Ketika Belanda melancarkan Agresi Militer II di Yogyakarta sebagai ibu kota negara, Slamet Riyadi berhasil mengusir Belanda di Surakarta dalam pertempuran yang berlangsung dari tanggal 7 hingga 10 Agustus 1945.
Pada 10 Juli 1950 kolonel yang masih berusia 23 tahun itu ditugaskan sebagai bagian dari Operasi Senopati untuk membasmi pemberontakan RMS di Maluku.
Untuk merebut kota Ambon Kolonel Slamet Riyadi membagi pasukannya menjadi dua bagian. Bagian pasukan yang dipimpinya sendiri menyerang dari arah pantai timur, sedang yang sebagian lainnya menyerang dari pantai utara. Dengan mudah Slamet Riyadi berhasil mengambil alih pantai timur dan mendaratkan banyak tentara infanteri dan kendaraan lapis baja.
Pada tanggal 3 November 1050, pasukan Kolonel Slamet Riyadi Bersama pasukan Kolonel Kawilarang  ditugaskan untuk merebut benteng Victoria di kota Ambon. Setelah berhasil melewati hutan bakau dan berkali-kali mendapatkan berondongan senapan dari para pemberontak akhirnya dapat mencapai benteng Victoria pada tanggal  4 November tahun 1950. Kemudian terjadilah pertempuran sengit dengan tentara pemberontak.
Ketika Kolonel Slamet Riyadi menaiki tank menuju markas RMS tembakan senapan mesin menghujaninya. Berondongan tembakan itu menembus baju anti-peluru dan perutnya. Karena luka-lukanya, ia dilarikan ke rumah sakit kapal di perairan Tulehu. Dokter tak berhasil mengobati luka-lukanya dan Kolonel Slamet Riyadi gugur.
Dengan gugurnya Kolonel Slamet Riyadi pemerintah memberikan kenaikan pangkat menjadi Brigadir Jenderal Anumerta.
Dan pada 9 November 2007, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahi Rijadi gelar Pahlawan Nasional Indonesia, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 66 Tahun 2007.
Dirangkum dari berbagai Sumber.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H