Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Tol Laut, Denyut Ekonomi NKRI

16 Maret 2019   21:25 Diperbarui: 18 Maret 2019   01:42 1418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Pengusaha di wilayah perbatasan Kecamatan Sebatik mengeluhkan tingginya biaya ongkos angkut kapal tol laut. Padahal sesuai aturan biaya ongkos angkut tol laut yang disubsidi sebesar Rp 310.000. (KOMPAS.com/Kontributor Nunukan, Sukoco)

Tol Laut memang kalah tenar dengan jalan tol darat yang dibangun secara masif di Jawa dengan Trans Jawa, di Sumatera dengan Trans Sumatera. Tak ketinggalan, jalan tol juga dibangun di Pulau Kalimantan.

Meskipun Tol Laut kurang tenar, manfaatnya bagi Indonesia sebagai negara kepulauan dengan jumlah pulau yang didaftarkan ke PBB sebanyak 16.056 pulau pada 2017,  manfaat Tol Laut sangat terasa, terutama  bagi masyarakat yang tinggal di daerah tertinggal, terpencil, terdepan dan perbatasan (T3P).

Tol Laut berbeda dengan jalan tol darat. Pengertian Tol Laut yang pada awal disampaikan Jokowi- yang membuat heran masayarakat karena sebagian orang mempersepsikan Tol Laut adalah  membangun jalan tol di atas laut.  

Tol Laut merupakan sistem pelayaran langsung dari daerah maju-daerah produsen ke daerah T3P- yang   mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokok dan barang penting.

Rute Tol Laut 2018 (Kemenhub)
Rute Tol Laut 2018 (Kemenhub)
Dengan adanya Tol Laut yang merupakan pelayaran liner ke daerah T3P, menjadikan  warga di daerah Natuna, Tarempa, Kepulauan Riau dan Nunukan, Kalimantan Utara.  Demikian pula bagi warga di Moa dan Kisar, Maluku Tenggara Barat, sebagian kebutuhan dipasok dari Timor Leste, dengan adanya Tol Laut,  suplai barang dapat dipenuhi dari dalam negeri.

Tol Laut yang diluncurkan  pemerintah 4 November 2015 ini telah berkembang dari semula 2 rute pada 2015  menjadi 18 pada 2018. Berkembangnya rute Tol Laut ke daerah T3P yang lebih luas menunjukkan Tol Laut sangat bermanfaat bagi masyarakat, salah satunya menumbuhkan ekonomi di daerah T3P.  Memang pertumbuhanya belum sangat drastis, namun denyut ekonomi daerah T3P, sudah terasa dalam dua tahun belakangan ini.

Tol Laut  yang merupakan pelayaran langsung, terjadwal dan rutin atau liner  ini telah berhasil menurunkan disparitas harga kebutuhan pokok yang lebih  terjangkau masyarakat,  juga memberikan efek ekonomi. 

Sebagian warga di Tarakan, Kalimantan Utara kini mulai merintis berjualan  ayam geprek yang di Jawa menjamur. Harga ayam beku yang lebih murah dari sebelumnya,  membuat remaja di Tarakan merintis,  membuka usaha ayam kripsi dan ayam geprek.

Tidak hanya terjadi penurunan harga di daerah T3P, Pak Hadi, pelaku Tol Laut dari Anambas menuturkan, sebelum ada Tol Laut ikan gurita atau octopus tidak laku. 

kapal ternak, bagian dari Tol Laut (ft. PELNI)
kapal ternak, bagian dari Tol Laut (ft. PELNI)
Sekalipun ada  yang beli hanya dihargai Rp10 hingga Rp15 ribu per kg. Setelah ada Tol Laut, ikan dapat dipasarkan di Jakarta dan harganya naik menjadi Rp40 hingga Rp55 ribu per kg. "Pak Hadi beli ikan dari nelayan yang makin bergairah melaut sejak dijalankan Tol Laut dari Tanjung Priok, Jakarta ke Natuna".

Program Tol Laut juga tidak  hanya mengoperaikan kapal kargo untuk angkutan bahan pokok dan barang penting saja, namun Tol Laut juga mengoperasikan 6 kapal ternak. 

Keberadaan kapal ternak untuk distribusi hewan antar pulau sangat berdampak bagi peternak, pedagang maupun pengembangan hewan ternak di daerah yang potensial menjadi sentra ternak baru. Dengan pengembangan sentra ternak baru, akan mendukung swasembada daging nasional.  

Kapal ternak perdana yang diluncurkan perdana  oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 10 November 2015 di Ujung Kamal, Madura, Jawa Timur ini, telah bertambah dari semula 1 kapal menjadi 6 kapal  ternak pada 2018  yang dioperasikan PELNI, ASDP Indonesia Ferry dan perusahaan pelayaran swasta nasional ini sangat mendukung distribusi ternak antar pulau. 

Sebelum ada kapal ternak, untuk mengirim sapi dari NTT, NTB dan Bali ke Jawa menggunakan kapal kargo yang disekat dengan bambu. Untuk menaikkan hewan, sapi diikat dan  diangkat dengan crane, hewan menjadi sters dan bobotnya susut hingga 22 %, bahkan beberapa sapi mati di atas kapal".

Setelah ada kapal khusus angkutan  ternak, cara memuat sapi ke kapal cukup mudah. Truk tinggal menempel ke kapal, sapi tinggal digiring, diarahkan ke kamar-kamar di kapal. Demikian pula ketika membongkar muatan sapi, cukup digiring menuju truk yang sudah siap di sisi kapal. 

Kapal ternak juga dilengkapi dokter hewan serta kledeng atau pengurus ternak selama pelayaran, sehingga kesehatan hewan sangat terjaga dan  dapat mengurangi susut bobot sapi hidup dari 22 % menjadi 5 % saja. Ini tentu menguntungkan peternak dan juga pedagang.

Tak berhenti pada mengoperasikan kapal saja, untuk mempertahankan atau untuk memenuhi  stok barang dan menjaga stabilitas harga, Kementerian Perhubungan dan Kementerian BUMN bersinergi dengan menugaskan BUMN transportasi laut, BUMN penyelenggara pelabuhan  dan BUMN penyedia pangan untuk membangun "Rumah Kita" di daerah T3P.

 Keberadaan "Rumah Kita" dengan tampilan modern sebagai pusat perdagangan dan  distribusi logistik ke wilayah lanjutan di daerah tujuan Tol Laut, juga telah menjadi pelopor modernisasi perdagangan. Pengelolaan  "Rumah Kita"  yang bekerjasama dengan BUMD, BUMDes, Koperasi dan para pengusaha daerah  juga menjadi acuan harga di daerah T3P.

Foto: Antara
Foto: Antara
Tol Laut Dukung Peremajaan Tanaman Kelapa

Daerah T3P yang pernah dikunjungi penulis, diantaraya Kabupaten Anambas, Natuna Provinsi Kepulauan Riau. Lirung, Keratung, Siau, Menlangone,  Kabupaten  Tahuna, Sulawesi Utara  dan Kabupaten Selayar Provinsi Sulawesi Selatan. pulau-pulau kecil di daerah kabupaten kepualaun ini  merupakan daerah penghasil buah kelapa.

Pohon kelapa di daerah yang pernah dikunjungi penulis jumlahnya ratusan ribu ini  menjulang tinggi dan jarak antar pohon sangat padat. Namun banyak pohon yang sudah terlalu tua dibiarkan mati. Hal ini karena batang pohon kelapa di daerah tersebut tidak berguna karena tidak dapat dimanfaatkan atau dijual.

Batang pohon kelapa banyak dibutuhkan di Pulau Jawa yang jumlah pohon kelapanya sudah lebih sedikit dibandingkan di daerah T3P. Sebelum ada kapal Tol Luat, batang pohon kelapa di daerah T3p tidak dapat dimanfaatkan. Dengan adanya kapal Tol Laut, batang pohon kelapa dapat dikirim atau dijual ke Surabaya. Sehingga memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat daerah T3P.

Sudah puluhan kontainer batang pohon kelapa dikirim dari Tidore, Maluku Utara, Tahuna, Sulwesi Utara diangkut dengan kapal Tol Laut. Dengan demikian Tol Laut secara bertahap dapat memberikan lapangan kerja baru dan memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat. 

Tol Laut memang tidak setenar tol darat, namun Tol Laut menfaatnya sangat terasa bagi warga T3P.  Tol Laut, Denyut Ekonomi NKRI ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun