Mohon tunggu...
Suka Ngeblog
Suka Ngeblog Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis buku, terkadang menjadi Pekerja Teks Komersial

Blogger, writer, content creator, publisher. Penggemar Liga Inggris (dan timnas Inggris), penikmat sci-fi dan spionase, salah satu penghuni Rumah Kayu, punya 'alter ego' Alien Indo , salah satu penulis kisah intelejen Operasi Garuda Hitam, cersil Padepokan Rumah Kayu dan Bajra Superhero .Terkadang suka menulis di www.faryoroh.com dan http://www.writerpreneurindonesia.com/

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Bola Itu Bundar, Namun Lapangan Hijau Tetaplah Rata

23 November 2012   03:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:48 3888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari sisi jadwal, Indonesia sebenarnya diuntungkan. Karena lawan perdana 'hanya' Laos, yang seharusnya bisa dikalahkan (prediksi saya Indonesia bisa menang minimal 2-0). Partai selanjutnya melawan Singapura, yang secara kualitas sedikit di atas Laos, namun rasa-rasanya juga bisa dikalahkan. Prediksi saya Indonesia bisa menang tipis 2-1 atau 1-0. Melawan Laos dan Singapura, Indonesia tak bisa berharap pada keajaiban bola itu bundar. Keunggulan teknis pemain Indonesia harus dimaksimalkan. Karena lapangan hijau itu rata.

Jika bisa mengalahkan Laos dan Singapura, satu tiket di babak semifinal sudah di tangan. Yang harus dipertimbangkan adalah apakah Indonesia perlu menjadi juara atau runner up grup. Jadi Indonesia bisa saja hanya berharap hasil imbang melawan Malaysia. Walau, tentu saja, sangat menyenangkan jika Indonesia bisa mengalahkan Malaysia, hehehe. Apalagi kemenangan itu terjadi di Bukit Jalil.

Fisik dan mental

Ada banyak faktor yang mempengaruhi sehingga  'bola itu bundar'  dan  'lapangan hijau itu rata' bisa terjadi. Bagaimana kejelian pemain memanfaatkan kesempatan, bagaimana pemain membuang peluang emas, bagaimana kekuatan fisik, emosional, dan juga mental.

Soal mental, saya pikir harus mendapat perhatian serius. Usai laga ujicoba melawan Kamerun, misalnya, ada pemain yang dengan jujur mengaku gugup karena penonton yang datang jauh lebih banyak. Kita menghargai pengakuan yang jujur ini, karena dengan begitu, pelatih bisa mengadakan sesi khusus untuk memperkuat mental.

Yang juga terkait dengan mental adalah konsentrasi. Jangan sampai konsentrasi pemain terpecah karena faktor non teknis. Faktor Diego, misalnya, walau tak begitu signifikan namun pasti ada pengaruhnya bagi tim. Begitu juga dengan isu keuangan. Pemain seharusnya tak perlu memikirkan soal keuangan karena itu wewenang PSSI.

Menjelang bergulirnya Piala AF, PSSI memang sempat mendapat cobaan serius dari sisi dana. Cobaan terberat tentu saja ketika laga melawan Kamerun. Pertandingan uji coba ini nyaris gagal karena tim Kamerun mendesak agar kontrak dibayar sebelum laga berlangsung. Setelah sempat tertunda  sekitar setengah jam, pertandingan akhirnya terlaksana setelah PSSI membayar sekitar 50 ribu USD, atau sekitar 481 juta rupiah.

Dilihat dari satu sisi, pemberian uang hampir setengah milyar rupiah kepada Kamerun ketika PSSI sedang megap-megap karena kekurangan dana, bisa dianggap aneh. Namun dari sisi lain, terutama untuk kepentingan lebih besar, pemberian ini bisa dipahami. Bukan saja demi nama baik bangsa, namun juga pada persiapan timnas secara keseluruhan. Dari laga melawan Kamerun bisa diukur sejauh mana kesiapan tim Garuda.

Penyerangan dan kumat

Berkaca pada laga persahabatan melawan Kamerun, dari sisi penyerangan, tim Garuda lumayan menjanjikan. Tusukan Okto Maniani dari sayap, Andik dari tengah dengan target man Irfan Bachdim bisa mengacak-acak pertahanan Kamerun. Ditambah penampilan Bepe dan Elie Aiboy, penyerang Indonesia bisa menjadi momok yang menakutkan di Piala AFF.

Yang harus dijaga jangan sampai penyakit Okto 'kumat'. Bukan rahasia lagi kalau Okto suka bermain individu. Di sepakbola, bermain individu itu bukan dosa. Bahkan bisa menjadi nilai tambah, sepanjang si pemain bisa melakukannya pada momen yang tepat. Pada beberapa pertandingan sebelumnya terkesan kalau Okto terlalu memaksakan diri untuk bermain individu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun