Mohon tunggu...
Suka Ngeblog
Suka Ngeblog Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis buku, terkadang menjadi Pekerja Teks Komersial

Blogger, writer, content creator, publisher. Penggemar Liga Inggris (dan timnas Inggris), penikmat sci-fi dan spionase, salah satu penghuni Rumah Kayu, punya 'alter ego' Alien Indo , salah satu penulis kisah intelejen Operasi Garuda Hitam, cersil Padepokan Rumah Kayu dan Bajra Superhero .Terkadang suka menulis di www.faryoroh.com dan http://www.writerpreneurindonesia.com/

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Bola Itu Bundar, Namun Lapangan Hijau Tetaplah Rata

23 November 2012   03:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:48 3888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_217759" align="aligncenter" width="400" caption="Ilustrasi (foto: 123rf.com)"][/caption]

BOLA itu bundar. Itu istilah umum yang biasa kita dengar di sepakbola. Bola itu bundar (atau bulat?) merupakan ungkapan untuk menggambarkan bahwa di sepakbola, tak ada yang pasti. Sama seperti bola yang bisa bergulir ke mana saja, begitu juga hasil dari suatu pertandingan sepakbola.

Karena bola itu bundar maka sepakbola menjadi olaharaga paling menarik di planet bumi. Karena bola itu bundar, kita bisa menyaksikan drama. Kita bisa melihat momen mengejutkan dan tak terduga. Bola yang bundar membuat tawa dan tangis bisa silih berganti dalam hitungan detik.

Karena bola itu bundar, Denmark yang tak lolos penyisihan Pra Piala Eropa, bisa menjadi Juara Eropa di tahun 1992. Saat itu Denmark menggantikan Yugoslavia yang diberi sanksi karena terlibat perang. Karena bola itu bundar, Chelsea bisa menjadi kampiun Liga Champion musim lalu. Karena bola itu bundar, tim anak bawang Glasgow Celtic bisa mengalahkan Barcelona dalam penyisihan Liga Champion musim ini. Karena bola itu bundar, Inggris tersingkir secara menyakitkan dalam drama adu penalti melawan Italia pada perhelatan Piala Eropa beberapa waktu lalu. Daftar ini akan sangat panjang dan saya yakin teman-teman pecinta sepakbola bisa mengisinya selama berjam-jam.

Namun, sebenarnya, kalimat 'bola itu bundar' belum lengkap. Kalimat lengkapnya adalah: Bola itu bundar, namun lapangan hijau tetaplah rata. Kalimat 'lapangan hijau tetaplah rata' mau menegaskan bahwa dalam situasi tertentu, kemenangan suatu tim tidak ditentukan oleh keberuntungan atau kemujuran. Namun lebih disebabkan oleh kualitas dan strategi tim.

Karena lapangan hijau itu rata, maka Spanyol menjadi Juara Eropa setelah mengalahkan tim tangguh Italia dalam final Euro 2012. Spanyol menang bukan karena beruntung. Spanyol menjadi jawara bukan karena dinaungi Dewi Fortuna. Spanyol mengangkat trophy karena dari sisi kualitas dan strategi permainan, mereka sedikit lebih baik dibanding Italia.

Karena lapangan hijau itu rata maka Juventus bisa mengalahkan Chelsea dalam matchday 5 Liga Champions beberapa hari lalu. Juve menang bukan karena beruntung. Tim Nyonya besar menang karena bisa memaksimalkan kesalahan taktik dan strategi yang dimainkan Chelsea.

Kualitas dan keberuntungan

Dalam beberapa kasus, ungkapan 'bola itu bundar' biasa disampaikan oleh suporter tim yang menyadari kalau dari sisi kualitas, timnya tidak sebagus tim lawan. Sementara 'lapangan hijau tetaplah rata' adalah ungkapan bernada optimis dari pendukung yang percaya bahwa secara kualitas, tim yang didukungnya bisa menang.

Dalam laga Laos melawan Indonesia pada Piala AFF, misalnya, mayoritas pendukung tim Laos mungkin berharap pada tuah 'bola itu bundar'. Karena mereka sadar, dari sisi kualitas Laos jauh di bawah Indonesia. Pendukung Laos berharap akan muncul keajaiban karena sadar, hanya keajaiban yang bisa memenangkan Laos.

Sebaliknya, dari sisi Indonesia, ketika melawan Laos pendukung timnas Garuda seharusnya tak bisa berharap pada tuah 'bola itu bundar'. Melawan Laos, Tim Garuda  harus membuktikan bahwa 'lapangan hijau itu tetaplah rata'. Bahwa Indonesia bisa mengalahkan Laos, bukan karena keberuntungan, tapi karena secara kualitas Indonesia memang layak menang.

Dari sisi jadwal, Indonesia sebenarnya diuntungkan. Karena lawan perdana 'hanya' Laos, yang seharusnya bisa dikalahkan (prediksi saya Indonesia bisa menang minimal 2-0). Partai selanjutnya melawan Singapura, yang secara kualitas sedikit di atas Laos, namun rasa-rasanya juga bisa dikalahkan. Prediksi saya Indonesia bisa menang tipis 2-1 atau 1-0. Melawan Laos dan Singapura, Indonesia tak bisa berharap pada keajaiban bola itu bundar. Keunggulan teknis pemain Indonesia harus dimaksimalkan. Karena lapangan hijau itu rata.

Jika bisa mengalahkan Laos dan Singapura, satu tiket di babak semifinal sudah di tangan. Yang harus dipertimbangkan adalah apakah Indonesia perlu menjadi juara atau runner up grup. Jadi Indonesia bisa saja hanya berharap hasil imbang melawan Malaysia. Walau, tentu saja, sangat menyenangkan jika Indonesia bisa mengalahkan Malaysia, hehehe. Apalagi kemenangan itu terjadi di Bukit Jalil.

Fisik dan mental

Ada banyak faktor yang mempengaruhi sehingga  'bola itu bundar'  dan  'lapangan hijau itu rata' bisa terjadi. Bagaimana kejelian pemain memanfaatkan kesempatan, bagaimana pemain membuang peluang emas, bagaimana kekuatan fisik, emosional, dan juga mental.

Soal mental, saya pikir harus mendapat perhatian serius. Usai laga ujicoba melawan Kamerun, misalnya, ada pemain yang dengan jujur mengaku gugup karena penonton yang datang jauh lebih banyak. Kita menghargai pengakuan yang jujur ini, karena dengan begitu, pelatih bisa mengadakan sesi khusus untuk memperkuat mental.

Yang juga terkait dengan mental adalah konsentrasi. Jangan sampai konsentrasi pemain terpecah karena faktor non teknis. Faktor Diego, misalnya, walau tak begitu signifikan namun pasti ada pengaruhnya bagi tim. Begitu juga dengan isu keuangan. Pemain seharusnya tak perlu memikirkan soal keuangan karena itu wewenang PSSI.

Menjelang bergulirnya Piala AF, PSSI memang sempat mendapat cobaan serius dari sisi dana. Cobaan terberat tentu saja ketika laga melawan Kamerun. Pertandingan uji coba ini nyaris gagal karena tim Kamerun mendesak agar kontrak dibayar sebelum laga berlangsung. Setelah sempat tertunda  sekitar setengah jam, pertandingan akhirnya terlaksana setelah PSSI membayar sekitar 50 ribu USD, atau sekitar 481 juta rupiah.

Dilihat dari satu sisi, pemberian uang hampir setengah milyar rupiah kepada Kamerun ketika PSSI sedang megap-megap karena kekurangan dana, bisa dianggap aneh. Namun dari sisi lain, terutama untuk kepentingan lebih besar, pemberian ini bisa dipahami. Bukan saja demi nama baik bangsa, namun juga pada persiapan timnas secara keseluruhan. Dari laga melawan Kamerun bisa diukur sejauh mana kesiapan tim Garuda.

Penyerangan dan kumat

Berkaca pada laga persahabatan melawan Kamerun, dari sisi penyerangan, tim Garuda lumayan menjanjikan. Tusukan Okto Maniani dari sayap, Andik dari tengah dengan target man Irfan Bachdim bisa mengacak-acak pertahanan Kamerun. Ditambah penampilan Bepe dan Elie Aiboy, penyerang Indonesia bisa menjadi momok yang menakutkan di Piala AFF.

Yang harus dijaga jangan sampai penyakit Okto 'kumat'. Bukan rahasia lagi kalau Okto suka bermain individu. Di sepakbola, bermain individu itu bukan dosa. Bahkan bisa menjadi nilai tambah, sepanjang si pemain bisa melakukannya pada momen yang tepat. Pada beberapa pertandingan sebelumnya terkesan kalau Okto terlalu memaksakan diri untuk bermain individu.

Mungkin Okto perlu belajar banyak pada Lionel Messi. Saat ini Messi merupakan pemain dengan teknik individu terhebat di planet bumi. Namun di Barcelona, Messi hanya sekali-sekali bermain individu. Dia tahu kapan harus ber-solo run, kapan harus bermain satu-dua dengan Fabregas atau Iniesta, dan kapan mengirimkan umpan.

Walau belum separah Okto, Andik juga terkadang suka tergoda bermain individu dan lupa bahwa sepakbola pada hakekatnya adalah permainan tim.

Kalau lapangan tengah, terlihat belum begitu maksimal. Belum ada keterpaduan dengan penyerang. Yang juga perlu diwaspadai adalah barisan pertahanan. Beberapa kali pemain Kamerun bisa lolos dan berhadapan satu lawan satu dengan penjaga gawang. Namun saya yakin pelatih Nil Maizar pasti telah melakukan pembenahan.

Menang bermartabat

Bagaimana peluang timnas Garuda di Piala AFF? Peluangnya cukup besar, saya kira. Peluang untuk lolos dari fase group mungkin 75-80%. Peluang masuk final mungkin 60-75%. Peluang juara? Aku pikir ada pada kisaran 55-60%.

Jika ternyata juara, ini menjadi babak baru dalam sejarah sepakbola Tanah Air. Kemenangan itu patut disyukuri. Namun jangan mabuk dengan kemenangan. Jika menang, Indonesia bisa menahbiskan diri menjadi penguasa Asia Tenggara. Langkah selanjutnya adalah mencoba menatap level Asia.

Jika kalah, itu bukan akhir dunia. Jika tim Garuda keok, matahari akan tetap bersinar. Burung akan tetap berkicau. Kekalahan harus dijadikan wahana evaluasi, demi kepentingan tim di masa depan.

Memang, sebagaimana sifat khas Indonesia, jika ternyata tim Garuda kalah, pasti ada pihak tertentu yang sudah mengelus-elus siapa yang cocok dijadikan kambing hitam. Kambing hitam itu bisa Menpora, yang terlambat mencairkan dana. Bisa juga klub ISL yang tidak mengirimkan pemain terbaik. Bisa juga pihak 'Bakrie' yang dipercaya menjadi dalang konspirasi sehingga Diego tak bisa main.

Jika ternyata Indonesia kalah, itu bukan salah siapa-siapa. Indonesia bisa kalah karena 'bola itu bundar'. Bisa karena sial. Bisa karena tidak dinaungi Dewi Fortuna. Indonesia juga bisa kalah karena 'lapangan hijau itu rata'. Kalah karena secara kualitas tim lawan memang lebih bagus.

Kalah atau menang, sejujurnya saya berharap hasil Piala AFF bisa dijadikan pintu masuk untuk perdamaian. Untuk menyelesaikan kisruh sepakbola yang makin carut-marut. Namun, mungkin harapan saya ini terlalu muluk ya? hehehe

Apapun itu, untuk timnas Garuda, selamat bertanding. Bertandinglah dengan hati. Bertandinglah dengan penuh kebanggaan. Bertandinglah dengan penuh semangat.

Jika menang, menanglah dengan bermartabat. Jika terpaksa harus kalah, kalahlah dengan terhormat!!

Hidup INGGRIS (#ehhh?) Hehehehehe Salam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun