Mohon tunggu...
Sujana Donandi
Sujana Donandi Mohon Tunggu... Dosen - Ancora Imparo

Educator, Lawyer, Youth Developer, and Author Lecturer at Law Study Programme, President University

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

'Penjajahan' Era Baru (Kritik Terhadap Budaya Perfilman dan Musik di Indonesia)

5 Oktober 2014   05:18 Diperbarui: 18 November 2019   12:36 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Istilah populer pun muncul sejak masuknya The Beatles yang disebut dengan "British Expansion" atau yang dapat dipahami sebagai masuknya musisi-musisi Inggris ke Amerika dan mengambil tempat di dunia showbiz di Amerika. Sukses di amerika maka kesuksesan di seluruh dunia pun mengikuti musisi-musisi tersebut. Lebih dari satu dekade terakhir kita kemudian melihat bagaimana Korea melakukan ekspansi seni dan budaya ke seluruh asia bahkan dunia dan mereka menuai sukses besar. Apakah itu sekedar keberuntungan atau memang karena mereka memiliki talenta yang luar biasa? Oke, mungkin mereka memang memiliki keduanya. namun jika kita melihat bagaimana upaya pemerintah korea maupun seniman korea mewujudkan ekspansi mereka maka kita akan tahu bahwa kesuksesan tidak diraih dalam semalam.

Pemerintah Korea telah merancang apa yang saat ini menjamur di seluruh asia dari jauh hari. mereka memberikan beasiswa pendidikan dan memberangkatkan seniman-senimannya untuk belajar langsung dari dari ahli-ahli 'Showbiz' seperti amerika. Mereka belajar bagaimana mengeksplorasi potensi seni dan budaya yang dimiliki serta bagaimana memasyarakatkan budaya mereka secara luas. Alhasil, musik dan film korea sangat digemari.

Masyarakat Indonesia sendiri, khususnya para remaja terus menerus meng-update dan mencari informasi mengenai lagu serta film dan drama baru korea. Kehidupan para aktornya pun tidak luput dari perhatian. Suatu partisipasi voluntair yang sangat berbeda dengan antusiasme film Indonesia di luar negeri. Kita melepas satu produk yang kemudian mendapat apresiasi dari masyarakat. Sayang, lagi-lagi hanya sampai batas itu saja. masyarakat tidak merasa ada euforia ataupun fanatisme tersendiri terhadap karya Indonesia. Pada tahap ini saya merasakan perbedaan antara film yang kita ekspor dan impor- KITA TIDAK MELAKUKAN EKSPANSI, hanya produksi.

Ekspansi seni dan budaya melaui film dan musik merupakaan model baru dari penjajahan. Penjajahan yang satu ini adalah penjajahan yang membawa keceriaan. Kita dijajah namun kita begitu senang dan tersenyum dan memberi sanjungan tinggi apabila membicarkan film dan musik dari luar negeri. Kita tidak pernah sadar bahwa kita sedang dijajah- MELALUI SENI DAN BUDAYA. SALAH SIAPA? Salahkah negara-negara itu karena berhasil melakukan ekspansi film dan musik ke Indonesia? Mereka tidak melakukan kesalahan apapun kepada kita. Itu adalah prestasi mereka dan kita tidak boleh menyalahkan mereka atas prestasi mereka karena mereka telah bekerja keras dalam membangunnya. Kita harusnya menyalahkan diri kita karena gagal menghadapi persaingan.

Beberapa pernyataan yang sering saya dengar dari orang-orang maupun teman-teman saya sendiri (juga mungkin anda) adalah bahwa apabila mereka ingin menonton ke bioskop, mereka tidak akan memilih menonton film Indonesia. "Saya lebih baik tunggu keluar di internet saja (bisa di download gratis). Rugi (kalo nonton di bioskop)." Pernyataan ini sekaligus menanamkan paradigma pada diri kita sendiri bahwa film dari negeri sendiri tidak bagus dan harga yang harus kita bayar di bioskop tidak sepadan dengan kualitas film yang kita saksikan. Kita juga lebih suka mendengar dan memuji setinggi langit lagu-lagu barat, K-Pop atau bahkan lagu india ketimbang musik Indonesia yang sebenarnya tak kalah unik dan berkarakter. Lalu salah siapa? Salah kita sendiri. Salah kita karena film kita lebih banyak menonjolkan 'hantu-hantu' yang hanya menonjolkan 'keseksian yang tidak seksi'. Salah kita sendiri kita tidak mau memperbaiki kualitas perfilman kita. Salah kita juga tidak mau memasyarakatkan musik khas dari negara kita. Salah kita, ya, SALAH KITA SENDIRI.

Menjajah melalui ekspansi seni dan budaya adalah penjajahan yang sangat elegan. Tidak ada yang salah dengan penjajahan yang satu ini. Kalaupun ada yang salah, itu pun lagi-lagi adalah kesalahan kita karena terlena dan membiarkan mereka terus masuk ke Indonesia. Sebenarnya, kita pun seharusnya bisa melakukannya. Kita harusnya dapat membuat film tentang Kisah Malin kundang atau cerita rakyat lain yang kemudian menjadi hits di Amerika dan para aktornya diundang dan dibuatkan program khusus untuk bertemu para penggemarnya. MENGAPA TIDAK? SAATNYA BERBENAH - MENUNJUKKAN KARAKTER SENDIRI Jadi, masih adakah harapan? SANGAT BESAR. apa yang tidak mungkin? Jika kita lihat bagaimana Amerika, Inggris, Korea, India dalam melebarkan sayapnya kita akan menemukan bahwa mereka tampil dengan menunjukkan karakteristik dan kekhasan mereka. Mereka bukan plagiator. Hollywood bangga dengan film dan musik mereka yang glamor dan penuh efek teknologi. Korea bangga menunjukkan budayanya serta lagu-lagunya yang diiringi dengan gerakan yang enerjik. India punya kebudayaan, tarian, dan musik yang tak pernah lupa mereka sisipkan dalam film-film yang mereka produksi. Mereka adalah sosok-sosok pionir- para perintis. Mereka bangga menjadi diri mereka sendiri. Paling penting adalah mereka yakin bahwa kekhasan mereka adalah kelebihan mereka.

Indonesia kaya akan seni dan budaya. Harusnya, Indonesia dipermudah dalam menemukan ide untuk menghasilkan karya yang berbeda dan lain daripada yang lain. Indonesia tidak seharusnya terpaku kepada anggapan bahwa film yang bagus adalah film aksi ala Arnold Schwarzenegger . Indonesia harus yakin bahwa karakteristik Indonesia juga adalah karakteristik yang menarik dan dapat diekspansi secara global. Indonesia punya cerita-cerita rakyat yang identik dengan sejuta konflik dan keindahan dalam alur ceritanya. Mengapa kita terkesan enggan mengembangkannya? Lalu apa pula yang salah dengan musisi kita yang sudah Go Internasional namun tidak mampu menghadirkan euforia tersendiri? Secara teknik, penyanyi ini mungkin adalah salah satu penyanyi terbaik di tanah air. Menurut saya penyebabnya karena ia mencoba menjadi seperti orang amerika. Ia menyanyikan lagu-lagu tipikal orang Amerika dan ia menyanyi layaknya orang amerika. Apa ada hal unik yang dilihat oleh orang amerika darinya? TIDAK ADA!! Terlalu umum. Tidak ada salahnya memang bagi orang indonesia untuk mencoba sukses dengan menempuh jalur mainstream ataupun mengikuti selera yang sudah ada. Saya pun yakin hal itu bisa terjadi. Akan tetapi, untuk itu seorang musisi harus benar-benar hebat. Ya, benar-benar hebat dan terkadang hal ini bukan hanya sekedar tentang kemampuan dan teknik bernyanyi.

Apabila anda ingin ke Italia dan memulai bisnis disana, anda tidak seharusnya menjual Pizza, bukan? Sudah terlalu umum. Mereka bahkan sudah membuat ribuat varian Pizza sebelum orang indonesia mengenal Pizza. Kita seharusnya menjual TEMPE GORENG! atau MPEKMPEK KHAS PALEMBANG! Itu baru sesuatu yang baru.

Sejarah membuktikan bahwa Korea sukses dengan ekspansi seni dan budayanya karena pemerintah yang mendukung upaya pengembangan seni dan budaya mereka secara total.Dukungan ini kemudian menuai ganjaran positif bagi Korea sendiri khususnya secara ekonomi. Film dan lagu korea laku keras di pasaran. Tempat-tempat syuting drama korea pun kemudian menjadi obyek wisata yang sangat digandrungi oleh pelancong dari luar korea. Indonesia harusnya mampu memberi perhatian yang besar kepada upaya ekspansi seni dan budaya.

Pemerintah harus meningkatkan sarana, prasarana, serta kesempatan bagi film dan musik dengan berkarakteristik lokal dapat maju ke dunia internasional. Dukungan terhadap seniman harus ditingkatkan. Mereka harus diberi ruang serta dukungan berupa akses pendidikan untuk dapat belajar langsung dari negara-negara yang sudah berhasil menunjukkan diri dalam ekspansi seni dan budayanya. Porsi penayangan film dan musik di televisi juga berpengaruh. Semakin sering orang indonesia menonton film dan mendengarkan musik amerika, korea, dan india maka makin tertanam di diri mereka bahwa film dan musik yang bagus adalah dari negara-negara tersebut.

Pengawasan dan regulasi mengenai porsi penayangan film dan musik di Indonesia harus mengedepankan karakteristik bangsa. Sekali lagi, sejarah juga menunjukkan untuk dapat sukses dalam melakukan ekspansi, karya-karya tersebut harus terlebih dahulu diangkat setinggi-tingginya di negeri sendiri. Pada sektor hilir, tanpa adanya karya maka upaya-upaya lain tidak akan berarti. Tantangan terbesar ada pada insan seni di Indonesia untuk menghasilkan karya yang mampu mendorong ekspansi film dan musik Indonesia ke dunia internasional. Kita dapat mengemas film-film dengan cerita khas daerah Indonesia secara eksklusif. Untuk hal ini, tentu perlu dedikasi dan komitmen untuk terus belajar dan mengeklsporasi teknik dan metode-metode dalam mengemas film dan musik. Ataupun jika kita kemudian mengangkat cerita dengan tema yang bersifat universal, maka kita dapat memasukkan eksistensi lingkungan alam dan sosial Indonesia yang penuh dengan keindahan dan dinamika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun