Mohon tunggu...
Suka Ngeblog
Suka Ngeblog Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis buku, terkadang menjadi Pekerja Teks Komersial

Blogger, writer, content creator, publisher. Penggemar Liga Inggris (dan timnas Inggris), penikmat sci-fi dan spionase, salah satu penghuni Rumah Kayu, punya 'alter ego' Alien Indo , salah satu penulis kisah intelejen Operasi Garuda Hitam, cersil Padepokan Rumah Kayu dan Bajra Superhero .Terkadang suka menulis di www.faryoroh.com dan http://www.writerpreneurindonesia.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Jika Menulis Ibarat Menyanyi, Maka...

1 September 2014   01:34 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:58 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_340392" align="alignnone" width="630" caption="ilustrasi (www.firstcover.com)"][/caption]

Jika menulis ibarat menyanyi, maka bikin buku itu ibarat rekaman...

Menulis dan menyanyi, sama-sama merupakan proses kreatif. Rasa-rasanya semua orang bisa menulis, sama halnya dengan semua orang bisa menyanyi. (Walau tak semua orang punya suara merdu, sama halnya dengan tak semua tulisan yang dibuat itu menarik untuk dibaca...)

Untuk bisa menyanyi dengan bagus dan merdu, seseorang harus rajin berlatih. Rajin berolah vokal dan pernafasan. Begitu juga dengan menulis. Setidaknya ada dua hal yang bisa dilakukan untuk bisa menulis lebih bagus: Banyak membaca dan banyak menulis.

Banyak membaca, untuk memperluas wawasan. Juga menambah kosa kata. Dan sudut pandang. Yang disarankan untuk dibaca tak hanya tulisan yang bagus dan menarik. Sesekali, seseorang juga perlu membaca tulisan yang jelek, untuk dijadikan pelajaran.

Di samping banyak membaca, tentu juga harus banyak menulis. Banyak membaca tanpa menulis tak akan membuat seorang pintar menulis. Jadi yang dianjurkan adalah menulis setiap hari. (Menulis setiap hari itu berbeda dengan mempublish tulisan setiap hari).

The next level

Di kompasiana, saya beberapa kali menemukan teman kompasianer yang bilang: Saya hanya ingin menulis, tak ingin bikin buku... Itu merupakan hal yang wajar, sama halnya dengan tak semua penyanyi ingin rekaman.

Sekalipun, tentu saja, ketika seorang penyanyi memasuki dapur rekaman, dia sudah menanjak ke 'next level'. Dia sudah memasuki tahapan yang lebih tinggi.

Begitu juga dengan menulis. Ada yang bilang, prestasi terbesar seorang wartawan dan blogger adalah ketika dia bisa bikin buku. Karena realitanya, tak semua wartawan dan blogger bisa menulis buku. Membuat berita atau posting itu mudah. Namun buku? Itu soal lain. Itu sebabnya, ketika seseorang yang biasa menulis dan kemudian memutuskan untuk mewujudkan tulisannya menjadi buku, dia telah memasuki tahapan yang baru. Ke 'next level'.

Musisi pengiring

Seorang penyanyi yang ingin rekaman membutuhkan musisi pengiring. Bisa satu atau beberapa orang, untuk memainkan berbagai perangkat musik. Bisa saja, seorang penyanyi hanya menyewa satu musisi untuk memainkan semua komposisi musik.

Saya ingat dulu, ketika Nicky Astria mengeluarkan album, musiknya digarap Ian Antono yang memainkan semua perangkat musik. Jadi Ian tak hanya main gitar, namun juga bas, drum hingga keyboard!!

Setelah musisinya oke, dilanjutkan dengan proses rekaman. Menyewa studio dan operator studio untuk merekam suara dan mixing.

Hal serupa berlaku di dunia tulis-menulis. Untuk menerbitkan buku, seseorang perlu 'musisi pengiring' untuk melakukan editing, membuat cover dan memformat naskah. Jika naskahnya sudah oke, selanjutnya dibawa ke percetakan.

Jika sebuah buku ingin diterbitkan dengan metode 'self publishing', maka pemilihan 'musisi pengiring' (editor, penata layout, pembuat cover) dipilih sendiri oleh penulis. Begitu juga dengan pemilihan percetakan, hingga jenis kertas.

Jika naskahnya diterbitkan penerbit besar, semua proses editing hingga pembuatan cover dan percetakan dilaksanakan sepenuhnya oleh penerbit.

Single vs album

Di dunia musik, seorang penyanyi bisa merilis single, yakni hanya satu lagu, seperti yang dilakukan Agnez Mo yang merilis Coke Bottle. Namun biasanya seorang penyanyi ingin menerbitkan album. Satu album biasanya berisi lebih dari lima lagu.

Jika si penyanyi hanya punya satu lagu namun ingin menerbitkan album, dia bisa bergabung dengan sesama penyanyi yang juga hanya punya satu lagu, untuk kemudian merilis album kompilasi. Yakni satu album yang lagunya dinyanyikan berbagai penyanyi.

Penerbitan buku 'singles' dan kompilasi juga berlaku di buku. Memang untuk cetak, tak dikenal istilah single, yakni sebuah cerpen yang panjangnya sekitar 5000-an kata untuk diicetak jadi buku. Biasanya sebuah cerpen bisa menjadi buku jika digabung dengan cerpen lain, menjadi sebuah buku kompilasi.

Buku kompilasi tak hanya untuk cerpen yang fiksi. Yang non fiksi juga bisa, seperti yang digagas Kompasiana yang bekerjasama dengan penerbit besar bermaksud menerbitkan buku kompilasi tentang SBY.

Tentu yang banyak ditemui adalah menerbitkan buku yang tebal, minimal seratus halaman dengan penulis tunggal. Di Kompasiana sudah banyak kompasianer yang menerbitkan buku dengan cara seperti ini. Sebagian diterbitkan penerbit besar, sebagian lagi dengan self publishing. Pak Gustaaf, dokter Posma, pak Armand dan sejumlah nama lain sudah menerbitkan buku. Yang terbaru, karya pak Rifki Feriandi dan mbak Maria Margaretha.

[caption id="attachment_340393" align="aligncenter" width="560" caption="Buku karya Rifki Feriandi (dok. Rifki Feriandi)"]

1409482978712848478
1409482978712848478
[/caption]

Jika di buku cetak tak mengenal istilah single, tak demikian halnya dengan dunia digital. di Amazon, misalnya, kita bisa menerbitkan satu cerpen (dengan jumlah kata 5000-an hingga 7000-an) dan menjadi buku. Di amazon, yang seperti itu disebut Kindle Singles.

Rupanya, di barat sana, banyak yang suka membaca bacaan yang pendek dan segera tamat. Mereka ogah membaca novel yang panjangnya ratusan halaman. Mereka ingin membaca yang simpel, karena dibaca di sela-sela kesibukan untuk mengusir kesumpekan.

Karena itu di Kindle Amazon ada kategori yang disebut Kindle Short Reads : 30 minutes (12-21 pages), Kindle Short Reads : 45 minutes (22-32 pages) dan seterusnya.

Sebagai contoh, kisah western berjudul The Gun-Girl yang saya publish beberapa hari lalu. The Gun-Girl tergolong cerpen dengan 5.730 kata yang setelah menjadi ebook diperkirakan menjadi 24 halaman.

[caption id="attachment_340394" align="aligncenter" width="300" caption="The Gun-Girl (dok. pribadi)"]

14094837331797855844
14094837331797855844
[/caption]

Contoh lain, A Gun or Sale, juga kisah berbalut western dengan jumlah kata 8.412. Dalam format ebook menjadi 35 halaman. (Halaman dalam ebook berbeda dengan cetakan. Jumlah halaman pada ebook tergantung besar kecilnya gadget yang digunakan untuk membaca, juga tergantung pada besar kecilnya huruf yang dipilih).

[caption id="attachment_340395" align="aligncenter" width="300" caption="A Gun For Sale (dok. pribadi)"]

14094838311359726766
14094838311359726766
[/caption]

Jadi bagi mereka yang suka menulis dan malas menulis kisah yang panjang dan berbelit seperti novel, menulis cerpen bisa saja dan kemudian dijual menjadi buku. Dan (ehm) biasanya dibeli orang!!

Tak lebih baik

Seseorang penyanyi yang punya album itu sudah memasuki tahapan yang lebih tinggi. Begitu juga dengan penulis yang sudah bikin buku. Tapi tentu saja, bukan berarti mereka yang punya album atau buku itu menjadi lebih baik atau lebih hebat dibanding yang tak pernah rekaman atau bikin buku. Sama sekali tidak!!

Hanya karena seseorang sudah bikin buku bukan berarti dia lalu menjadi lebih hebat dibanding yang tidak (atau belum) bikin buku. Hebat tidaknya seorang penulis tidak diukur dari apakah dia sudah bikin buku atau tidak.

Kelebihan seseorang yang sudah bikin buku, mungkin berupa "bukti nyata" berupa buku yang bisa dipegang, dipajang dan menjadi hadiah. Buku, adalah prasasti yang menjadi bukti bahwa seseorang bisa memberi sesuatu bagi dunia melalui himpunan huruf dan kalimat yang tercetak dalam kertas.

Seperti kata penulis novel terkenal Stephen King: ketika seseorang membuat buku, dia otomatis termasuk dalam kelompok eksklusif para penulis yang ada di muka bumi....

Jadi, kapan Anda rekaman, eh bikin buku? hehehe

Catatan:

Tulisan ini dibuat oleh mantan anak band yang kadang-kadang nekat menyanyi lagu rock 'n roll di acara khusus...

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun