Selanjutnya Daop dan Divisi Jabotabek agar mengeluarkan surat sebagai dasar Kepala Stasiun (KS) untuk disampaikan kepada pedagang. Pemberian surat ini penting bagi KS, yang saat itu berkompromi dan menikmati dari ketidaktertiban pelayanan.
Konseptor langsung menyelesaikan SK dan juga surat untuk dibagikan kepada para KS untuk selanjutnya dibagikan  kepada para pedagang di stasiun yang menempati peron dengan lapak-lapak meja yang menyita hak penumpang. Peron seharusnya untuk naik turun dan kenyamanan penumpang, bukan untuk berjualan.
Bedah Stasiun Sudimara
Sesuai rencana pada hari H pelaksanaan "Bedah Stasiun" Sudimara dimulai. Para pimpinan dan seluruh karyawan menuju stasiun di lintas Tanah Abang-Serpong yang saat itu masih belum dua jalur, sehingga KA harus ketika akan  berpapasan satu KA harus  menunggu di stasiun untuk bersilang atau memberi kesemapatan  KA lain lewat.
Kami memulainya dengan apel pagi yang dipimpin Kapala bagian keamanan. Sambutan dari Kadaop 1 dilanjutkan penjelasan teknis oleh Humas dan Kadiv Jabotabek diberi tugas menutup kegiatan pada sore harinya. Tim konseptor telah mambagi karyawan dengan tugas masing-masing sesuai bidangnya.
Bagian jalan rel diberi tugas membersihkan rel dan sekitarnya, saluran air dan memperbaiki lingkungan. Bagian sinyal memperbaiki sekitar persinyalan. Mengecat konstruksi wesel, dan mengecat tiang-tiang sinyal agar tampak baru. Sedangkan para kepala stasiun dan anak buahnya mengankat lapak dagangan, menyapu, memasang tulisan nama stasiun diganti dengan nama yang tidak kusam dan mengecat bangku, tiang-tiang peron.
Kerja bakti karyawan yang dikemas "Bedah Stasiun: diliput media. Koran Tempo menghadirkan reporter dan menyaksikan langsung kegiatan, sehingga pada esok hari Koran Tempo memberitakan "Bedah Stasiun" Solusi Mengatasi Ketidaktertiban.
Pemberiataan di Koran Tempo yang posisitif dan juga Koran Kompas meskipun beritanya lebih kecil setidaknya dapat mengobati pemberitaan negatif perkeretaapian. Terutama para pejabat di lingkungan Kementerian Perhubungan dan jajaran direksi.
Bagi konseptor, pemberiataan bukan tujuan utama. Meskipun sebagai Humas, penulis tampil di depan untuk terus menertibkan dan menata Jakarta lebih baik. Kordinasi antar bagian, kordinasi dengan kelurahan, kecamatan dan wali kota, Polsek, Polres bahkan Polda Metro Jaya  terus dilakukan. Sedangkan para  pimpinan Daop 1 kita undang setelah semuanya  siap dibedah.
Kegiatan "Bedah Stasiun" Â terus berlanjut dan menjadi kegiatan rutin dua minggu sekali membedah satu stasiun di Daop 1 dan Divisi Jabotabek, Â sehingga dalam kurun waktu hampir satu tahun PT KAI Daop 1 berhasil membersihkan pedagang di peron, termasuk pembersihan di Pasar Gaplok di Senen, Jakarta Pusat dan pasar Duri di Jakarta Barat. Bedah Stasiun terus berlanjut hingga ke Stasiun Manggarai, Bekasi, Â dan stasiun lainnya.
Meskipun stasiun sudah dibedah, namun karena saat itu PT KAI belum menindaklanjuti dengan melakukan rehab dan penataan stasiun secara modern, kondisi stasiun yang sudah dibedah belum berubah wajah secara total, namun ketertiban di peron makin tertata baik. "Bedah Stasiun" telah menjadi alat untuk membuat stasiun tertib dan juga menarik media.