***
Bahwa sebagian klub di IPL tak punya basis massa itu fakta. Bahwa sebagian klub IPL hanya ditonton segelintir orang itu juga fakta. Lalu bagaimana?
Aku yakin, klub-klub di IPL pasti sudah melakukan berbagai cara untuk menarik simpati penggemar. Sayang, untuk menarik simpati itu tidak mudah. Apalagi jika yang disasar sudah terlebih dahulu menentukan pilihan. Jika ada warga Malang yang sudah 'terlanjur' memilih Arema, misalnya, maka akan sia-sialah upaya Persema untuk mengajaknya 'menyeberang'.
Mengajak Aremania untuk pindah ke lain hati dan menyukai Persema, mungkin akan sama dengan meminta penggemar Madrid untuk beralih ke Barcelona. Atau mengajak Milanisti untuk menjadi Internisti. Sampai kiamat itu gak akan pernah terjadi.
Pada akhirnya, mungkin, yang terjadi adalah seleksi alam. Seperti yang sudah pernah aku tulis, kelak hanya klub yang punya penggemar signifikan yang akan bertahan di kancah kompetisi Tanah Air. Karena penggemar yang mencapai belasan atau mungkin puluhan ribu merupakan magnet yang sangat kuat untuk menarik sponsor.
Klub yang punya basis massa dan mampu menarik sponsor, cepat atau lambat akan menjadi klub profesional. Yang mampu menghidupi diri sendiri, tanpa APBD yang merupakan uang rakyat.
Jadi bagi klub yang selama ini minim penggemar, maka mendapatkan suporter itu merupakan PR yang harus dilakukan. Tidak mudah memang. Dan perlu waktu. Salah satu 'jalan pintas' untuk menarik penggemar adalah dengan prestasi. Dan juga atraksi di lapangan.
Apa yang menimpa Persema dan sejumlah klub di IPL juga menjadi ujian bagi "metode pembiayaan dengan konsorsium" yang selama ini dianggap sebagai alternatif paling rasional untuk kompetisi Tanah Air. Bagaimana mungkin metode konsorsium menjadi jawaban jika belum semusim sudah mulai terlambat mengucurkan dana?
Pertanyaan yang mungkin paling menarik (namun mungkin tidak disukai) adalah: sampai kapan IPL bergulir? Sampai kapan klub yang pemainnya tidak digaji akan bertahan? Sampai kapan konsorsium mengucurkan dana untuk klub yang besar pasak daripada tiang?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H