Wali siswa pasti ada yang bertanya -tanya apakah nilai rapor itu sebagai gambaran sebenarnya dari kondisi kemampuan siswa atau cuma nilai "kepalsuan". Karena kami pernah menanyakan ke salah satu orang tua bahwa putranya tidak pernah belajar sama sekali di rumah. Kalau malam pasti keluar malam, dan terkadang pagi hari mengantuk, lalu mohon izin tidak masuk sekolah. Eeh ternyata nilai di rapor bagus-bagus semua, tidak ada nilai di bawah 70.
Kedua
Prestasi siswa sangat tergantung dengan literasi. Sekolah memiliki jumlah, kualitas dan variasi jenis buku yang sangat terbatas. Wali siswa sebaiknya diberi kesempatan ikut andil secara maksimal tentang pengadaan buku. Buku yang selama ini disediakan hanya mengandalkan anggaran minim dari BOS dan BOP. Padahal biaya tersebut tersedot ke bagian yang lain. Akhirnya program literasi sekolah kurang bisa berjalan optimal.
Ketiga
Jenis seragam diserahkan ke orang tua siswa. Sekolah tidak memungut biaya seragam sama sekali. Akhirnya jenis seragam bervariasi dan terkesan tidak rapi alias "ting celoneh". Apalagi seragam olah raga. Seragam olah raga saat di SMP masih dipakai para siswa, juga ukurannya tidak pas, maka terkesan "ting pecotot".
Keempat
Program kunjungan ke kampus dan studi lapangan ke kampus dan ke tempat bersejarah tidak terlaksana. Padahal tahun-tahun sebelumnya para siswa sekolah kami sering berkunjung ke kampus-kampus, ke musium sangiran, monumen pers, mangkunegaran dsb. Setelah ada program tanpa pungutan di dunia pendidikan , kegiatan positif tersebut tidak berjalan.
Kelima
Partisipasi dalam kegiatan lomba semakin tidak optimal. Persiapan lomba jelas butuh biaya. Biaya tersebut meliputi biaya konsumsi peserta lomba, guru pembimbing dan biaya perlengkapan, bahan, dan materi pendukung. Keikutsertaan lomba bisa berjalan sukses kalau siswanya dipersiapkan secara matang. Kegiatan lomba sebenarnya kurang bisa berjalan sukses jika biaya perlengkapan sangat minim.
Sebagai penutup tulisan ini. Bahwa pembiayaan Pendidikan tanpa pungutan jelas ada kelemahannya dan kelebihannya. Namun, kita rakyat awam diajarkan mengambil sisi positifnya saja . Pemerintah sudah berusaha mengambil kebijakan dengan perhitungan. Pro kontra pasti ada. Pasti tidak mungkin semua kebijakan pemerintah menguntungkan semua pihak. Kita diajak legowo dalam menghadapi kelemahan dan kelebihan. Pemerintah sudah mempertimbangkan, maka diambil “win-win solution”, demi kebaikan bersama. Pokoknya kita harus semangat untuk turut andil mencerdaskan bangsa kita. Tanggung jawab untuk mencerdaskan anak bangsa bukan hanya dibebankan segelintir orang atau pemerintah saja . Kita rakyat biasa harus berpartisipasi, berkontribusi untuk meraih kesuksesan generasi masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H