Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kampung Warna Hasil Karya Pengangguran Bernilai Ekonomi

22 Maret 2018   21:30 Diperbarui: 22 Maret 2018   21:54 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berwisata tidak harus mahal. Berwisata tidak harus jauh.  Berwisata tidak harus mewah. Di kampung-kampung saat ini tersebar berbagai objek wisata swadaya yang dikelola warga dengan dana cekak, namun dapat membuat tempat kumuh menjadi indah untuk berwisata. Kreatifitas anak-anak muda, yang sering disebut pengangguran telah memberikan nilai timggi bagi lingkungan tempat tinggalnya.

Kabupaten Purbalingga memiliki sejumlah objek wisata swadaya sebagai sarana rekreasi dan menjadi tempat menghibur dan memperkenalkan  anak-anak kepada alam. Adalah kampung warna warni di Kampung Baru, Bobotsari, Purbalingga,  Jawa Tengah.

Kampung warna warni di sejumlah daerah yang mereka saksikan melalaui media menjadi inspirasi bagi remaja untuk  berkarya. Mereka menyulap lingkungan kumuh menjadi rapih. Lingkungan rapih dan bernila memberi manfaat bagi warga, sehingga  lingkungan yang  indah ini menjadi sarana pembelajaran bagi anak-anak dari tetangga desa yang tidak memiliki dana cukup untuk berwisata ke tempat-tempat ternama.

Kampung warna dibuat oleh warga yang saat itu banyak nganggur. Meskipun pengangguran,  ketika diajak, diarahkan untuk  berkreasi mereka punya kemauan dan mampu  berkaraya yang akhirnya dapat mendatangkan rezeki untuk menghidupi diri sendiri, bahkan ada pula yang berjualan dan dapat menghidupi keluarga.

Warga Kampung Baru yang umumnya remaja putra dan putri telah  menyulap daerah persawahan, sungai, pembuangan sampah, kandang ayam yang semula biasa-biasa saja menjadi tempat yang  indah  dipandang mata. Kandang ayam yang dicat warna warni juga menjadi indah, apalagi ketika penulis berkunjung  ayam jantan  berkukuk merdu  disamping kandang, hal ini  menambah nuansa menyenangkan bagi pengunjung.

berfoto (ft pribadi)
berfoto (ft pribadi)
Menyulap daerah kumuh tak bernilai menjadi daerah wisata telah menciptakan lapangan kerja baru. Tempat wisata Kampung Warna telah  dapat mengelola parkir,  menjual tiket masuk dan juga menelurkan aneka ide  kreatif, sehingga tumbuh beberapa galeri foto yang dapat dinikmati  pengunjung  berfoto di galeri foto tiga dimensi.

Tembok yang dilukis seperti lorong dengan lukisan tiga dimensi menarik setiap yang lewat, melihat dan tergoda  untuk berfoto. Warga yang  melukis dan memotret menjadi pengelola dan tinggal tak jauh dari lokasi. Foto langsung jadi ini diminati pengunjung, sehingga dapat mendatang rezeki bagi warga, dapat menggerakkan ekonomi hampir seluruh warga yang tinggal di lingkungan Kampung Warna Bobotsari.

Rumah-rumah di kompleks Kampung  Warna juga banyak berjualan makanan, jajanan dan mainan anak-anak yang disukai pengunjung, sehingga daerah yang semula tidak menghasilkan apa-apa dapat menggerakkan ekonomi setempat. Pojok-pojok atau sudut rumah semula tempat pembuangan sampah  disulap menjadi tempat swafoto berlatar hati, atau cinta. Tempat ini dapat memberikan jepretan cantik, sehingga tempat ini menjadi pilihan utama pengunjung.

Bergembira di panggung (ft pribadi)
Bergembira di panggung (ft pribadi)
Sambil menunggu antrian, pemilik rumah dan pemilik galeri foto yang juga  menjual aneka makanan, mereka dapat mengais rezeki.  Umumnya, setelah berfoto-foto, anak-anak merengek minta dibelikan jajan. Rengekan pengunjung menjadi rezeki bagi penjual makan atau mainan.

 Bergeser sedikit, kita akan menemui Mushola bergambar pesan-pesan keagamaan yang mudah dilihat, dibaca dan diingat para pengunjung. Tulisan-tulisan  dan gambar seni yang dilukis artistik telah menarik bagi warga untuk berswafoto di setiap sudut yang dikunjungi.

Untuk berkunjung  ke Kampung Warna sangat mudah karena tempatnya dekat Terminal Bus Bobotsari. Letaknya yang di jalan raya menuju terminal bus menjadikan Kampung Warna ini mudah dikunjungi. Bagi warga dari luar daerah yang tidak membawa kendaraan dapat menggunakan kendaraan angkutan umum, turun persis di depan pintu masuk Kampung Warna.

Pengunjung harus membeli tiket yang harganya sangat terjangkau. Tiket untuk keliling di Kampung Warna sejauh 1 km, harganya cuma Rp 2.000,- tiket masuk ini digunakan untuk merawat, membeli cat dan berbagai keperluan agar tempat ini terawat dan terus memberi manfaat berkesinambungan bagi warga sekitar, anak-anak desa tetangga serta manfaat ekonomi bagi lingkungan.

Setelah membeli tiket, pengunjung akan masuk ke arah kanan, menyusuri sungai kecil yang nampak bersih dan terawat. Gang di sebelah sungai kecil juga dihiasi aneka hasil kreatif remaja pengelola. Belok ke kiri, kita sudah disuguhi tempat untuk swafoto dengan dominasi warna ping yang disukai anak-anak dan remaja.

Meskipun masih betah mata memandang, bergeser ke arah barat kita akan melewati hiasan gambar-gambar di tembok rumah warga yang artistik. Ada gambar satwa, hingga gambar petani ada di tembok-tembok warga. Selain gambar, pesan-pesan tulisan dan kata-kata lucu juga membuat tersenyum pengunjung.  

Melewati pematang sawah yang di kanan kirinya ada kandang ayam kecil di sisi persawahan, akan  menemukan bangunan panggung tinggi terbuat dari bambu dan pohon pinang. Tempat ini juga menarik untuk berfoto ria. Latar belakang Gunung Slamet yang menjulang menjadikan indah dengan panorama alam sekitar. Panggung ini membuat betah pengunjung. Meskipun panas, anak-anak betah bermain di tangga dan di bawah  panggung.

Sebelum pulang pengunjung dapat berputar melewati gang-gang rumah warga dengan tembok artistik. Warga Kampung Warna rela rumahnya dicat seni, dan rela pula lingkunganya berisik dikunjungi warga. Menjadi konsekuensi, sebagai tempat wisata, maka  lingkunganya menjadi berisik. Meskipun berisik, namun banyaknya pengunjung mendatangkan rezeki. Kreatifitas dan kerja nyata menjadikan karya nyata bernilai tinggi.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun