Mohon tunggu...
Sukarja
Sukarja Mohon Tunggu... desain grafis, blogger, -

Pemulung kata-kata. Pernah bekerja di Kompas Gramedia. Maskarja.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Balada "Operasi Plastik", Pentas Teater yang Mengusir Ratna Sarumpaet dari Panggung

4 Oktober 2018   21:27 Diperbarui: 5 Oktober 2018   06:55 1197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cuitan Rachel Maryam/Tempo.co

Ratna Sarumpaet (Ratna) bukanlah seorang politisi. Aktivitasnya dari dulu adalah sebagai seniman.  Ratna, yang terlahir 16 Juli 1949, di Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Anak kelima dari 9 bersaudara ini, menjadi mualaf dan kemudian menikah dengan seorang pengusaha keturunan Arab, Achmad Fahmy Alhady. Dari hasil pernikahan itu, keduanya dikaruniai 4 anak, Mohammad Iqbal Alhady, Fathom Saulina, Ibrahim Alhady, dan Atiqah Hasiholan.

Ratna lebih memilih kesenian sebagai alat perjuangannya. Keberpihakannya pada orang-orang kecil dan marginal tak bisa diragukan lagi. Setiap karya yang dilahirkannya, selalu mengupas secara terbuka masalah-masalah kemanusiaan, kebenaran dan keadilan,serta mempertanyakannya secara frontal ke hadapan penguasa.

Tak diragukan, jika  dalam lima belas tahun terakhir, di tengah kesibukannya sebagai aktivis HAM dan kemanusiaan, sembilan naskah drama telah dihasilkannya, yang membuatnya dikenal di seantero jagat. Seluruh naskah itu ditulis berdasarkan kegelisahannya menghadapi kekuasaan yang cenderung menindas kaum kecil, dan kelompok minoritas.

Ratna Sarumpaet/https://today.line.me
Ratna Sarumpaet/https://today.line.me
Tak habis pikir, bakal calon presiden nomor urut 02 itu memecat Ratna dari tim pemenangan Prabowo-Sandiaga. Ratna Sarumpaet adalah bagian dari Tim Kampanye Nasional Koalisi Indonesia Adil Makmur yang mengusung Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Pemecatan ini dilakukan karena Ratna dianggap telah berbohong bahwa dirinya dianiaya sekelompok orang tak dikenal di sebuah kawasan bandar udara di Bandung.

Seperti diketahui dugaan penganiayaan terhadap Ratna Sarumpaet berawal dari twit akun Fadli Zon (@fadlizon), Rachel Maryam (@cumarachel) yang menampilkan wajah bengkak wanita yang disebut Ratna Sarumpaet. Selain dua akun kader Partai Gerindra tersebut, koordinator Jubir Tim Kampanye Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak (@dahnilanzar), juga sibuk menyatakan dugaan penganiayaan itu.

Dari informasi penganiayaan yang viral itu, membuat Prabowo Subianto dan Amien Rais, menemui Ratna di kediamannya, dan dalam konferensi persnya Prabowo menyebut tindakan yang dilakukan terhadap Ratna melanggar HAM. Prabowo meminta aparat Kepolisian segera mengusut kasus tersebut dan menangkap para pelakunya.

Fadli Zon jenguk Ratna Sarumpaet/Merdeka.com
Fadli Zon jenguk Ratna Sarumpaet/Merdeka.com
Viralnya pesan di media sosial soal penganiayaan tersebut, membuat polisi bergerak cepat. Namun, polisi tidak menemukan saksi yang mendengar langsung pengeroyokan yang disebutkan terjadi di Bandung. Penyelidikan terhadap ponsel Ratna menunjukkan bahwa dirinya ada di sekitar Jakarta dan tengah menjalani perawatan wajah di Rumah Sakit Bina Estetika. Atas kasus ini, polisi mengancam akan menjerat pidana siapapun penyebar berita palsu terkait penganiayaan.

Dengan bukti kepolisian yang begitu lengkap dan sulit untuk disangkal, Ratna pun akhirnya mengakui bahwa dirinya berbohong. Sontak pengakuan Ratna  mengagetkan seisi ruang panggung Koalisi Indonesia Adil Makmur. Bahkan, Koalisi ini seakan menganggap Ratna adalah penyusup yang sengaja dimasukkan kubu lawan ke dalam kubu Prabowo-Sandi. Duh!

Kok Begitu Mudahnya Dibohongi? 

Bagaimana sekiranya jika pihak kepolisian tidak melakukan penyelidikan secara serius. Tentu saja, berita penganiayaan yang menimpa aktivis #2019GantiPresiden itu, secara politis  menguntungkan Koalisi Prabowo-Sandi. Dengan kata lain, pihak Pemerintah, dalam hal ini Presiden inkumben Joko Widodo (Jokowi) akan disudutkan dengan viralnya berita penganiayaan wanita berusia 70 tahun itu.

Begitukah cara Koalisi Prabowo-Sandi melepas tanggung jawabnya atas penyebaran hoax? Bukankah berita hoax merek sendiri yang menyebarluaskannya?  Ratna Sarumpaet sendiri tidak mengatakan soal penganiayaan itu ke media. Seteah Ratna dipecat, Koalisi Prabowo-Sandi pun mempersilahkan Kepolisian untuk melakukan pengusutan lebih lanjut. 

Tak ada sedikitpun empati terhadap wanita tua berusia 70 tahunan itu yang sedari dulu mendukung perjuangan Prabowo melawan Jokowi. Bukankah antara Prabowo dan Ratna Sarumpaet, ayahnya sama-sama pernah menjadi menteri dalam Pemerintahan PRRI/Permesta yang pernah memberontak pada Pemerintahan Republik Indonesia dibawah Presiden Sukarno dan PM Djuanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun