Mohon tunggu...
Suka Ngeblog
Suka Ngeblog Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis buku, terkadang menjadi Pekerja Teks Komersial

Blogger, writer, content creator, publisher. Penggemar Liga Inggris (dan timnas Inggris), penikmat sci-fi dan spionase, salah satu penghuni Rumah Kayu, punya 'alter ego' Alien Indo , salah satu penulis kisah intelejen Operasi Garuda Hitam, cersil Padepokan Rumah Kayu dan Bajra Superhero .Terkadang suka menulis di www.faryoroh.com dan http://www.writerpreneurindonesia.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Natal di Manado: Bisnis, Sukacita dan Darah...

22 Desember 2012   13:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:11 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PERINGATAN Natal di Manado, Sulawesi Utara dapat diringkas dalam tiga kata: Bisnis, Sukacita, dan Darah. Seperti apa?

Di Manado, ada bisnis baru yang mulai berkembang setidaknya hingga 10 tahun terakhir. Yakni bisnis Santa Claus alias Sinterklaas. Sejumlah pihak menggelar apa yang disebut sebagai 'kunjungan Santa Claus'. Para panitia mendatangi rumah warga yang punya anak kecil, dan menawarkan untuk dikunjungi Santa Claus. Jika berminat, keluarga itu harus membayar biaya pendaftaran. Harga pendaftaran bervariasi antara 50 ribu rupiah sampai seratusan ribu. Panitia juga menanyakan apakah orang tua akan menitipkan hadiah untuk diberikan paman Santa.

Di hari yang ditentukan, rombongan Santa Claus akan mendatangi rumah anak yang didaftarkan. Paman Santa akan berfoto bersama, memberikan bingkisan, termasuk hadiah dari Santa Claus (yang sebenarnya dibeli orang tua si anak). Semua gembira. Anak-anak gembira, orang tua gembira dan panitia gembira karena bisa meraup keuntungan bersih belasan hingga puluhan juta rupiah.

Yang sebal adalah masyarakat karena rombongan Santa Claus kerap memacetkan jalan. Umumnya rombongan Santa Claus terdiri dari beberapa mobil. Di Manado, Santa Claus tak berkunjung sendiri. Biasanya dia ditemani rekan-rekannya. Yang wajib ada adalah Zwarte Piet alias Pit Hitam, yang menurut tradisi Belanda adalah pelayan Santa. Zwarte Piet jumlahnya bisa beberapa orang.

Untuk memeriahkan kadang ada juga badut. Juga bidadari (atau malaekat?). Tak ada yang mempersoalkan logika cerita bagaimana badut dan bidadari bisa menjadi bagian dari rombongan Santa, hehehe. Yang penting semua happy.

Bisnis yang juga cukup menjanjikan adalah pohon Natal. Baik yang imitasi maupun asli. Pohon Natal imitasi beraneka bentuk dan harga bisa ditemui di sejumlah pusat perbelanjaan. Pohon Natal hidup bisa dijumpai di Kota Tomohon. Umumnya pohon natal hidup dibeli pihak gereja atau organisasi yang mengadakan ibadah Natal.

***

Memasuki bulan Desember, ada nuansa khas yang terasa. Pertama, aroma. Di semua sudut akan tercium aroma kue. Karena itulah saat-saat di mana warga mulai membuat kue Natal. Ada berbagai jenis kue Natal yang dibuat. Namun yang tergolong wajib ada adalah Kue Biji-biji, atau yang juga disebut Janewer.

Selain Janewer, jenis kue yang dibuat tergantung keinginan pembuat, yang biasanya ibu-ibu dan remaja putri. Nama kue juga umumnya tergantung pembuat. Jadi jangan heran jika kita bisa menjumpai jenis Kukis (kue) Keju dari berbagai jenis. Kenapa disebut Kue Keju karena bahan utamanya menggunakan keju.

Kue natal dibuat semata untuk kewajiban. Karena nyaris semua warga membuat kue natal, biasanya tak ada tamu yang menyentuhnya saat berkunjung. Kue Natal hanya mulai dilirik di minggu terakhir bulan Januari hingga Februari.

***

Selain aroma kue, sejak 1 Desember kita bisa mendengarkan tembang Natal. Bukan hanya tembang dari kaset atau VCD/DVD, namun juga yang dinyanyikan dalam ibadah.

Memasuki bulan Desember warga Kristiani mulai merayakan ibadah Natal (biasa diistilahkan dengan Ibadah Pohon Terang). Setiap perkumpulan, organisasi, kelompok dalam gereja, merayakan ibadah Natal Pohon Terang. Perayaan Pohon Terang bisa dilangsungkan siang hari dan malam hari.

Jika ibadah Pohon Terang dilangsungkan malam hari, kita bisa mendengarkan tembang Malam Kudus yang syahdu.

***

Tanggal 24 Desember, sehari menjelang Hari H, adalah masa-masa yang penuh darah. Masa ketika darah berceceran di mana-mana.

24 Desember adalah hari penyembelihan. Sejumlah hewan, mulai dari (maaf) babi, sapi, ayam, bebek hingga Cakalang mentah disembelih untuk keperluan Natal.

Karena itu tak perlu heran jika semua pasar di Manado dan Minahasa penuh sesak oleh masyarakat. Semua warga seakan tumpah ruah untuk berbelanja. Selain daging, yang juga dibeli adalah beras ketan dan bambu varietas Rames.

Beras ketan merupakan komponen utama untuk masakan yang disebut Nasi Jaha. yakni beras ketan yang diberi bumbu tertentu dan dimasak dalam bambu. Yang dimasak dalam bambu juga makanan yang disebut Tinoransak, Pangi dan Sa'ut (atau Kotei menurut orang Tondano). Pangi adalah daun Pangium Edule yang dipotong tipis-tipis dan diberi lemak babi. Saut adalah batang pisang yang diiris kecil-kecil dan diberi tulang atau potongan kepala babi.

Kadang-kadang ada juga yang memasak Cakalang dalam bambu. Juga ayam. Atau bebek. Makanan yang dimasak dalam bambu varietas Rames memang rasanya beda. Unik, dan cita rasanya sangat lezat.

Untuk sayur, biasanya yang dimasak Cap Cae. Atau sup. Atau Brenebon (kacang merah). Sebagai pelengkap biasanya dibuat Klapertaart. Atau buah segar.

Pembakaran masakan dalam bambu dilakukan tanggal 24 sore hingga malam. Jadi tak perlu heran jika di sore menjelang senja, semua wilayah Manado dan Minahasa berasap. Berasap dalam pengertian yang sebenarnya. Asap yang menebarkan aroma wangi nan membangkitkan selera.

***

Namun, tentu saja, yang paling menyenangkan adalah mengikuti ibadah Natal tanggal 25 Desember. Bukan karena saat itu nyaris semua jemaat mengenakan pakaian dan sepatu baru, hehehe. Ibadah 25 Desember juga merupakan ajang reuni. Banyak kerabat dan handai tolan dari luar daerah yang pulang kampung untuk beribadah Natal bersama keluarga.

Saat ibadah 25 Desember, banyak gereja yang kewalahan. Karena banyak jemaat yang jarang beribadah tiba-tiba muncul. Tak heran jika sejumlah gereja yang berkapasitas ratusan orang masih perlu memasang terpal di halaman gereja untuk menampung jemaat.

Sesudah ibadah, semua jemaat saling berjabat tangan. mengucapkan selamat Natal. Momen ini juga yang digunakan pihak-pihak yang sebelumnya berseteru untuk berdamai.

Ketika dua orang berseteru saling berjabat tangan saat Natal, saat itulah semua dendam dan amarah lenyap diganti kesukacitaan.

Sukacita Natal!!! Salam,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun