Mohon tunggu...
Suka Ngeblog
Suka Ngeblog Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis buku, terkadang menjadi Pekerja Teks Komersial

Blogger, writer, content creator, publisher. Penggemar Liga Inggris (dan timnas Inggris), penikmat sci-fi dan spionase, salah satu penghuni Rumah Kayu, punya 'alter ego' Alien Indo , salah satu penulis kisah intelejen Operasi Garuda Hitam, cersil Padepokan Rumah Kayu dan Bajra Superhero .Terkadang suka menulis di www.faryoroh.com dan http://www.writerpreneurindonesia.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Heboh Gayus dan Kredibilitas Kompasiana...

21 September 2015   17:22 Diperbarui: 21 September 2015   18:38 1962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Foto (mirip) Gayus dengan Kompasianer 'blur' (foto: okezone.com)"][/caption]

Bukan Kompasiana namanya jika gak heboh. Kembali, Kompasiana (atau tepatnya Kompasianer) bikin heboh Indonesia. Terutama terkait dengan aksi makan-makan seorang lelaki yang mirip banget dengan sosok Gayus Tambunan.

Bicara soal Gayus, Kompasiana, serta deretan 'keluarga besar'nya seperti Kompas dan Tribun News sebenarnya punya peluang menghebohkan Tanah Air, karena isu soal (lelaki yang mirip) Gayus itu pertama kali dimuat di Kompasiana. Sayang, teman-teman admin, entah kenapa, kehilangan naluri news. Yang ada adalah aksi (yang oleh sebagian Kompasianer dianggap) sepihak, yakni menghapus tulisan yang berisi foto (lelaki yang mirip) Gayus yang kopdar dengan dua Kompasianer cantik.

Akhirnya, Kompasianer yang geregetan terpaksa menggunakan "pintu belakang". Facebook dijadikan pilihan. Dan status di FB itu yang dibahas tuntas oleh sejumlah media online. Media yang termasuk dalam Grup Kompas pun terpaksa "gigit jari". Padahal isu Gayus itu pertama kali diungkap di Kompasiana!!

Kini, DPR sudah bicara. Kemenhukham sudah bicara. Pihak lapas sudah bicara.

Karena rata-rata media online mendasari beritanya pada status Baskoro Endrawan di FB (mas Baskoro adalah Kompasianer!!), yang pada foto sengaja mem-blur wajah dua perempuan cantik yang menemani makan, maka sosok dua Kompasianer itu tidak disebut-sebut. Padahal, di lingkup Kompasiana, siapa dua perempuan 'blur' itu sudah jelas. Mbak Vita dan mbak Ifani.

Dua perempuan cantik ini yang sebenarnya bisa menjadi kunci, untuk mencari tahu kapan persisnya Gayus jalan-jalan ke restoran. Apakah itu terjadi usai sidang perceraian Gayus?

Pihak yang melakukan penyelidikan juga bisa memulai dengan menelusuri restoran tempat makan-makan itu. Pada tempat tisu di meja ada tulisan "Olive". Di menu makanan samar terlihat ada huruf yang kemungkinan adalah nama restorannya. Juga, lukisan di dinding dekat sosok mirip Gayus duduk itu sangat unik. Rasanya tak sulit mencari restoran dengan lukisan seperti itu (paman Google bisa membantu, forum-forum yang anggotanya suka makan dan mereview resto juga pasti tahu).

Gayus itu Pakde Kartono?

Ada satu isu lain yang luput dari bahasan media. Sejauh ini, media online fokus pada "kenapa Gayus bisa terlihat makan-makan di restoran padahal seharusnya dia ditahan". Juga ada yang membahas soal ponsel berwarna putih di dekat Gayus. Karena sebagai napi Gayus sama sekali tak boleh bersentuhan dengan ponsel.

Isu yang luput itu adalah, adanya dugaan bahwa Gayus tak hanya suka jalan-jalan, melainkan juga suka menulis di Kompasiana. Akun yang dicurigai adalah Pakde Kartono.

Sejujurnya, aku termasuk yang tidak percaya jika Pakde itu akun yang dipakai Gayus. Aku jarang baca tulisan Pakde. Namun kesan yang aku tangkap setelah membaca beberapa tulisannya adalah, Pakde itu humoris, rada nakal, selenge’an, dan mulut bisa tajam pada pihak yang dianggap lawan. Pakde juga piawai dalam menulis, terutama mencari judul yang “mengundang”.

Sementara Gayus, dengan melihat fotonya, kesanku adalah, orangnya pendiam, rada pemalu. Rasanya sukar membayangkan lelaki dengan wig aneh ketika di Bali itu akun yang suka menulis soal seks dengan gaya yang ringan namun mengundang.

Tapi, tentu saja, di dunia ini tak ada yang mustahil. Jadi kemungkinan bahwa Gayus itu menggunakan nama Pakde itu bukan sesuatu yang mustahil.

Pakde sendiri sudah mengklarifikasi di akunnya dan menegaskan dia bukan Gayus. Benarkah?

Dalam hal ini, kunci semua itu ada pada mbak Vita dan mbak Ifani. Kedua mbak-mbak yang cantik ini (katanya) sudah sering bertemu dengan Pakde. Apakah Pakde itu Gayus atau bukan?

Jika ternyata Pakde itu Gayus, namun dua mbak-mbak ini sengaja menutupi, bisa saja mbak Vita dan mbak Ifani tersandung masalah hukum. Karena dianggap menutup-nutupi sesuatu yang seharusnya tak boleh ditutupi (maksudnya apaan seeh? Hehehe).

Kopdar mbak Vita dan mbak Ifani dengan Gayus menguatkan kecurigaan soal Pakde. Jika Gayus bukan Pakde, lalu ngapain mbak-mbak cantik ini ketemu Gayus? Untuk bisnis? Bisnis seperti apa yang bisa ditawarkan seorang napi yang harus mendekam di tahanan selama 30 tahun?

Lagipula, hal yang lazim berlaku pada blogger (atau Kompasianer) adalah, mereka hanya pingin kopdar dengan sesama blogger. Kompasianer, jika ingin kopdar, pasti dengan sesama Kompasianer. Namun Kompasianer kopdar dengan napi? Semuanya jadi masuk akal jika napi itu juga adalah Kompasianer bukan?

Ujian kredibilitas Kompasiana

Bagi Kompasiana, kasus Gayus (dan dugaan soal Pakde) itu menjadi ujian bagi kredibilitas. Bayangkan jika ternyata Pakde itu Gayus. Itu berarti Kompasiana telah menyediakan wadah bagi napi untuk menulis. Dan itu terjadi selama bertahun-tahun. Padahal sesuai aturan, napi itu tak boleh bersentuhan dengan gadget apapun.

Lalu bagaimana mengetahui atau memastikan bahwa Pakde bukan Gayus? Caranya, admin bisa mengundang Pakde untuk kopdar. Atau undang Pakde mengisi acara di Kompasiana tv.

Saat kopdar, admin bisa meminta (sosok yang mengaku) Pakde untuk membuat tulisan. Membuka akun, menulis dan membalas komen. Admin bisa mengamati gaya bahasanya. Jika yang muncul bukan Gayus, dan dia bisa membuka akun dan menulis sesuai gaya khas Pakde, maka berarti Pakde itu memang bukan Gayus.

Jadi, ada baiknya admin memang membuat pertemuan khusus dengan Pakde. Dan, dari sisi Pakde, karena ini menyangkut nama baik, jika memang Pakde bukan Gayus, sudah sepantasnyalah jika Pakde mendatangi admin Kompasiana untuk klarifikasi.

Jika admin Kompasiana tak menginisiasi kopdar dengan Pakde, maka kredibilitas dan kepedulian Kompasiana pada penanganan korupsi akan dipertanyakan.

Jika admin sudah mengundang dan Pakde, dengan beribu alasan enggan hadir, makan jangan salahkan jika ada Kompasianer yang kemudian berpikir bahwa Pakde itu memang Gayus…

 

Salam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun