Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Tol Laut, Denyut Ekonomi NKRI

16 Maret 2019   21:25 Diperbarui: 18 Maret 2019   01:42 1418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberadaan kapal ternak untuk distribusi hewan antar pulau sangat berdampak bagi peternak, pedagang maupun pengembangan hewan ternak di daerah yang potensial menjadi sentra ternak baru. Dengan pengembangan sentra ternak baru, akan mendukung swasembada daging nasional.  

Kapal ternak perdana yang diluncurkan perdana  oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 10 November 2015 di Ujung Kamal, Madura, Jawa Timur ini, telah bertambah dari semula 1 kapal menjadi 6 kapal  ternak pada 2018  yang dioperasikan PELNI, ASDP Indonesia Ferry dan perusahaan pelayaran swasta nasional ini sangat mendukung distribusi ternak antar pulau. 

Sebelum ada kapal ternak, untuk mengirim sapi dari NTT, NTB dan Bali ke Jawa menggunakan kapal kargo yang disekat dengan bambu. Untuk menaikkan hewan, sapi diikat dan  diangkat dengan crane, hewan menjadi sters dan bobotnya susut hingga 22 %, bahkan beberapa sapi mati di atas kapal".

Setelah ada kapal khusus angkutan  ternak, cara memuat sapi ke kapal cukup mudah. Truk tinggal menempel ke kapal, sapi tinggal digiring, diarahkan ke kamar-kamar di kapal. Demikian pula ketika membongkar muatan sapi, cukup digiring menuju truk yang sudah siap di sisi kapal. 

Kapal ternak juga dilengkapi dokter hewan serta kledeng atau pengurus ternak selama pelayaran, sehingga kesehatan hewan sangat terjaga dan  dapat mengurangi susut bobot sapi hidup dari 22 % menjadi 5 % saja. Ini tentu menguntungkan peternak dan juga pedagang.

Tak berhenti pada mengoperasikan kapal saja, untuk mempertahankan atau untuk memenuhi  stok barang dan menjaga stabilitas harga, Kementerian Perhubungan dan Kementerian BUMN bersinergi dengan menugaskan BUMN transportasi laut, BUMN penyelenggara pelabuhan  dan BUMN penyedia pangan untuk membangun "Rumah Kita" di daerah T3P.

 Keberadaan "Rumah Kita" dengan tampilan modern sebagai pusat perdagangan dan  distribusi logistik ke wilayah lanjutan di daerah tujuan Tol Laut, juga telah menjadi pelopor modernisasi perdagangan. Pengelolaan  "Rumah Kita"  yang bekerjasama dengan BUMD, BUMDes, Koperasi dan para pengusaha daerah  juga menjadi acuan harga di daerah T3P.

Foto: Antara
Foto: Antara
Tol Laut Dukung Peremajaan Tanaman Kelapa

Daerah T3P yang pernah dikunjungi penulis, diantaraya Kabupaten Anambas, Natuna Provinsi Kepulauan Riau. Lirung, Keratung, Siau, Menlangone,  Kabupaten  Tahuna, Sulawesi Utara  dan Kabupaten Selayar Provinsi Sulawesi Selatan. pulau-pulau kecil di daerah kabupaten kepualaun ini  merupakan daerah penghasil buah kelapa.

Pohon kelapa di daerah yang pernah dikunjungi penulis jumlahnya ratusan ribu ini  menjulang tinggi dan jarak antar pohon sangat padat. Namun banyak pohon yang sudah terlalu tua dibiarkan mati. Hal ini karena batang pohon kelapa di daerah tersebut tidak berguna karena tidak dapat dimanfaatkan atau dijual.

Batang pohon kelapa banyak dibutuhkan di Pulau Jawa yang jumlah pohon kelapanya sudah lebih sedikit dibandingkan di daerah T3P. Sebelum ada kapal Tol Luat, batang pohon kelapa di daerah T3p tidak dapat dimanfaatkan. Dengan adanya kapal Tol Laut, batang pohon kelapa dapat dikirim atau dijual ke Surabaya. Sehingga memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat daerah T3P.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun