Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Orang-orang Kecil Penakluk Ibu Kota

5 Februari 2019   17:50 Diperbarui: 6 Februari 2019   11:34 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi warteg (KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES)

Menaklukan Jakarta sulit bagi pencari kerja dengan mimpi gaji besar dan fasilitas nyaman. Mereka seringkali frustasi di tengah jalan karena impiannya tidak tergapai. Menaklukan Jakarta sulit pula bagi pencari kerja dengan modal pendidikan pas-pasan tanpa memiliki keterampilan.

Banyak pemuda dari Jawa, isitlah orang-orang kecil dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Madura yang tinggal di Jakarta. Kemudian dari  Sumatera, Palembang, Lampung, Medan meninggalkan kampung halaman pergi ke ibu kota mencari peruntungan, namun tidak sedikit yang gagal.

Jakarta masih menjadi magnet bagi warga di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, dan Sumatera serta berbagai penjuru tanah air untuk  menuai keberhasilan dalam mencari nafkah.

Tak sedikiti orang dapat mencari nafkah  dapat dilakukan  dengan mudah dan bermodalkan murah. Sektor non-formal menjadi kekuatan keberhasilan mereka di Jakarta. Mereka mengambil profesi pedagang, terutama berjualan makanan yang selalu laku karena banyaknya konsumen, sehingga bisa  untung.

Seorang pedagang kopi keliling (Ft. Merah Putih)
Seorang pedagang kopi keliling (Ft. Merah Putih)
Ukuran keberhasilan wong cilik ini bukan harta berlimpah, rumah bagus, dan berbagai fasilitas kehidupan yang menterang. Namun kecukupan makan, menyekolahkan anak, bisa berbagi dan membangun rumah di kampung halaman terasa cukup bagi mereka.

Mereka umumnya  hidup dengan cara kos atau kontrak rumah petak di daerah ibu kota seperti kompleks Petojo, Penjaringan, Sawah Besar, dan daerah-daerah di tengah kota dengan bangunan tidak mewah. 

Kos-kosan mereka menjadi hunian tidak teratur dan sangat padat. Mereka memburu harga yang  terjangkau di tengah kota agar  mudah akses dan memasarkan barang daganganya. mereka juga berharap bisa menempatkan gerobag atau sepeda motor sebagai sarana berjualan.

Habib, bapak dua putra asal Sidadadi, Cipari, Cilacap, Jawa Tengah menjadi satu dari sekian banyak orang yang berhasil menaklukkan Ibu kota, menaklukan Jakarta.

Ia saat itu pergi ke Jakarta karena di kampungnya tidak ada pekerjaan dan penghasilan yang mencukupi untuk hidup layak. Ia pun pergi ke Jakarta dua puluh tahun lalu merantau ke Jakarta.

Habib memilih menjadi penjual nasi pecel, mendoan, bakwan, teh manis dan kopi di Jalan Pembangunan III, Petojo, Gajah Mada. Dengan bermodalkan gerobag, pecel Habib laris manis.

Membuka jualan pukul 10.00 pagi, pukul 16.00 sore daganganya  sudah ludes. Sebungkus pecel, lontong dan mendoan dan 1 gelas air meniral cuma Rp10 ribu. Sangat pas untuk kaum pekerja dengan gaji pas-pasan dan sedang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun