Bonek unjuk gigi
Di tahun 2014, para bonek akhirnya unjuk gigi. Di awal tahun, mereka berupaya menemui Walikota Surabaya meminta agar sang walikota menginisiasi agar Persebaya 1927 bisa diterima untuk berlaga di ISL. Bonek juga mendesak agar pemkot Surabaya tidak mengeluarkan ijin bertanding untuk Persebaya Surabaya versi ISL (yang di Kompasiana biasa disebut dengan nama 'Persebaya rasa Persikubar', karena dulu saat berlaga di Divisi Utama Persebaya menggunakan pemain dari Persikubar).
Aksi unjuk gigi para bonek kelihatannya cukup efektif. Persebaya Surabaya sempat dipersulit ketika hendak berlatih di lapangan utama di Surabaya. Pertandingan persahabatan yang dijadwalkan digelar oleh Persebaya dengan sejumlah klub pun dibatalkan karena tidak diberi ijin.
Aksi unjuk gigi kembali dilakukan para bonek ketika berlangsung Kongres PSSI di Surabaya. Sebagaimana diberitakan media massa, ribuan bonek menghijaukan Surabaya dan membuat jalanan macet. Dalam aksi unjuk rasa para bonek menuntut tiga hal. Pertama, agar kongres PSSI dibatalkan atau dibubarkan. Kedua, agar Persebaya Surabaya dibubarkan. Ketiga, agar PSSI menghidupkan kembali Persebaya 1927.
Wakil ketua Umum PSSI La Nyalla Mattalitti kepada wartawan menegaskan bahwa tuntutan bonek tak bisa dipenuhi. Alasannya, karena Persebaya 1927 itu klub palsu. Yang asli adalah Persebaya Surabaya. Jika bonek ingin agar Persebaya 1927 berkompetisi, mereka harus mengikuti rangkaian prosedur. Yakni mengubah nama klub, dan mendaftar dengan nama baru untuk kemudian berkompetisi mulai dari kasta terendah.
Kompromi atau melawan?
Sampai tulisan ini dibuat, belum jelas bagaimana sikap bonek, apakah akan kompromi dengan sikap PSSI ataukah akan terus melawan. Jika memilih kompromi, bonek bisa mendesak pengurus (atau siapapun yang peduli) untuk mendirikan klub baru, dengan nama baru. Identitas Persebaya harus dilupakan. Nama yang bisa dipertimbangkan misalnya Surabaya FC. Atau AC Surabaya (AC singkatan dari Aku Cinta). Atau nama apapun, yang penting BUKAN Persebaya.
Setelah terbentuk, klub kemudian mendaftar ke PSSI dan mulai berlaga. Jika semua berjalan lancar, dalam beberapa tahun mendatang Surabaya FC (atau apapun namanya) sudah ada di kasta teratas. Pecinta bola Surabaya akan disuguhi derby mendebarkan antara Persebaya vs Surabaya FC.
Jika enggan membentuk klub baru dan tetap memilih menggunakan nama Persebaya 1927, maka bonek bersama pengurus klub bisa MELAWAN. Untuk bisa melawan, bonek harus memastikan bahwa Persebaya 1927 tidak tewas. Jadi bonek harus menghubungi pengurus dan meminta mereka untuk tetap beraktifitas. Jika Persebaya 1927 sudah tak lagi memperlihatkan tanda-tanda kehidupan, itu akan menyulitkan langkah perlawanan.
Perlawanan pertama bisa dilakukan dengan mendukung langkah hukum yang sedang dan bakal dilakukan. Karena kabarnya pengurus Persebaya 1927 sudah mendaftarkan gugatan ke CAS, bonek harus mengawal langkah hukum itu, dengan antara lain menanyakan ke pengurus seberapa jauh perkembangan. Juga menanyakan siapa penasehat hukum yang mewakili Persebaya 1927.(Di sinilah pentingnya kenapa Persebaya 1927 untuk tidak mati. Jika Persebaya 1927 sudah mati, dengan siapa nanti CAS melakukan sidang?)
Langkah kedua, bonek mendesak pengurus Persebaya 1927 untuk melakukan gugatan hukum melawan Persebaya Surabaya di pengadilan. Memang, sejauh ini langkah hukum ke pengadilan disikapi dengan skeptis. Bahkan di Kompasiana, banyak pendukung Persebaya 1927 yang tidak yakin dengan langkah hukum. Alasannya, hukum sudah dibeli dan menjadi "antek-antek Bakrie".