Nganjuk - Sebilah keris luk 9 ditemukan warga di antara tumpukan batu bata berukuran super jumbo di Desa Patihan, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Keris yang diduga bernama panimbal itu, ditemukan di pekarangan milik Sholikin, (40), warga Desa Godean, Kecamatan Loceret. Kini keris yang konon hanya dimiliki oleh seorang raja pada masa Majapahit atau seorang tokoh besar itu disimpan oleh Sholikin, pemilik lahan.
Saat ditemukan, Â keris terjepit di antara batu bata dengan kedalaman sekitar satu setengah meter dari permukaan tanah. Saat itu, Sholikin bersama orang tuanya sedang menggali tanah untuk bahan membuat kerajinan batu bata.
Sebelum sampai kedalaman, cangkul yang digunakan untuk menggali tanah membentur benda keras. Ketika, digali terus, benda keras ternyata batu bata yang tersusun rapi.
Lebih anehnya lagi, ukuran batu bata tidak seperti batu bata pada umumnya. Ukurannya, masing-masing, panjang 75 cm, lebar 40 cm dan tebal 10 cm. Jumlahnya ratusan, menyerupai candi.
Bersama orang tuanya, batu-batu tersebut diangkat dan dibawa pulang bersama keris yang ditemukan di antara tumpukan batu bata. Kemudian batu bata digunakan sebagai bangunan lantai kandang ternak dengan dicor semen bagian atasnya. Sedangkan keris, disimpan hingga sekarang.
"Sudah terlanjur kami gunakan untuk lantai kandang dan sudah dicor," kata Sholikin yang mengaku tidak tahu kalau batu bata yang ditemukan adalah benda bersejarah.
Sialnya, kandang sapi yang baru saja dibangun dengan lantai batu bata berukuran super jumbo tersebut sia-sia. Karena, beberapa sapinya terus berontak, tidak mau ditempatkan di kandang.
Karena takut, sisa batu bata yang belum sempat digunakan untuk lantai kandang sapi, dikembalikan lagi ke tempat semula dan ditimbun tanah bersama sisa batu bata lain yang  belum sempat dibawa pulang. Sedangkan kandang dibiarkan kosong, sapinya dipindahkan ke kandang yang lain.
"Sudah lama sekali, sisanya masih banyak, ditimbun lagi oleh bapak," jelasnya.
Menurut Sholikin, di lokasi yang sama juga pernah ditemukan kala candi, patung, dan beberapa benda berukir. Hanya saja benda-benda tersebut kembali ditimbun tanah karena takut terjadi sesuatu pada dirinya.
Amin Fuadi Kasi Sejarah Museum dan Kepurbakalaan Disparporabud Nganjuk, Â ketika mendatangi lokasi penemuan benda-benda bernilai sejarah tersebut menyampaikan, Â bahwa pertama kali mendapat informasi dari warga desa setempat. Dikatakan bahwa di salah satu pekarangan, Desa Patihan, banyak ditemukan puing-puing batu batu bata berukuran besar. Ketika dilakukan penggalian, ternyata ditemukan struktur bangunan berbahan batu bata dengan ukuran bervariasi. "Perkiraan berupa pondasi pagar sebuah bangunan," jelas Amin Fuadi.
Untuk sementara, panjang struktur bangunan yang berhasil digali sekitar 20 meter dengan lebar 40 cm membujur ke utara. Sebagian batu bata berukuran panjang 75 cm, lebar 40 cm, dan tebal 10 cm. "Temuan batu bata dengan ukuran sebesar ini, baru pertama kali ditemukan di Nganjuk," lanjutnya.
Hanya belum dapat dipastikan, batu bata tersebut masuk dalam jaman apa. Selain, batu bata besar, ditempat yang sama juga pernah ditemukan sebuah patung, batu bata bermotif kala.
"Kalau benar, berupa batu bata bermotif kala, berarti di sini dulu adalah sebuah candi. Ini seperti yang pernah kami temukan di Kelurahan Werungotok dan Desa Garu," tegasnya.
Konon, Desa Patihan termasuk wilayah Kabupaten Godean di bawah Kerajaan Mataram Yogyakarta. Hanya setelah terjadi perjanjian Gianti, Mataram pecah menjadi dua, Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Kemudian Kabupaten Godean melebur menjadi satu daerah dengan Kabupaten Berbek. "Karena jaman dulu, Godean adalah sebuah kabupaten. Kemudian melebur ikut Kabupaten Berbek. Berarti, di lokasi penemuan ini, dulunya adalah sebuah kepatihan di bawah Kabupaten Godean," tukasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H