Mohon tunggu...
Yan Mulyana
Yan Mulyana Mohon Tunggu... -

mahasiswa peternakan universitas brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kekayaan Alam Indonesia dengan (Riset) Pemuda

6 Desember 2012   06:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:06 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Nilai sesungguhnya dari budaya Indonesia mampu diterapkan pada dunia science, moral, estetika hidup dan pedoman hidup. Yongky irawan (diskusi Debu Nusantara Malang; 2012) jaranan merupakan permainan rakyat yang dianggap mengandung mitologi dan kemusyrikan pada unsur kongkret. Jika melihat kasat mata, orang yang kesurupan dengan pemanggilan roh/syaitan dan setelahnya mampu memakan beling/kaca menimbulkan penolakan pada permainan ini. Jika menyusur pada nilai science, moral, estetika hidup dan pedoman hidup permainan jaranan ini merupakan sketsa kecil yang mengandung unsur tersebut. Dalam disiplin ilmu kedokteran ada semacam cairan yang mampu memecah unsur-unsur metal seperti kaca. Pada permainan jaranan, kaca yang digunakan untuk dimakan merupakan kaca tipis seperti lampu bulat kuning. Menyusur pada nilai moral, estetika hidup ataupun pedoman hidup permainan ini mempunyai unsur proses pendewasaan pada orang yang mempermainkannya.

Nilai-nilai satu permainan dari berbagai budaya yang melimpah di Indonesia justru dipelajari oleh orang-orang (luar), yang dominan dilakukan oleh orang barat. Pada satu museum di belanda terdapat dokumen (foto-foto) tentang rakyat Indonesia sekitar tahun sekitar tahun 1803-1923, merupakan asset yang berharga yang dimiliki oleh belanda. Betapa tidak, dokumen tersebut tidak dapat digandakan oleh Negara lain termasuk indonesia kecuali dengan memberikan royalty pada empunya dokumen tersebut. Pendidikan budaya dan sastra sunda pada strata satu (S1) masih bisa dipelajari di ranah sunda, sedangkan untuk strata dua (S2) dipelajari di ranah negeri kincir angin. Sebuah ironis budaya indonesia yang dibiarkan begitu saja oleh pemuda kini.

Lebih dari 3,5 juta pemuda (mahasiswa) indonesia yang sekarang duduk di perguruan tinggi. Mampu menjadi sebagai pioneer lengkah awal riset dan penelitian. Pembelajaran terpadu riset dan penelitian serta mampu diaplikasikan dapat meningkatkan/menambah dokumentasi kekayaan Indonesia. Satu pemuda mampu memproduksi hasil riset penelitian setiap tahunnya, maka setiap tahunnya mampu memproduksi 3,5 juta papper dan 3,5 juta dokumentasi kekayaan Indonesia terkunci oleh bangsa sendiri.

Riset membunuh neokolonialisme

Menelisik dari bangsa barat yang mampu mendokumentasikan hasil riset dan penelitian dan mempunyai nilai yang sangat berharga. Indonesia mampu memutarbalikan fakta tersebut dengan riset terpadu dan penelitian secara berkala dengan objek kekayaan Indonesia yang meilputi Budaya (tari, topeng, permainan, bahasa, suku, seni lukis, dongeng, patung, dsb), energy (material, bahan mentah, tanah, air, udara, dsb), agama (unsure dan relevansi dengan ilmu pengetahuan), sumber daya alam, politik ekonomi, dan sosial. Semua kekayaan itu merupakan bahan penelitian yang dijadikan riset, setelah didokumentasikan dan mempunyai hak paten maka menjadi keuntungan pada subjek riset dan penelitian.

Hasil penelitian dan riset yang didokumentasikan yang terus dikembangkan mampu berdampak pada semua elemen bangsa Indonesia. Hasil riset tersebut mampu diaplikasikan terhadap masyarakat sehingga tidak menggunakan bahan dan alat yang dihasilkan oleh Negara lain. Alat/mesin yang dihasilkan dari hasil penelitian dengan kualitas dari kebutuhan yang baik mampu digunakan secara lokal dan interlokal. Ekonomi Indonesia yang tumbuh 7% dan mulai membaik serta pemerataan kesejahteraan rakyak yang baik merupakan hasil riset dan penelitian yang terpadu. Ideology pancasila sebagai pioneer ideology bangsa Indonesia merupakan haluan pedoman masyarakat dalam hidup berkebangsaan. Adanya riset dan penelitian yang terpadu dengan menyusur ideology pancasila akan mempertahankan kehidupan berkebangsaan secara menyeluruh dengan hasil pemahaman dari riset tersebut.

Dengan semua hasil riset dan penelitian dan effek terhadap bangsa ini berdampak pada kemandirian masyarakat Indonesia. Kemandirian masyarakat melingkupi ideology yang tidak tercampur dari (luar), kebutuhan primer dan sekunder yang tercukupi tanpa bantuan (luar), kesejahteraan sosial yang baik (luar), dan budaya yang dipakai dan diolah sendiri tanpa akulturasi atau intervensi dari budaya luar. Dalam kurun beberapa tahun akan mencapai kedaulatan Indonesia yang sesungguhnya, yaitu kedaulatan rakyat, kedaulatan atas kekayaan tanah, kedaulatan pemerintah tanpa campur tangan bangsa luar. Dari kedaulatan tersebut sesungguhnya Indonesia sudah mampu menjatuhkan paham neokolonialisme dari neoimperialisme barat. Neokolonialisme tidak mampu bergerak secara vertical maupun horizontal pada suatu bangsa termasuk Indonesia yang sudah mampu berdaulat secara hakiki.

penulis adalah mahasiswa aktif yang mengikuti lembaga pers kampus universitas brawijaya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun