Tekad dan semangat menertibkan dan menata lingkungan stasiun dan lingkungan jalur kereta api serta pelayanan di atas KA Â di lingkutan PT KAI Daop 1 Jakarta dan Diviis jabotabek saat itu sudah sangat kuat. Terlebih pasca pemberitaan negatif di Kompas berjudul "Lapak Stasiun Diperjualbelikan".
 Judul pemberitaan di Kompas  membuat telinga  pejabat perkeretaapian  saat itu panas. Lingkungan perkeretaapian bukan hanya PT KAI, termasuk Direktorat Jenderal Perkeretaapian (Ditjenka) yang baru dibentuk pada 2005 oleh Presiden SBY dan baru saja diangkat Dirjen baru yang kala itu dijabat Soemnino Eko Saputro, mantan Dirut PT KAI.
Tak pelak pemberitaan itu berdampak luas kepada Kementerian Perhubungan yang kala itu menterinya dijabat Hatta Rajasa,  dan juga kepada pejabat  PT KAI. Sebagai orang komunikasi, Humas menjadi orang pertama yang ditelpon Dirjen, kebetulan ada kedekatan saya dengan Pak Soemino. Menyusul Kadaop juga ditelpon Pak Mino dan Pak Dirut kala itu Ronni Wahyudi.
Pada sore harinya saya dipanggil Judarso, Kadaop 1 Jakarta. "Pak Jadi bapak bisa mengklarisikasi pemberitaan di Kompas?" kata Judarso yang saat itu hanya berdua di ruangan beliau.
Saya menjawab  dengan jujur. "Mengkalrifikasi mudah. Masalahnya kejadian itu nyata, apalagi  di peron diperjualbelikan oleh oknum. Sebaiknya kita lakukan perbaikan saja. Kita kerja bakti namun dikemas bukan kerja bakti biasa, dikemas dengan konsep  "Bedah Stasiun" saja sebagai solusi dan menindaklanjuti pemberitaan di Kompas," jawab saya kepada Judarso.
"Untuk konsep Bedah Stasiun nanti saya siapkan. Semua karyawan dari kadaop hingga anak buah kita kerahkan untuk merubah kondisi stasiun yang kumuh menjadi stasiun berpenampilan lebih baik, cukup dalam satu hari saja," terang saya yang langsung disetujui Judarso.
Untuk merencanakan "Bedah Stasiun" kami memilih  Stasiun Sudimara di lintas Tanah Abang Serpong, stasiun yang dimuat di pemberitaan  Kompas yang merupakan media nasional ternama. Kami terus merumuskan, merencakan dan pada hari H kami bergerak mengubah wajah Stasiun Sudimara.
Untuk menyusun rencana dan implentasi, tim konseptor mengajak Kadaop mengadakan rapat gabungan Daop 1 Jakarta dan Divisi Jabotabek. Menjadi pertamakalinya dua managemen di PT Kereta Api (Persero) yaitu managemen Daop 1 dan Divisi Jabotabek mengadakan pertemuan rapat besar dengan menghadirkan seluruh kepala stasiun di Daop 1 Jakarta dan Divisi Jabotabek.
Pembuatan SK sore itu langsung diselesaikan, Â ditandantangani oleh Kadaop 1 Jakarta Judarso Widyono dan Kadiv Jabotabek, Tating Setiawan.
Dalam SK yang ditandatangani paska rapat di kantor Kadiv Jabotabek yang saat ini sudah KSO dan menjadi kantor  swasta  di depan Stasiun Juanda ini tertera kepala Stasiun bertanggungjawab dalam menertibkan dan menata lingkungan stasiun.
Selanjutnya Daop dan Divisi Jabotabek agar mengeluarkan surat sebagai dasar Kepala Stasiun (KS) untuk disampaikan kepada pedagang. Pemberian surat ini penting bagi KS, yang saat itu berkompromi dan menikmati dari ketidaktertiban pelayanan.
Konseptor langsung menyelesaikan SK dan juga surat untuk dibagikan kepada para KS untuk selanjutnya dibagikan  kepada para pedagang di stasiun yang menempati peron dengan lapak-lapak meja yang menyita hak penumpang. Peron seharusnya untuk naik turun dan kenyamanan penumpang, bukan untuk berjualan.
Bedah Stasiun Sudimara
Sesuai rencana pada hari H pelaksanaan "Bedah Stasiun" Sudimara dimulai. Para pimpinan dan seluruh karyawan menuju stasiun di lintas Tanah Abang-Serpong yang saat itu masih belum dua jalur, sehingga KA harus ketika akan  berpapasan satu KA harus  menunggu di stasiun untuk bersilang atau memberi kesemapatan  KA lain lewat.
Kami memulainya dengan apel pagi yang dipimpin Kapala bagian keamanan. Sambutan dari Kadaop 1 dilanjutkan penjelasan teknis oleh Humas dan Kadiv Jabotabek diberi tugas menutup kegiatan pada sore harinya. Tim konseptor telah mambagi karyawan dengan tugas masing-masing sesuai bidangnya.
Bagian jalan rel diberi tugas membersihkan rel dan sekitarnya, saluran air dan memperbaiki lingkungan. Bagian sinyal memperbaiki sekitar persinyalan. Mengecat konstruksi wesel, dan mengecat tiang-tiang sinyal agar tampak baru. Sedangkan para kepala stasiun dan anak buahnya mengankat lapak dagangan, menyapu, memasang tulisan nama stasiun diganti dengan nama yang tidak kusam dan mengecat bangku, tiang-tiang peron.
Kerja bakti karyawan yang dikemas "Bedah Stasiun: diliput media. Koran Tempo menghadirkan reporter dan menyaksikan langsung kegiatan, sehingga pada esok hari Koran Tempo memberitakan "Bedah Stasiun" Solusi Mengatasi Ketidaktertiban.
Pemberiataan di Koran Tempo yang posisitif dan juga Koran Kompas meskipun beritanya lebih kecil setidaknya dapat mengobati pemberitaan negatif perkeretaapian. Terutama para pejabat di lingkungan Kementerian Perhubungan dan jajaran direksi.
Bagi konseptor, pemberiataan bukan tujuan utama. Meskipun sebagai Humas, penulis tampil di depan untuk terus menertibkan dan menata Jakarta lebih baik. Kordinasi antar bagian, kordinasi dengan kelurahan, kecamatan dan wali kota, Polsek, Polres bahkan Polda Metro Jaya  terus dilakukan. Sedangkan para  pimpinan Daop 1 kita undang setelah semuanya  siap dibedah.
Kegiatan "Bedah Stasiun" Â terus berlanjut dan menjadi kegiatan rutin dua minggu sekali membedah satu stasiun di Daop 1 dan Divisi Jabotabek, Â sehingga dalam kurun waktu hampir satu tahun PT KAI Daop 1 berhasil membersihkan pedagang di peron, termasuk pembersihan di Pasar Gaplok di Senen, Jakarta Pusat dan pasar Duri di Jakarta Barat. Bedah Stasiun terus berlanjut hingga ke Stasiun Manggarai, Bekasi, Â dan stasiun lainnya.
Meskipun stasiun sudah dibedah, namun karena saat itu PT KAI belum menindaklanjuti dengan melakukan rehab dan penataan stasiun secara modern, kondisi stasiun yang sudah dibedah belum berubah wajah secara total, namun ketertiban di peron makin tertata baik. "Bedah Stasiun" telah menjadi alat untuk membuat stasiun tertib dan juga menarik media.
Bagi seorang PR, setiap tindakan harus bernilai berita positif. Karenaya "Bedah Stasiun" secara komunikasi telah memperbaiki dan meningkatkan citra baik perusahaan. Langkah ini menjadi karya fenomenal seorang PR ketika tampil sebagai konseptor, kordinator dan penggerak suatu kegiatan. Sekian dulu ya. Tulisan akan berlanjut hingga KAI menjadi baik seperti saat ini. Salam. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H