Karena kekurangan  itu, niat membantu membangun rumah warga menjadiÂ
kan rumahnya berantaka dan  menjadi kurang nyaman. Rumah warga yang nota bene keluarga kurang mampu menjadi lebih tidak berdaya. Rumahnya yang sudah kadung dibongkar membuat tidur mereka kurang nyaman. Sementara pikiranya tidak tenang memikirkan kekurangan material, ongkos tukang  untuk menyelesaikan proyek bedah rumahnya.
Mungkin perlu dintinjau ulang besar bantuan dan jenis bantuan yang berupa material. Bila mereka diberi kebebasan belanja material sendiri dengan pengawasan yang baik mungkin hasilnya akan lebih baik dn berbeda. Sebagai masyarakat saya masih penasaran kenapa bantuan diwujudkan dalam bentuk material? Semoga niat baik tidak tercela dengan implemantasi di lapangan.
Mereka petani millenial. Partisipasi mereka untuk pangan Indonesia sangat besar. Millenial tidak harus terus pegang HP dan hura-hura terlebih di tahun baru. Ingat banyak millenial masih terus berjuang untuk tersedianya pangan untuk kehidupan. Beruntung masih ada Sarkum, Badri, Ika dan Sardi petani dan buruh serabutan di kampung berkarya untuk negeri. Selamat Tahun Baru 2019 layak kami sampaikan untuk empat sekawan. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H