Mohon tunggu...
Yan Mulyana
Yan Mulyana Mohon Tunggu... -

mahasiswa peternakan universitas brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kekayaan Alam Indonesia dengan (Riset) Pemuda

6 Desember 2012   06:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:06 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kurang lebih belasan ribu pulau Indonesia terbentang dari ujung sabang sampai merauke. Dengan beragam budaya, sosial, ekonomi, energi, dan kekayaan alam yang dimiliki dari setiap daerah yang mempunyai ke-khas-an sendiri. Kekayaan Indonesia tidak hanya terbatas pada energy dan sumber daya alam saja, namun semua yang berhubungan dengan sosial, politik, ekonomi, budaya, dan agama.

Dengan kekayaan yang sangat melimpah tersebut tidak akan menjadikan Indonesia sebagai negara berkembang. Tetapi Negara maju sejajar dengan German, Rusia, America, ataupun Inggris. Namun situasi demikian tidak terlihat sejak Indonesia dijajah kolonialisme barat sampai sekarang sudah 67 tahun tegak berdiri merdeka. Masih terpaku pada persoalan kemiskinan dan perkembangan ekonomi yang vertical1 , perpecahan suku, kesenjangan sosial, retaknya peta dan ideology politik, dan menurunnya kearifan lokal budaya indonesia.

Pertumbuhan ekonomi yang pesat sekitar 7%, menjadikan Indonesia sebagai Negara ke 2 pertumbuhan ekonomi yang cepat setelah china. Tetapi kemajuan ekonomi tersebut tidak nampak terlihat secara kongkret, mengingat pertumbuhan masyarakat dilihat dari pemerataan pendidikan dan ekonomi yang tidak merata. Produk-produk dalam negeri yang belum bisa menyaingi produk asing, budaya lokal yang semakin tergerus oleh arusnya budaya luar, moralitas masyarakat yang menurun, kemampuan ekonomi yang tidak merata, pertumbuhan ekonomi micro yang pelakunya masyarakat yang lingkupnya kecil belum bisa meningkat secara significant.

Permasalahan demikian merupakan bukti kongkret Indonesia masih dikatakan Negara yang belum bisa bergerak dari kolonialisme barat. Terlihat pada misi utama kolonialisme modern yang ditanamkan dan melihat kondisi Indonesia sekarang. Bahwasanya misi tersebut yaitu intervensi ekonomi terhadap Negara bekas jajahan, penggerupan sumber daya alam dan energy oleh Negara colonial, meruntuhkan budaya pribumi dan menghasut perpecahan nasional (pidato Puan Maharani: 11-10-2012 Universitas Brawijaya). Misi tersebut merupakan bentuk penjajahan yang diterapkan setelah berjatuhannya kolonialisme dari tahun 1940-1960, yang menggunakan tentara untuk menduduki Negara yang akan di invasi. Akan tetapi bentuk kolonialisme sekarang sangat berbeda dengan penjajahan kekerasan. Kolonialisme sekarang lebih pada penjajahan ideology, budaya, ekonomi dan teknologi.

Peran pemuda

Refleksi dari 28 oktober 1928 merupakan cermin peran pemuda kala itu mampu menumbuhkan semangat bangsa Indonesia yang berisi tentang semangat kesatuan bangsa Indonesia. Mengingat kejadian mei 1998 selama 17 hari yang dilakukan oleh mahasiswa Indonesia merupakan bentuk gerakan kongkret untuk membebaskan bangsa Indonesia dari ke-diktatoran soeharto. Peristiwa rengasdengklok 16 agustus 1945 yang dilakukan oleh beberapa pemuda yang mendesak kemerdekaan Indonesia. Ketiga kejadian tersebut merupakan moment pemuda mampu menggerakan semua elemen bangsa menuju kebebasan yang hakiki yaitu membentuk Negara yang berdaulat penuh atas seluruh wilayahnya.

Sayangnya pergerakan pemuda yang dilakukan kebanyakan oleh mahasiswa kini justru menjunjung neokolonialisme barat, yang lebih menuju pada perpecahan nasional, mencintai budaya luar dibandingkan kearifan budaya lokal, atau pun menggerup sumber energy dan kekayaan Indonesia dengan memberikan kepada perusahaan asing lewat bekerja pada perusahaan tersebut. Kejadian tersebut merupakan cerminan pergerakan pemuda sekarang yang jauh dari nilai berdaulat sesungguhnya.

Menelisik refleksi ke-tiga kejadian yang dilakukan pemuda Indonesia yang berperan besar pada perubahan bangsa ini. Romantisme tersebut nampaknya akan muncul ketika bangsa ini mampu merubah arah pergerakan pada sistem terpadu riset dan penelitian. Mengingat hasil riset dan penelitian yang dilakukan mempunyai hak intelektual dan royalty yang diberikan terhadap orang yang menciptakan ide. Keuntungan yang diberikan Dunia pada riset dan penelitian akan berdampak positif pada pemuda Indonesia. Kondisi yang jelas menguntungkan melihat kondisi agraria, politik socio-budaya, ekonomi, energy dan maritim Indonesia adalah sumber research yang sangat melimpah dibandingkan dengan Negara lain.

Kondisi penelitian dan permasalahan pemuda Indonesia

Selama tahun 2004 Indonesia masih terkalahkan oleh Negara tetangga seperti Australia, Malaysia, Thailand, dan Singapore. Negara tersebut mampu menerbitkan hasil risetnya lebih dari dua ribu artikel. Sedangkan Indonesia sendiri dengan jumlah penduduk kurang lebih 245,56 juta, hanya mampu menerbitkan 522 artikel. Jauh tertinggal dengan budaya research yang dilakukan oleh Negara maju yang jumlah kekayaannya kurang dari 1/5 dari Indonesia. Negara maju yang dimaksud dilihat dari kondisi yang diperuntukan untuk hasil penelitian negaranya, menelisik dari sumber energy dan socio-budaya yang terdapat pada negara tersebut.

Akulturasi budaya yang menjamur di berbagai daerah Indonesia yang tersentuh oleh media, mendapatkan respone yang buruk pada hasil effek media tersebut. Menciptakan ketertarikan pada budaya kebiasaan budaya (luar). Kearifan lokal yang dulu dijunjung untuk menggapai cita-cita bangsa ini mulai terlupakan dan musnah tersendiri dari nilainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun