Mohon tunggu...
Suka Ngeblog
Suka Ngeblog Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis buku, terkadang menjadi Pekerja Teks Komersial

Blogger, writer, content creator, publisher. Penggemar Liga Inggris (dan timnas Inggris), penikmat sci-fi dan spionase, salah satu penghuni Rumah Kayu, punya 'alter ego' Alien Indo , salah satu penulis kisah intelejen Operasi Garuda Hitam, cersil Padepokan Rumah Kayu dan Bajra Superhero .Terkadang suka menulis di www.faryoroh.com dan http://www.writerpreneurindonesia.com/

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Bonek, Maaf, Modal Nekat Saja Kini Tidak Cukup

27 Januari 2014   11:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:25 1228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejujurnya, anggapan bahwa hukum di Surabaya sudah dibeli oleh Bakrie merupakan pelecehan serius pada perangkat hukum di Surabaya. Okelah, mungkin memang banyak perangkat hukum yang gak beres di Surabaya. Namun masak sih dari puluhan hakim di Surabaya gak ada satu pun yang bersih? Jadi jika Persebaya 1927 memang merasa dirinya asli, seharusnya tak perlu takut ke pangadilan.

Saya yakin, hakim yang bakal menyidangkan kasus ini tak berani main-main karena perhatian media massa akan sangat besar. Para bonek juga bisa memantau langsung jalannya sidang dengan menghadiri sidang beramai-ramai.

Kenapa langkah hukum ke pengadilan ini penting? Karena, hasil putusan pengadilan bisa menjadi pijakan bagi pemerintah Surabaya untuk bertindak. Jika pengadilan memutuskan Persebaya 1927 itu yang asli, Walikota Surabaya punya dasar hukum untuk menindaklanjuti. Kalau sekarang, Walikota Surabaya pasti tak akan bertindak gegabah. Karena klaim bahwa Persebaya 1927 itu yang asli merupakan klaim sepihak, yang tidak didukung fakta dan bukti secara hukum di pengadilan.

Semua mati?

Alternatif lain dari perlawanan para bonek adalah berusaha supaya semua mati. Jika Persebaya 1927 mati, maka Persebaya Surabaya pun harus mati. Lebih baik Surabaya tak memiliki klub sepakbola daripada nama Persebaya dikuasai mafia.

Alternatif ketiga ini yang kelihatannya akan berjalan. Jika Persebaya 1927 tak bisa bermain, Persebaya Surabaya pun tak bisa main. Para bonek kelihatannya akan melakukan sejumlah aksi yang bisa membuat aparat kepolisian berpikir panjang untuk mengeluarkan ijin bertanding bagi Persebaya Surabaya. Tujuannya adalah, jika Persebaya tak bertanding home, itu akan memengaruhi pendapatan, dan pada akhirnya Persebaya Surabaya akan bangkrut.

Skenario ini bisa saja terjadi. Namun kelihatannya tidak terlalu efektif. Kabar terbaru, saham mayoritas Persebaya Surabaya sudah dimiliki oleh  Grup EMTEK, yang antara lain menguasai SCTV dan Indosiar. Artinya untuk jangka waktu yang sangat panjang Persebaya Surabaya akan relatif aman dari sisi finansial. Jadi harapan agar Persebaya Surabaya akan mati kelihatannya belum akan terwujud dalam waktu dekat, atau bahkan tak akan pernah terwujud.

Kalau toh skenario ketiga ini benar-benar terwujud, maka warga Surabaya akan kehilangan klub kebanggaan. Nama Persebaya Surabaya akan terhapus dari sejarah. Ketika kota-kota besar di Tanah Air seperti Jakarta, Bandung, Malang hingga Jayapura memiliki klub sepakbola kebanggaan, Kota Surabaya hanya akan memiliki "kenangan." Kenangan indah bahwa dulu, Surabaya pernah punya klub yang dicintai sepenuh raga, yakni Persebaya Surabaya.

Nekat vs Smart

Belasan tahun lalu, langkah nekat mungkin efektif. Namun kini jaman sudah berubah. Kini, nekat saja tidak cukup. Nekat harus dibarengi dengan langkah yang smart. Langkah yang cerdas. Langkah cerdas itu dalam bentuk strategi jangka panjang. Dalam bentuk perencanaan yang matang. Ini yang kelihatannya tidak (atau belum?) dimiliki para bonek.

Di Indonesia, Anda mungkin bisa menggertak pihak tertentu dengan berlaku nekat. Namun  untuk benar-benar sukses, modal nekat saja tidak cukup. Untuk sukses, Anda perlu strategi. Perlu rencana yang brilian, dan eksekusi yang cantik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun