Saya sendiri, selang sebulan terakhir iseng menjajal Kindle. Saya membuat beberapa ebook dan dijual di sana. Karena hanya taraf percobaan, beberapa buku saya ambil yang public domain (buku yang copyrightnya sudah tidak berlaku). Dua buku yang saya terbitkan beberapa hari terakhir adalah ‘Sherlock Holmes vs Hercule Poirot, 40 Cases, Two Great Detectives), dan ‘Winnetou and Old Shatterhand’. Buku pertama berisi kumpulan cerita pendek tentang kasus yang dipecahkan Sherlock dan Poirot yang ditulis Arthur Conan Doyle dan Agatha Christie. Buku kedua karangan Karl May.
[caption id="attachment_209081" align="aligncenter" width="589" caption="Buku "]
Saya juga menulis beberapa cerita pendek bergenre romance. Dan rupanya di Kindle, cerpen romance cukup disukai. Yang terjual  cukup lumayan, padahal kisah dan penuturannya malu-maluin, hehehe.
Yang juga banyak dibeli orang adalah buku biografi tentang Neil Armstrong dan Pyllis Diller. Padahal ‘buku’ itu saya bikin berdasarkan materi yang semuanya tersedia di internet, hanya diolah dan diedit. (Di Kindle saya memakai nama pena. Namun tentu saja bukan Sukangeblog, hehehe). Saya juga menerbitkan kompilasi tulisan di blog tempo doeloe dengan nama pena pengarang ‘Rumah Kayu’.
[caption id="attachment_209082" align="aligncenter" width="540" caption="Buku Neil Armstrong di Kindle (foto: dok pribadi)"]
Kelak, jika punya waktu yang cukup, menjual ebook di Kindle cukup menarik. Dari sisi bisnis juga sangat menjanjikan. Saya punya banyak ide yang bisa dituangkan menjadi ebook, baik fiksi maupun non fiksi. Tinggal waktunya yang tidak ada. Namun setidaknya saya sudah tahu apa yang akan dilakukan jika kelak sudah pensiun dari kerja kantoran sekarang, hehehe.
Bagaimana Indonesia?
Di Indonesia, ebook belum begitu populer. Masih sangat minim pihak yang mencoba meraup rupiah dari penjualan ebook. Ini diperparah oleh ciri khas pengguna internet Indonesia yang lebih suka barang gratisan daripada membeli.
Di Tanah Air, bisnis buku cetakan masih mendominasi, dan kelihatannya masih akan tetap eksis setidaknya hingga 15 hingga 20 tahun mendatang.
Namun fenomena di luar negeri, mau tidak mau harus disimak. Di luar sana, ebook mulai merambah. Dan kelihatannya, hanya soal waktu bagi ebook untuk berjaya di Indonesia...
Akankah buku cetakan menjadi kenangan, dan kita akan ‘membaca buku’ melalui perangkat elektronik?