[caption id="attachment_308548" align="aligncenter" width="544" caption="Demo Bonek (tribunnews.com)"][/caption]
SUATU hari di tahun 1989, dua klub elit Indonesia, Persija dan Persebaya Surabaya bertarung di Jakarta. Dan sesuatu yang tidak lazim terjadi. Belasan ribu pendukung Persebaya ramai-ramai bertolak ke Jakarta. Para pendukng menggunakan kereta api sebagai sarana transportasi, dengan uang yang sangat minim. Sebagian besar uangnya pas-pasan.
Aksi para pendukung Persebaya yang mendukung tim pujaannya dengan modal pas-pasan, bahkan sebagian hanya bermodalkan nekat, tercium oleh media. Dan keluarlah istilah "bondho nekat", hanya bermodalkan nekat. Belakangan, istilah bondho nekat (yang disingkat menjadi bonek) menjadi semacam identitas untuk para pendukung Persebaya. Bonek adalah suporter yang mendukung hanya dengan modal nekat, plus cinta setinggi langit.
Bertahun kemudian, bonek menjadi bagian dari wajah sepak bola Indonesia. Berbagai cerita bermunculan. Sebagian bernuansa positif, sebagian lagi negatif. Misalnya, saat itu, masyarakat di sepanjang jalur kereta api yang dilewati para bonek sering menderita karena menjadi sasaran lemparan batu dari "oknum" bonek.
Aksi pembalasan pun bermunculan. Ketika rombongan bonek dalam perjalanan pulang kembali ke Surabaya, masyarakat ramai-ramai melakukan "sambutan selamat datang" dengan lemparan batu. Cerita negatif bonek juga muncul seputar perilaku mereka pada pedagang kecil. Karena hanya bermodalkan nekat untuk nonton sepak bola dan umumnya sama sekali tidak membekali diri dengan uang, mereka pun menyantap jajanan kecil milik masyarakat tanpa bayar.
Dukung Persebaya 'Asli'
Ketika terjadi konflik di Persebaya, mayoritas bonek mendukung Persebaya 1927, yang diklaim sebagai Persebaya yang asli karena diperkuat pemain asli Persebaya. Persebaya 1927 didirikan sebagai protes kepada PSSI yang dengan licik melempar Persebaya Surabaya ke Divisi Utama. Persebaya 1927 akhirnya tetap berlaga di kasta tertinggi dan berkompetisi di IPL, yang karena perubahan rejim di PSSI merupakan kompetisi resmi.
Di pihak lain, ada klub dengan nama Persebaya Surabaya yang akhirnya bermain di Divisi Utama, di bawah bendera ISL yang saat itu dianggap sebagai liga ilegal. Persebaya Surabaya yang berlaga di Divisi Utama (saat itu populer dengan istilah Persebaya DU) menggunakan logo resmi Persebaya yang puluhan tahun sebelumnya ikut mendirikan PSSI.
Angin perubahan kemudian terjadi di PSSI. Atas titah FIFA, digelarlah Kongres Luar Biasa yang pada akhirnya memutuskan adanya penyatuan liga. Bahwa semua klub yang berkompetisi di ISL otomatis akan berlaga di liga versi baru, bersama empat klub terbaik IPL. Kongres itu juga memutuskan bahwa semua klub kembar tidak diakui keberadaannya. Klub kembar itu adalah Arema, Persija, PSMS dan Persebaya versi IPL.
Selepas kongres, dampak atas putusannya belum terasa. IPL masih berjalan. Hingga kemudian PSSI melakukan intervensi. IPL dihentikan dan penentuan klub mana yang akan berlaga di kompetisi versi baru ditentukan lewat play off. Dalam play off ini, klub-klub kembar tidak diberi tempat.
Protes pun muncul dari para bonek yang merasa Persebaya 1927 seharusnya diberi tempat di ISL musim 2014 karena klub itulah yang asli. Nyaris bersamaan dengan protes para bonek, terungkap kabar bahwa para pemain Persebaya 1927 ternyata sudah berbulan-bulan tidak menerima gaji.
