2. Tsunasmi buku digital
Berbisnis buku digital punya kelebihan, yakni bisa terjual selamanya. Keuntungan ini sekaligus menjadi kekurangan. Karena artinya setiap hari ada ribuan buku digital baru, yang bersaing dengan buku digital yang lebih dulu dipasarkan bertahun-tahun lalu. Setiap hari semakin banyak buku digital yang membanjiri pasaran. Sementara pasar pembaca buku digital belum berkembang secara signifikan. Jumlah buku digital yang tersedia lebih besar dari yang dibutuhkan...
3, Penulis besar ikut berburu
Besarnya kue bisnis buku digital membuat banyak penerbit besar ikut berkecimpung di bisnis ini. Akibatnya, penulis antah berantah (seperti saya) harus bersaing dengan nama besar seperti John Grisham, JK Rowling, Stephen King dan para pengarang best seller lainnya seperti Gillian Flynn, pengarang Gone Girl yang sudah difilmkan dan Suzanne Collins (pengarang trilogi Hunger Games). Para pembaca pun lebih cenderung membeli buku digital karya pengarang terkemuka daripada membeli karya penulis baru yang kualitasnya juga buruk.
[caption id="attachment_355899" align="aligncenter" width="506" caption="Buku Terlaris di Amazon (dok. pribadi)"]
Dengan adanya kelebihan dan kekurangan, apa yang harus dilakukan? Jika Anda berniat terjun di bisnis buku digital, ada beberapa hal ini harus dipertimbangkan untuk dilakukan.
1. Marathon, bukan sprint
Berbisnis buku digital, sama halnya dengan bisnis buku cetak, merupakan bisnis jangka panjang. Ibarat olahraga lari, berbisnis buku digital itu merupakan "pertandingan marathon", dan bukan "sprint atau lari jarak pendek".
Untuk bisa sukses, seorang penulis butuh waktu bertahun tahun, bahkan hingga belasan tahun. Saya sendiri sudah terjun di bisnis buku digital sejak tahun 2012. Namun saya masih merasa sebagai pendatang baru yang belum tahu banyak.
2. Terkadang, bagus saja belum cukup
Karena persaingan sangat ketat, buku yang "bagus" saja terkadang tidak cukup. Karena akan bersaing dengan John Grisham dan Stephen King, kita harus menulis buku yang memaksa pembaca bilang: "wow".