap seseorang, misalnya kita menganggap bahwa seseorang terlambat datang karena dia malas atau tidak memperhatikan waktu, maka kita harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam prasangka negatif terhadap orang tersebut. Sebagai gantinya, kita perlu mencoba untuk menggali lebih dalam mengenai faktor-faktor apa yang memengaruhi keterlambatan orang tersebut, seperti apakah ada masalah di rumah atau di tempat kerja, atau apakah ada kendala dalam perjalanannya.

Dengan demikian, kita dapat mencegah terjadinya kesalahan atribusi dan prasangka negatif yang tidak adil terhadap orang lain. Sebagai manusia, kita tidak dapat menghindari melakukan atribusi, tetapi kita dapat memperbaiki cara kita melakukan atribusi dan mengambil keputusan yang lebih bijak dan adil terhadap orang lain. Ya betuul sekali. Atribusi spontan memang bisa terjadi tanpa disadari, tetapi kita dapat melanjutkan proses atribusi tersebut dengan lebih cermat dan teliti, untuk memahami lebih dalam faktor-faktor apa yang memengaruhi perilaku orang tersebut.

Taruh kata, kita itu tidak atau kurang kenal dengan seseorang  yang kita lihat sedang berperilaku, Namun karena dalam diri kita itu cenderung memiliki sikap dan cara pandang positif terhadap orang lain, tentu dalam memberi atribusi, bahkan prasangka sekalipun, semestinya akan lebih positif atau fair atau setara (equal).

KISAH PYGMALION

Kita jadi ingat mitologi Yunani tentang sosok Pygmalion yang memiliki sikap dan cara pandang positif. Bagaimana dalam mempersepsi dan kemudian menghakimi orang lain secara lebih positif.

Mari kita sedikit menyimpang dari atribusi untuk mengenal tokoh Pygmalion.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun