Dengan program tol laut, kebutuhan bahan pokok dan barang penting penduduk di daerah perbatasan bisa langsung dicover dari dalam negeri. Hal ini membuktikan, jika negara hadir dalam menyelesaikan setiap persoalan warganya, berarti program tol laut berhasil meningkatkan nasionalisme NKRI.
Siapa Penikmat Tol Laut?
Kabupaten Kepulauan Anambas dan Kabupaten Kepulauan Natuna merupakan dua kabupaten di daerah terdepan, letaknya di Barat Laut Indonesia. Wilayahnya  meliputi Midai, Pulau Laut, Serasan dan seterusnya.Â
Sebagai pulau terdepan di jalur pelarayan ke Hongkong, Jepang, Korea Selatan dan Taiwan, kabupaten Natuna berhadapan langsung berbatasan laut dengan  Vietnam dan Kamboja di Utara. Sedangkan di  sisi barat ada Singapura dan Malaysia serta dan timur juga ada wilayah  Malaysia di Pulau Kalimantan.
Penduduk Kabupaten Kepulauan Natuna berkisar 72.000 jiwa (2017), namun  wilayahnya terdiri ratusan pulau, sedangkan pulau yang dihuni hanya 26 pulau.  Selebihnya merupakan pulau-pulau kecil tanpa penghuni dengan mayoritas tanaman kelapa.Â
Sebagai pulau tanpa penghuni infrastruktur di pulau tersebut tidak terbangun. Meski demikian Natuna memiliki potensi ikan laut 1 juta ton/tahu dan baru  dimanfaatkan 36 persen (KKP-2017)
Tingkat kepadatan penduduknya 124,10 /Km2, Â tergolong sedikit. Mereka teresebar di beberapa pulau, sehingga sarana transportasi laut menjadi kebutuhan utama warga.Â
Dengan penduduk yang tidak banyak, kabupaten dengan potensi gas alam cair 112.680.000 barel dan gas bumi 400.386.000 barel ini, secara ekonomi tanpa subsidi, suplai kebutuhan pokok dengan harga standar di Jawa sulit terwujud, termasuk kebutuhan gas dipasok Pertamina dari Jakarta.Â
Selanjutnya Kabupaten Kepulauan Tahuna, Sulawesi Utara,  dengan jumlah penduduk sekitar 280.000 jiwa ini kebutuhan pokoknya dipasok dengan kapal tol laut dari Surabaya ke Bitung, disambung dengan  kapal  feeder  menuju Tahuna-Kahaktuang-Burias-Tagulandang-Biaro-Lirung-Melongoane-Miangas-Marore.Â
Dengan infrastruktur terbatas,  Pelni-SBN harus menyiapkan truk, forklip  dimuat di kapal tol laut agar distribusi ke BUMD, BUMDes, Koperasi dan toko mitra terlayani baik.
Kabupaten Morotai belum lebih maju dari Kota Tidore yang banyak memiliki benteng peninggalan Portugis di masa kesultanan Ternate. Kabupaten  Morotai dan Kota Tidore juga memerlukan kebutuhan pokok secara rutin. Meskipun bukan pulau terdepan, kota di Provinsi  Maluku Utara ini  sebelum ada kapal tol laut barang kebutuhan  pokok disuplai dari Ternate.