Sigit kembali menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Betul. kamera itu memang hanya diaktifkan dalam situasi darurat. Biasanya sih dimatikan demi privasi. Eh, bagaimana saudara Shlomo bisa menebak?"
Agen Mossad itu tertawa. "Sejak tadi aku sudah merasa heran, kenapa Anda menghidupkan lampu dan juga kipas angin, hanya beberapa saat setelah aku masuk. Anda tahu, sebagaia agen rahasia kita tak bisa menyepelekan hal kecil yang terkesan tidak berguna bukan? Dan ternyata benar. Anda menghidupkan kamera pengintai, hehehe..."
Sigit tersenyum. Tangan kanannya memegang telinga. "Mmmm... Maaf... Sebentar," dia memberi isyarat kepada Aleesha dan Shlomo. "Ya? ... Baik ... Baik ... Dimengerti pak ... Siap ... Siap.... Siap pak..." Sigit lalu menatap Aleesha dan Shlomo. "Jika tak keberatan, Anda berdua diundang ke kantor untuk mendiskusikan hal ini. Di luar sudah menunggu mobil untuk mengantar kita..."
Aleesha dan Shlomo mengangguk dan mengikuti Sigit.
Di luar, udara cerah. Samar terdengar bunyi burung berkicau. Sebuah mobil SUV berwarna hitam terparkir di depan.
"Astaga, saudara Sigit, apakah kehadiran kami begitu berbahaya hingga pimpinan Anda mengirim agen lapangan sebanyak itu?" ujar Aleesha.
"Maaf, saya tidak mengerti..."
"Ah saudara Sigit tak perlu berpura-pura. Tukang bakso, tukang sate, tukang sol sepatu dan penjual jamu itu teman Anda bukan? Mereka agen yang menyamar?" Tak jauh di belakang mobil memang nampak tukang bakso. Di dekatnya ada tukang sate. Pada jarak 10 meter di samping nampak seorang perempuan penjual jamu yang sedang berbincang dengan tukang sol sepatu.
"Agen yang menyamar? Aku tak mengenal mereka..."
"Hehehe... seperti aku bilang tadi, kita sama-sama profesional. Aku bisa menyebut 20 alasan kenapa mereka hanya menyamar. Sepatu tukang bakso itu disemir mengkilap. Pada saku bagian dalam tukang sate jelas sekali kalau itu tablet. Penjual jamu itu jelas mengantongi pistol. Dan tukang sol..."
"Oke... oke... Anda benar," potong Sigit sambil tertawa. "Mohon maaf jika pimpinan terlalu berhati-hati. Tidak setiap hari kami mendapat kunjungan agen rahasia dari Israel..."