Mohon tunggu...
Sukarja
Sukarja Mohon Tunggu... desain grafis, blogger, -

Pemulung kata-kata. Pernah bekerja di Kompas Gramedia. Maskarja.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Balada "Operasi Plastik", Pentas Teater yang Mengusir Ratna Sarumpaet dari Panggung

4 Oktober 2018   21:27 Diperbarui: 5 Oktober 2018   06:55 1197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cuitan Rachel Maryam/Tempo.co

Jika kita mau berandai-andai. Bisa jadi, Ratna enggan mengatakan dirinya telah melakukan operasi plastik di RS Bina Estetika. Mungkin, karena merasa sudah tua, jadi merasa malu jika harus berterus terang. Apalagi jika suaminya yang bertanya. Karen itu, RAtna juga tidak melaporkannya ke pihak Kepolisian, karena memang tidak ada yang harus dilaporkan.

Nah, masalahnya, kenapa berita soal wajahnya yang lebam harus disebarluaskan di sosial media, tanpa menanyakan lebih lanjut, atau bahkan memeriksanya lebih teliti. 

Semua orang tahu, Ratna Sarumpaet, adalah sosok pemberani, tegas, bahkan kalau berdebat tidak mudah untuk dikalahkan. Sebagai sosok yang keras, apa mungkin dia tidak melakukan perlawanan ketika dianiaya? Setidaknya, ada bagian tubuh lain yang terluka, misal tangan atau bagian tubuh lainnya. Di zaman Orba saja, Ratna berani menentang penguasa otoriter rezim Suharto, apa lagi sekarang! 

Cuitan Rachel Maryam/Tempo.co
Cuitan Rachel Maryam/Tempo.co
Sangat mengherankan jika Prabowo tidak bisa membedakan antara lebam akibat pukulan dan lebam akibat operasi plastik. Bahkan, Hanum Rais yang seorang dokter, juga tidak bisa membedakannya. Dalam kicauan Twitternya, putri Amien Rais itu menyebut kapasitasnya sebagai dokter, meyakini Ratna Sarumpaet sebagai korban pemukulan.

Kita jadi ingat dengan Pilpres 2014 lalu, dimana ketika itu ada Tabloid Obor Rakyat yang sengaja disebar di beberapa wilayah  yang menjadi kantong-kantong pendukung Jokowi-JK. Isi berita Obor Rakyat cenderung mendiskreditkan bakal calon presiden Jokowi, dan cenderung fitnah atau hoax. Secara struktural, keberadaan Obor Rakyat bukan bagian dari Koalisi Prabowo-Hatta. Namun, akhirnya terbuka, bahwa Tabloid itu memang  diterbitkan untuk membantu koalisi Prabowo-Hatta. Belakangan yang muncul setelah Jokowi berkuasa, ada pabrik hoax Saracen, yang isi-isi pemberitaannya cenderung fitnah (black campaign) pada sosok Jokowi, dan ada lagi nama yang mengakui sebagai MCA (Muslim Cyber Army). Semuanya pun dijerat oleh pihak Kepolisian.

Jadi, jika kita kaitkan dengan Pilpres 2014 lalu, sepertinya koalsisi yang dibngun Prabowo tidak bisa dilepaskan dengan hoax. Selalu ada hoax yang digunakan untuk menyerang lawan politiknya, baik langsung maupun tidak langsung. 

Bayangkan, ketika Jokowi tengah disibukkan dengan aktivitas yang tak henti-hentinya, mulai dari Asian Games, gempa di Lombok, dan kini gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, rival politiknya bukannya memperlihatkan rasa empatinya, tapi justru melakukan hal-hal yang jauh dari yang diharapkan. Bahkan, ketika Dollar naik atas Rupiah, tak sedikit elite kubu Prabowo-Sandi ikut mempolitisasinya.  

Sekali lagi, Ratna Sarumpaet adalah seorang seniman. Jadi, dia tidak fasih untuk berbohong. Kebohongannya akan mudah tercium. Sikap pembelaannya pada masyarakat kecil mungkin yang membuat dirinya mau mendukung Koalisi Indonesia Adil Makmur yang mengusung Prabowo-Sandi. Namun, sepertinya dengan apa yang terjadi pada dirinya, koalisi ini yang seakan lepas tangan begitu saja, membuat dirinya berpikir bahwa koalisi Prabowo Sandi ini ibarat koalisi pembohong, tak punya empati. Koalisi yang tak menghargai perjuangan nenek 70-an tahun ini. Apalagi, koalisi ini terbentuknya tak bisa dilepaskan dengan isu kardus berisi uang untuk dua partai pendukung. 

Sumber: 1,2, 3,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun