Mohon tunggu...
Suka Ngeblog
Suka Ngeblog Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis buku, terkadang menjadi Pekerja Teks Komersial

Blogger, writer, content creator, publisher. Penggemar Liga Inggris (dan timnas Inggris), penikmat sci-fi dan spionase, salah satu penghuni Rumah Kayu, punya 'alter ego' Alien Indo , salah satu penulis kisah intelejen Operasi Garuda Hitam, cersil Padepokan Rumah Kayu dan Bajra Superhero .Terkadang suka menulis di www.faryoroh.com dan http://www.writerpreneurindonesia.com/

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Chelsea, Muenchen dan... IPL

26 April 2012   13:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:04 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Bahwa sebagian klub di IPL tak punya basis massa itu fakta. Bahwa sebagian klub IPL hanya ditonton segelintir orang itu juga fakta. Lalu bagaimana?

Aku yakin, klub-klub di IPL pasti sudah melakukan berbagai cara untuk menarik simpati penggemar. Sayang, untuk menarik simpati itu tidak mudah. Apalagi jika yang disasar sudah terlebih dahulu menentukan pilihan. Jika ada warga Malang yang sudah 'terlanjur' memilih Arema, misalnya, maka akan sia-sialah upaya Persema untuk mengajaknya 'menyeberang'.

Mengajak Aremania untuk pindah ke lain hati dan menyukai Persema, mungkin akan sama dengan meminta penggemar Madrid untuk beralih ke Barcelona. Atau mengajak Milanisti untuk menjadi Internisti. Sampai kiamat itu gak akan pernah terjadi.

Pada akhirnya, mungkin, yang terjadi adalah seleksi alam. Seperti yang sudah pernah aku tulis, kelak hanya klub yang punya penggemar signifikan yang akan bertahan di kancah kompetisi Tanah Air. Karena penggemar yang mencapai belasan atau mungkin puluhan ribu merupakan magnet yang sangat kuat untuk menarik sponsor.

Klub yang punya basis massa dan mampu menarik sponsor, cepat atau lambat akan menjadi klub profesional. Yang mampu menghidupi diri sendiri, tanpa APBD yang merupakan uang rakyat.

Jadi bagi klub yang selama ini minim penggemar, maka mendapatkan suporter itu merupakan PR yang harus dilakukan. Tidak mudah memang. Dan perlu waktu. Salah satu 'jalan pintas' untuk menarik penggemar adalah dengan prestasi. Dan juga atraksi di lapangan.

Apa yang menimpa Persema dan sejumlah klub di IPL juga menjadi ujian bagi "metode pembiayaan dengan konsorsium" yang selama ini dianggap sebagai alternatif paling rasional untuk kompetisi Tanah Air. Bagaimana mungkin metode konsorsium menjadi jawaban jika belum semusim sudah mulai terlambat mengucurkan dana?

Pertanyaan yang mungkin paling menarik (namun mungkin tidak disukai) adalah: sampai kapan IPL bergulir? Sampai kapan klub yang pemainnya tidak digaji akan bertahan? Sampai kapan konsorsium mengucurkan dana untuk klub yang besar pasak daripada tiang?

Salam,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun