Mohon tunggu...
Suka Ngeblog
Suka Ngeblog Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis buku, terkadang menjadi Pekerja Teks Komersial

Blogger, writer, content creator, publisher. Penggemar Liga Inggris (dan timnas Inggris), penikmat sci-fi dan spionase, salah satu penghuni Rumah Kayu, punya 'alter ego' Alien Indo , salah satu penulis kisah intelejen Operasi Garuda Hitam, cersil Padepokan Rumah Kayu dan Bajra Superhero .Terkadang suka menulis di www.faryoroh.com dan http://www.writerpreneurindonesia.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Simpati, Paling Indonesia

18 Mei 2011   10:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:30 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa terasa, 10 tahun sudah aku menggunakan nomor Simpati. Nomor yang aku gunakan usianya lebih tua dari masa pacaran dengan istri, bahkan lebih tua dari anak-anakku.

Kenapa aku bangga dengan nomor Simpatiku? Karena aku bisa mempertahankan selama 10 tahun, bisa menjaga tidak tercuri, dan masih tetap mengaktifkannya. Sampai sekarang, jika mengisi pulsa, si petugas biasanya bingung dan mengulang nomor yang aku sebutkan.

"Gak salah pak? Hanya 11 angka?" Begitu kalimat yang biasa mereka ucapkan. Dan mereka biasanya juga langsung manggut-manggut ketika aku memastikan kalau nomor itu tidak keliru.

"Oh nomor lama ya..."

***

Aku membeli nomor Simpati nyaris bersamaan ketika membeli HP. Saat itu, karena tuntutan pekerjaan, aku 'memaksakan diri' membeli HP. Setelah HP terbeli, aku sempat bingung membeli nomor mana.

"Pakai Simpati saja pak," kata si penjual HP. "Kalu ke sesama Simpati lebih murah..."

Aku yang tidak terlalu paham soal mahal tidaknya biaya telepon, langsung percaya. Aku pun membeli nomor Simpati. Ternyata si penjual tidak bohong. Karena sebagian besar teman dan relasi juga pengguna Simpati, aku dapat merasakan dampaknya. Sesama Simpati pulsanya memang lebih murah.

Tak berapa lama, istriku juga membeli HP. Ketika mendampingi istri berbelanja, aku yang mengusulkan agar dia juga membeli nomor Simpati. "Supaya kalau kita saling teleponan bisa murah," kataku memberi alasan. Sayang nomor Simpati istriku hanya bertahan sekitar 2 tahun setelah HP- hilang. Setelah sempat mencoba nomor CDMA, tahun lalu istriku kembali memakai Simpati.

Tentu, bukan hanya sekali aku tergoda mencoba nomor provider lain. Iming-iming berbagai fasilitas nyaris membuatku tergoda. Namun aku tetap bertahan. Simpati sejauh ini belum pernah mengecewakan. Jadi kenapa harus dicampakkan?

Dua tahun lalu, aku dinobatkan sebagai pemenang sebuah kontes blog, dan mendapat hadiah sebuah Blackberry. Ketika BB sudah di tangan, aku sempat bimbang. Apakah aku harus membeli nomor baru untuk HP baru?

Namun aku memilih untuk tetap menggunakan nomor lama untuk HP baru. Terpaksa, HP lama yang dikorbankan (oh ya, aku bukan tipe orang yang suka membawa lebih dari 1 HP, hehehe).

Mulai tahun lalu, aku memutuskan untuk membeli modem untuk laptopku. Kantorku memang menyediakan layanan internet selama 24 jam dengan koneksi super cepat. Namun ada hal tertentu yang memaksa aku untuk berinternet di rumah. Setelah modem terbeli, aku mencari informasi tentang provider dengan layanan internet paling yahud. Dan aku memutuskan menggunakan paket Simpati Freedom. Tentu, dengan nomor baru.

***

Selama 10 tahun aku menjadi bagian dari keluarga besar Telkomsel, dan aku bangga menjadi satu dari 100 juta pelanggan. Selama 10 tahun aku sudah kenyang dengan berbagai pengalaman menggunakan Simpati. Kisahnya tentu akan sangat panjang jika harus diurai satu persatu di sini. Namun secara ringkas, aku merasakan bahwa banyak hal dalam hidupku yang menjadi lebih mudah karena Simpati.

Jika ke daerah lain karena tuntutan tugas, aku tak perlu takut, karena jaringan Simpati ada di semua daerah, bahkan termasuk yang terpencil. Komunikasi dengan keluarga, bisa menjadi menyenangkan.

Aku salah satu dari 100 juta yang merasakan dampak bagaimana Telkomsel merajut Indonesia menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Dengan Simpati, semua pulau, laut, gunung atau bukit tidak lagi menjadi penghalang. Aku juga ikut bangga, karena punya andil sehingga Telkomsel menjadi salah satu dari tujuh operator seluler yang memiliki 100 pelanggan.

***

Tentu, dengan pesatnya perkembangan teknologi, kebutuhan sarana komunikasi menjadi hal yang mutlak. Telkomsel tentu saja harus (dan bisa) menyesuaikan diri dengan berbagai tantangan. Aku yakin, 100 juta pelanggan tidak akan membuat Telkomsel cepat berbangga diri. Masih banyak pekerjaan besar yang menanti. Juga, yang tidak kalah sulit, adalah bagaimana menjaga kualitas layanan yang sejauh ini sudah lumayan bagus.

Simpati, atau secara umum Telkomsel, mungkin merupakan produk yang paling Indonesia. Karena manfaatnya benar-benar dirasakan masyarakat Indonesia, tak hanya kalangan berdasi dan bergelimang rupiah, namun juga masyarakat kelas bawah, seperti tukang becak, kuli angkut, mbok jamu, petani, yang karena 'tuntutan' teknologi, juga kini punya HP. Dan sebagian dari mereka pasti memakai produk Telkomsel.

Simpati paling Indonesia, karena tak hanya menyediakan angin surga dan janji manis, namun kinerja nyata yang dirasakan hari demi hari, bahkan detik demi detik.

Simpati paling Indonesia karena mampu menyatukan Indonesia!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun