Mohon tunggu...
Suka Ngeblog
Suka Ngeblog Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis buku, terkadang menjadi Pekerja Teks Komersial

Blogger, writer, content creator, publisher. Penggemar Liga Inggris (dan timnas Inggris), penikmat sci-fi dan spionase, salah satu penghuni Rumah Kayu, punya 'alter ego' Alien Indo , salah satu penulis kisah intelejen Operasi Garuda Hitam, cersil Padepokan Rumah Kayu dan Bajra Superhero .Terkadang suka menulis di www.faryoroh.com dan http://www.writerpreneurindonesia.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok dan Dilema Captain America

20 Juni 2016   17:51 Diperbarui: 20 Juni 2016   18:14 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

STEVE Rogers dan Bucky Barnes sahabat lama. Jauh sebelum mereka memutuskan untuk mendaftar menjadi tentara, mereka sudah berteman. Mereka akhirnya diterima menjadi tentara AS. Steve dijadikan kelinci percobaan sebuah serum ajaib. Serum itu berhasil. Steve yang awalnya bertubuh kurus kering berubah berotot dan menjadi manusia super. Dia dijuluki Captain America.

Bucky kemudian menjadi anggota Howling Commandos, kelompok elit pimpinan Captain America yang berperang melawan HYDRA, divisi sains milik Nazi. Pada suatu pertempuran, Bucky terlempar di jurang dan disangka tewas. Nasib Steve aka Cap masih lebih baik. Dalam suatu insiden, dia membeku di es selama 70 tahun.

Begitu sadar, Steve sudah hidup di era modern. Dia bekerjasama dengan SHIELD melawan kejahatan. Dia kemudian berkenalan dengan sesama manusia super, terutama Tony Stark alias Iron Man. Dulu, di era Perang Dunia II, Steve berteman akrab dengan Howard, ayah Tony.

Sekalipun terkadang berbeda pendapat, antara Steve dan Tony terjalin rasa persahabatan. Keduanya saling menghargai dan saling memahami.

Hingga suatu saat, Steve mengetahui kalau rekan lamanya, Bucky masih hidup, dan dikenal komunitas intelejen sebagai Winter Soldier, pembunuh bayaran kelas satu yang mengabdi kepada HYDRA yang diam-diam menyusup ke SHIELD.

HYDRA berhasil dihancurkan, sama halnya dengan SHIELD. Bucky yang sempat menghilang, belakangan menjadi tersangka pengeboman PBB. Bucky diburu aparat keamanan, termasuk Iron Man yang dibantu sejumlah superheroseperti Black Widow, Vision, Black Panther bahkan Spiderman. Sementara Steve yang yakin Bucky tidak bersalah, dan melakukan kejahatan karena pikirannya dicuci otak oleh HYDRA, berusaha membela. Cap dibantu Falcon, Hawkeye, Scarlet Witch dan Ant Man.

Di Siberia, Iron Man berhadapan dengan Cap dan Bucky. Kemarahan iron Man memuncak setelah tahu kalau kedua orang tuanya dibunuh Bucky. Cap mati-matian membela.

"Sorry, Tony. You know I wouldn't do this if I had any other choice. But he's my friend," begitu ujar Steve.

Dengan getir Tony menjawab, “So was I”.

Kedua pahlawan super yang awalnya bersahabat akhirnya bertarung mati-matian. Steve membela Bucky, teman lama yang tak bersalah. Dan melupakan Tony, teman yang ditemuinya di era modern.

Dilema Ahok

Di dunia nyata, di sebuah Negara bernama Indonesia, dilemma yang sama menimpa Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Setelah menjad Gubernur DKI menggantikan Joko Widodo (Jokowi) yang melaju menjadi RI 1,  Ahok mendapat batu sandungan ketika berniat kembali memimpin Jakarta untuk periode kedua. Sejumlah partai menolak mencalonkan Ahok.

Guna menjaga jangan sampai Jakarta kehilangan pemimpin yang berkarakter, lurus dan terbukti bisa mengubah ibu kota menjadi lebih baik, sejumlah relawan yang kemudian menyebut diri sebagai Teman Ahok berinisiatif mencari alternatif, dengan mengumpulkan KTP sebagai wahana untuk menjadi kandidat gubernur melalui jalur independen.

Awalnya, aksi relawan ini ditanggapi sinis. Bahkan ada politisi yang mengatakan berani terjun dari Monas jika Teman Ahok berhasil mengumpulkan sejuta KTP. Dan ketika akhirnya 1 juta KTP tercapai, sang politisi berkilah dan menganggap hal itu klaim sepihak.

Partai lain, bahkan menyebut aksi Ahok dan teman Ahok sebagai deparpolitisasi.  Ada partai tertentu yang berusaha mendatangkan jagoan dari daerah untuk menantang Ahok, sekalipun jagoan daerah itu enggan. Sejumlah parpol bahu-membahu memperketat dan mempersempit jalan masuk calon perseorangan menuju pilkada.

Untunglah, tak semua partai anti Ahok. Ada Hanura dan Nasdem yang sejak awal menyatakan dukungan tanpa syarat. Dukungan Hanura dan Nasdem hanya dianggap sebelah mata karena perolehan kursi kedua partai ini sangat minim. Konstelasi politik berubah setelah Golkar mengisyaratkan dukungannya kepada Ahok. Dengan adanya Golkar, maka perolehan kursi parpol pendukung Ahok sudah mencukupi, jika Ahok memilih jalur parpol.

Dan di situlah letak dilemma Ahok. Di satu sisi, KTP yang dikumpulkan Teman Ahok sudah mencapai satu juta, jauh lebih dari cukup untuk syarat perseorangan. Memang, KTP itu masih harus diverifikasi. Namun kalau toh separuh dari KTP itu dinyatakan hangus (sesuatu yang rasanya sukar terjadi), Ahok masih bisa maju.

Di sisi lain, ada parpol yang menyatakan dukungan, dan dukungan itu tanpa syarat.

Bagi Ahok yang memang besar sebagai politisi, parpol itu ibarat teman lama. Dan Teman Ahok merupakan teman baru. Jadi, apakah Ahok akan mengikuti jejak Captain America yang memilih teman lama ketimbang teman baru?

Bisa kompromi?

Pada kisah Captain America, belakangan terbongkar kalau ada pihak ketiga yang berusaha membenturkan Cap dengan Iron Man. Pihak ketiga yang membuat skenario sehingga Bucky dituduh sebagai pembom PBB, padahal pelakunya orang lain. Pihak ketiga ini juga yang mengaktifkan kembali memory lama Bucky sehingga untuk sesaat dia kehilangan kendali dan menjadi jahat.

Sekalipun skenario jahat itu terbongkar, namun kerusakan sudah terlanjur terjadi. Para pahlawan super pendukung Cap menjadi buronan setelah sempat ditahan di penjara yang tak bisa ditembus dan akhirnya dibebaskan Cap. Cap dan Bucky bersembunyi di Wakanda. Avengers tersisa dua anggota, Iron Man dan Vision.

Untunglah, situasi yang dihadapi Ahok lebih luwes. Jika Cap tak bisa kompromi, maka Ahok, dan Teman Ahok bisa berkompromi, jika memang itu alternatif terbaik. Artinya, jika memungkinkan, Teman Ahok bisa mengikhlaskan Ahok mengikuti jalur parpol, jika memang ada pernyataan dan komitmen secara tegas dari parpol.

Apapun jalur yang ditempuh, muaranya hanya satu. Ahok bisa menjadi kandidat gubernur DKI.

Memang, Ahok belum bisa dipastikan menjadi pemenang pilkada. Tapi jika Ahok menjadi kandidat dan rakyat DKI tak memilihnya, masyarakat DKI telah melakukan kesalahan besar. Sangat besar.

Yang juga harus diwaspadai Ahok adalah hadirnya pihak tertentu yang berusaha mengadu domba Teman Ahok dan parpol. Pihak yang tak suka melihat Ahok menjadi kandidat, dan akan melakukan segala cara, apapun, untuk menjegal Ahok.

Kembali ke soal dilemma, pada akhirnya, semua kembali kepada Ahok, untuk memilih.

Dan jika Ahok masih bimbang, ada kalimat menarik yang diungkap Sharon Carter pada acara pemakaman Peggy Carter di film Captain America Civil War.

Sharon bilang, “Compromise where you can. Where you can't, don't. Even if everyone is telling you that  something wrong is something right. Even if the whole world is telling you to move, it is your duty to plant yourself like a tree, look them in the eye, and say, 'No, you move'…”

Catatan

Tulisan gado-gado antara politik dan hiburan ini dibuat oleh penggemar garis keras Timnas Inggris. HIDUP INGGRIS, hehehe



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun