Lamunan  Sigit terhenti oleh bunyi telepon genggam milik Shlomo. Agen Mossad itu meminta maaf dan membukanya. "Halo? ... Iya ... Saya sudah bertemu dengannya ... Kau di mana? ... Oke ... Baik ... Baik ..."
"Ada seseorang yang ingin bertemu Anda," Shlomo berujar sambil tersenyum. "Dia akan mengetuk pintu...." Shlomo melirik jam tangannya, "Sekarang!!"
Terdengar ketukan pelan di pintu. "Assalamualaikum..." Terdengar suara jernih. Suara perempuan.
Sigit berdiri dan berjalan ke pintu, diikuti Shlomo. Sigit membuka pintu. Nampak seorang perempuan bertubuh tinggi langsing tersenyum di balik pintu. Perempuan itu mengenakan kerudung berwarna hijau. Dia berwajah cantik. Sangat cantik, dengan kecantikan khas Timur Tengah yang sangat kuat. Dia mengenakan kaos berwarna hijau dan celana jeans. Di balik punggungnya nampak ransel tipis.
"Saudara Sigit, kenalkan, ini Aleesha  Mahmoud, agen rahasia dari PSL, dinas rahasia Palestina," kata Shlomo. "Aleesha, kenalkan, ini saudara Sigit."
Sigit terpana. Untuk sesaat dia tak bisa mencerna apa yang dikatakan Shlomo. Gadis ini agen rahasia Palestina? Dia membatalkan niat untuk berjabat tangan ketika melihat Aleesha mengatupkan jemarinya di depan dada.
"Eh, silakan masuk, silakan duduk," kata Sigit setengah tergagap. "Mau minum apa?"
"Air mineral saja," ujar Aleesha sambil duduk di samping Shlomo.
Sigit kembali mengambil air mineral kemasan botol dari lemari es.
"Jadi, Anda Aleesha? Aleesha yang itu? Aleesha yang konon membunuh tujuh anggota Yakuza hanya dengan tusuk gigi?" Sigit bertanya sambil meletakkan botol mineral ke atas meja.
"Haha... Saudara Sigit hanya mendengar separuh cerita. Saat itu, ada 13 anggota Yakuza yang tewas. Tujuh tewas oleh tusuk gigi, sisanya dibunuh Aleesha menggunakan sedotan. Sedotan yang mirip seperti ini..."