Bonek unjuk gigi
Di tahun 2014, para bonek akhirnya unjuk gigi. Di awal tahun, mereka berupaya menemui Walikota Surabaya meminta agar sang walikota menginisiasi agar Persebaya 1927 bisa diterima untuk berlaga di ISL. Bonek juga mendesak agar pemkot Surabaya tidak mengeluarkan ijin bertanding untuk Persebaya Surabaya versi ISL (yang di Kompasiana biasa disebut dengan nama 'Persebaya rasa Persikubar', karena dulu saat berlaga di Divisi Utama Persebaya menggunakan pemain dari Persikubar).
Aksi unjuk gigi para bonek kelihatannya cukup efektif. Persebaya Surabaya sempat dipersulit ketika hendak berlatih di lapangan utama di Surabaya. Pertandingan persahabatan yang dijadwalkan digelar oleh Persebaya dengan sejumlah klub pun dibatalkan karena tidak diberi ijin.
Aksi unjuk gigi kembali dilakukan para bonek ketika berlangsung Kongres PSSI di Surabaya. Sebagaimana diberitakan media massa, ribuan bonek menghijaukan Surabaya dan membuat jalanan macet. Dalam aksi unjuk rasa para bonek menuntut tiga hal. Pertama, agar kongres PSSI dibatalkan atau dibubarkan. Kedua, agar Persebaya Surabaya dibubarkan. Ketiga, agar PSSI menghidupkan kembali Persebaya 1927.
Wakil ketua Umum PSSI La Nyalla Mattalitti kepada wartawan menegaskan bahwa tuntutan bonek tak bisa dipenuhi. Alasannya, karena Persebaya 1927 itu klub palsu. Yang asli adalah Persebaya Surabaya. Jika bonek ingin agar Persebaya 1927 berkompetisi, mereka harus mengikuti rangkaian prosedur. Yakni mengubah nama klub, dan mendaftar dengan nama baru untuk kemudian berkompetisi mulai dari kasta terendah.
Kompromi atau melawan?
Sampai tulisan ini dibuat, belum jelas bagaimana sikap bonek, apakah akan kompromi dengan sikap PSSI ataukah akan terus melawan. Jika memilih kompromi, bonek bisa mendesak pengurus (atau siapapun yang peduli) untuk mendirikan klub baru, dengan nama baru. Identitas Persebaya harus dilupakan. Nama yang bisa dipertimbangkan misalnya Surabaya FC. Atau AC Surabaya (AC singkatan dari Aku Cinta). Atau nama apapun, yang penting BUKAN Persebaya.
Setelah terbentuk, klub kemudian mendaftar ke PSSI dan mulai berlaga. Jika semua berjalan lancar, dalam beberapa tahun mendatang Surabaya FC (atau apapun namanya) sudah ada di kasta teratas. Pecinta bola Surabaya akan disuguhi derby mendebarkan antara Persebaya vs Surabaya FC.
Jika enggan membentuk klub baru dan tetap memilih menggunakan nama Persebaya 1927, maka bonek bersama pengurus klub bisa MELAWAN. Untuk bisa melawan, bonek harus memastikan bahwa Persebaya 1927 tidak tewas. Jadi bonek harus menghubungi pengurus dan meminta mereka untuk tetap beraktifitas. Jika Persebaya 1927 sudah tak lagi memperlihatkan tanda-tanda kehidupan, itu akan menyulitkan langkah perlawanan.
Perlawanan pertama bisa dilakukan dengan mendukung langkah hukum yang sedang dan bakal dilakukan. Karena kabarnya pengurus Persebaya 1927 sudah mendaftarkan gugatan ke CAS, bonek harus mengawal langkah hukum itu, dengan antara lain menanyakan ke pengurus seberapa jauh perkembangan. Juga menanyakan siapa penasehat hukum yang mewakili Persebaya 1927.(Di sinilah pentingnya kenapa Persebaya 1927 untuk tidak mati. Jika Persebaya 1927 sudah mati, dengan siapa nanti CAS melakukan sidang?)
Langkah kedua, bonek mendesak pengurus Persebaya 1927 untuk melakukan gugatan hukum melawan Persebaya Surabaya di pengadilan. Memang, sejauh ini langkah hukum ke pengadilan disikapi dengan skeptis. Bahkan di Kompasiana, banyak pendukung Persebaya 1927 yang tidak yakin dengan langkah hukum. Alasannya, hukum sudah dibeli dan menjadi "antek-antek Bakrie".
Sejujurnya, anggapan bahwa hukum di Surabaya sudah dibeli oleh Bakrie merupakan pelecehan serius pada perangkat hukum di Surabaya. Okelah, mungkin memang banyak perangkat hukum yang gak beres di Surabaya. Namun masak sih dari puluhan hakim di Surabaya gak ada satu pun yang bersih? Jadi jika Persebaya 1927 memang merasa dirinya asli, seharusnya tak perlu takut ke pangadilan.
Saya yakin, hakim yang bakal menyidangkan kasus ini tak berani main-main karena perhatian media massa akan sangat besar. Para bonek juga bisa memantau langsung jalannya sidang dengan menghadiri sidang beramai-ramai.
Kenapa langkah hukum ke pengadilan ini penting? Karena, hasil putusan pengadilan bisa menjadi pijakan bagi pemerintah Surabaya untuk bertindak. Jika pengadilan memutuskan Persebaya 1927 itu yang asli, Walikota Surabaya punya dasar hukum untuk menindaklanjuti. Kalau sekarang, Walikota Surabaya pasti tak akan bertindak gegabah. Karena klaim bahwa Persebaya 1927 itu yang asli merupakan klaim sepihak, yang tidak didukung fakta dan bukti secara hukum di pengadilan.
Semua mati?
Alternatif lain dari perlawanan para bonek adalah berusaha supaya semua mati. Jika Persebaya 1927 mati, maka Persebaya Surabaya pun harus mati. Lebih baik Surabaya tak memiliki klub sepakbola daripada nama Persebaya dikuasai mafia.
Alternatif ketiga ini yang kelihatannya akan berjalan. Jika Persebaya 1927 tak bisa bermain, Persebaya Surabaya pun tak bisa main. Para bonek kelihatannya akan melakukan sejumlah aksi yang bisa membuat aparat kepolisian berpikir panjang untuk mengeluarkan ijin bertanding bagi Persebaya Surabaya. Tujuannya adalah, jika Persebaya tak bertanding home, itu akan memengaruhi pendapatan, dan pada akhirnya Persebaya Surabaya akan bangkrut.
Skenario ini bisa saja terjadi. Namun kelihatannya tidak terlalu efektif. Kabar terbaru, saham mayoritas Persebaya Surabaya sudah dimiliki oleh Grup EMTEK, yang antara lain menguasai SCTV dan Indosiar. Artinya untuk jangka waktu yang sangat panjang Persebaya Surabaya akan relatif aman dari sisi finansial. Jadi harapan agar Persebaya Surabaya akan mati kelihatannya belum akan terwujud dalam waktu dekat, atau bahkan tak akan pernah terwujud.
Kalau toh skenario ketiga ini benar-benar terwujud, maka warga Surabaya akan kehilangan klub kebanggaan. Nama Persebaya Surabaya akan terhapus dari sejarah. Ketika kota-kota besar di Tanah Air seperti Jakarta, Bandung, Malang hingga Jayapura memiliki klub sepakbola kebanggaan, Kota Surabaya hanya akan memiliki "kenangan." Kenangan indah bahwa dulu, Surabaya pernah punya klub yang dicintai sepenuh raga, yakni Persebaya Surabaya.
Nekat vs Smart
Belasan tahun lalu, langkah nekat mungkin efektif. Namun kini jaman sudah berubah. Kini, nekat saja tidak cukup. Nekat harus dibarengi dengan langkah yang smart. Langkah yang cerdas. Langkah cerdas itu dalam bentuk strategi jangka panjang. Dalam bentuk perencanaan yang matang. Ini yang kelihatannya tidak (atau belum?) dimiliki para bonek.
Di Indonesia, Anda mungkin bisa menggertak pihak tertentu dengan berlaku nekat. Namun untuk benar-benar sukses, modal nekat saja tidak cukup. Untuk sukses, Anda perlu strategi. Perlu rencana yang brilian, dan eksekusi yang cantik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H