Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Dua Tahun Lagi Akan Hadir Mudik Digital

20 Mei 2017   21:56 Diperbarui: 21 Mei 2017   09:41 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Lebaran 1438 H segera tiba. Budaya mudik di Jawa menjadikan pekerjaan besar jajaran pemerintah pusat dan daerah. Masalah mudik pada mobilisasi orang dalam jumlah besar dan bersamaan, sehingga transportasi menjadi masalah  krusial. Pemerintah pun sibuk mempersiapkan berbagai langkah strategis agar hajat nasional itu bisa berjalan dengan aman, lancar dan nyaman.

Angkutan lebaran menjadi hajat rutin tahunan untuk melayani warga yang akan mudik di kampung halaman. Para urban di kota besar khususnya Jakarta,  Bandung dan kota-kota besar lainnya ingin bersilaturahmi dengan orang tua, sanak famili dan rekan-rekannya di kampung. Mudik telah membudaya sekian lama bagi bangsa Indonesia.

Kemajuan teknologi telah memudahkan, mendekatkan dan memperpendek jarak komunikasi anatar individu. Dengan makin dekatnya jarak karena teknologi dan infrastruktur transportasi di Jawa, mungkinkah lebaran tidak lagi tradisi? Mungkinkah budaya lebaran dapat dihilangkan? Atau diganti dengan lebaran digital? Suatu saat pasti akan terjadi, karena generasi terus berganti.

Soal transportasi mudik bukan urusan mudah karena berbagai moda dipergunakan pemudik. Moda kereta api, pesawat, bus, kapal laut, mobil pribadi, sepeda motor dan bahkan ada juga bajaj. Sepeda motor menjadi pilihan kaum urban, hal ini menimbulkan keruwetan sepanjang perjalanan dan menjadi penyumbang angka kecelakaan lalu lintas mudik.

Dari sekian banyak moda angkutan mudik, angkutan udara cukup terlayani. Demikian pula angkutan kereta api dan bus. Yang krusial justru mobil pribadi dan sepeda motor menjadi pemicu kemacetan lalu lintas dan kecelakaan. Karena itu pemerintah menyediakan bus, truk, KA, kapal laut untuk mengangkut pemudik sepeda motor secara gratis sebagai solusi mengurangi kecelakaan.  Sayang pemerintah tidak sekalian melarang sepeda motor untuk mudik.

Karena kebutuhan transportasi mudik demikian besar dan bersamaan, kesiapan infrastruktur jalan, rambu-rambu bahkan pasar tumpah menjadi perhatian pemerintah. Keberadaan jalan tol Trans Jawa yang masih belum tersambung di beberapa wilayah malah menjadi biang kerok kemacetan lalu lintas. Tahun 2016. Tol Brebes Timur yang dikenal dengan Brexit menjadi penyebab utama kemacetan parah yang berakibat beberapa pemudik meninggal dunia.

Tahun ini jalan tol sudah menyambung ke Pemalang, tentu pemerintah tidak ingin kejadian tahun lalu terulang kembali, karena itu langkah mengurangi pengguna jalan raya di Pantura, Tol Cipali dan lainnya dikurangi dengan mengerahkan kapal laut untuk mengangkut sepeda motor dan pemudiknya ke Semarang. Harapanya dengan penggunaan angkutan laut, jalan darat sedikit berkurang.

Budaya mudik sulit dihilangkan. Meskipun teknologi komunikasi, transportasi kereta api  dan jalan tol telah memudahkan, memperpendek jarak dan mempercepat warga Jakarta kembali ke kampung halaman di Jawa Tengah dan Jawa Timur makin mudah, orang tetap berbondong-bondong pulang kampung saat lebaran. Hal ini terbukti dari perburuan tiket kereta untuk mudik 3 bulan sebelum berangkat telah ludes.   

Transportasi kereta api (KA) menjadi tulang punggung angkutan darat. Bertahun-tahun angkutan di atas jalan rel ini melayani ribuan warga yang mudik ke kampung halaman. Namun kereta api memiliki keterbatasan kapasitas. Pada masa lalu sebelum tahun 2010, pemandangan ketidaktertiban angkutan massal ini menjadi biasa. Penumpang berjubel hingga meluber ke kabin lokomotif, disambungan, bahkan pernah pula ada yang di atap kereta.

Setelah sekian tahun berakrobat dengan pelayanan angkutan lebaran yang karut marut, angkutan KA telah berubah menjadi angkutan umum yang tertib, aman, nyaman dan menjadi pilihan utama pemudik. Melalui revolusi pelayanan KA, lebaran yang dulu selalu heboh, kini telah tertib. Berbagai kebijakan KAI dalam mengatur kapasitas peron, kereta dengan sistim yang permanen telah berbuah manis. Penumpang terlayani manusiawi.

Masa revolusi pelayanan angkutan lebaran dengan KA dilakukan bertahap sejak 2009. Dirut PT. KAI saat itu Ignasius Jonan, belum dapat berbuat banyak melakukan perubahan. Tahun 2009 pertama ia duduk sebagai Direktur Utama PT. KAI. Karena baru pernah mengalami angkutan lebaran, maka wajar kondisi angkutan lebaran masih karut marut, semrawut. Antrian penumpang mengular, peron penuh sesak dan hiburan orkes dangdut mewarnai hajatan PT. KAI, terutama di Stasiun Pasarsenen, membuat angkutan lebaran makin meriah.

Percaloan tiket KA terutama di Stasiun Gambir dan Pasarsenen yang merupakan barometer pelayanan PT. KAI, para calo terang-terangan tanpa ewuh pakewung menawarkan dengan leluasa, kondisi ini juga belum teratasi secara tuntas. Meskipun pada masa lalu jajaran PT. KAI sudah berusaha maksimal hasilnya belum tuntas.

Paradigma pelayanan angkutan lebaran diubah. Semula produk oriented dirubah menjadi costumer oriented. Semula PT. KAI fokus pada produk dirubah menjadi fokus pada pelayanan pelanggan. Sehingga pelayanan yang manusiawi dalam pelayanan angkutan lebaran lebih diutamakan dan hasilnya semua orang dapat melihat dan merasakan perubahan besar layanan perkeretaapian.

Pada lebaran 2011, masih disediakan kereta khusus untuk penumpang Lansia, Ibu menyusui, Ibu hamil dan membawa anak kecil. Pada dinding kereta dipasangi spanduk “Kereta Khusus Lansia dan Ibu Hamil”. Model-model pelayanan khusus ini karena PT. KAI belum memberlakukan pembatasan penumpang untuk masuk ke dalam gerbong kereta. PT. KAI masih menjual tiket 150 orang setiap gerbongnya. Sehingga penumpang berjejal dan tidak lagi memberi ruang bergerak khususnya untuk Lansia dan Ibu hamil.

Penyediaan kereta khusus Lansia dan Ibu hamil yang diinisasi KAI waktu itu sering menuai masalah. Suami istri sering kali harus berpisah gerbong karena Istri yang sedang mengandung dan membawa anak kecil diperbolehkan masuk ke kereta khusus Lansia. Suaminya yang segar bugar dilarang masuk. Jadi meskipun ada kereta khusus Lansia dan Ibu hamil tapi belum menjadi solusi. Bahkan keberadaan kereta khusus ini menjadi masalah baru, khususnya bagi keluarga yang pergi berpasangan menjadi tersiksa karena berpisah dengan anggota keluarga.

Perjalanan dengan KA Ekonomi pada masa lalu sulit untuk tepat waktu karena KA ekonomi harus rela menunggu lebih lama untuk memberikan kesempatan penumpang naik. Kondisi kereta yang penuh sesak sehingga toilet tidak bisa dipergunakan sebagaimana mestinya untuk membuang hajat dalam perjalanan. Meskipun penderitaan penumpang telah lengkap, hal ini masih dianggap lumrah saat angkutan lebaran pada masa lalu?

Kisah pengantar terbawa kereta juga bukan kisah bohongan, namun nyata setiap angkutan lebaran. Sebelum ada larangan pengantar masuk ke peron, pengantar boleh masuk ke area yang saat ini telah steril. Penjualan karcis peron pada masa lalu telah memberikan ruang kepada para pengantar ikut mengantar teman, saudara, anak, istri. Karena saking sayangnya suami ikut masuk kedalam kereta dan  terbawa. Kini semua telah  sirna berkat penerapan sistem boarding yang ketat, sehingga pengantar tidak bisa masuk peron, apalagi sampai di atas KA dan terbawa.

Semua kisah sedih, tragis dan miris pada lebaran masa silam kini telah teratasi secara baik dan tersistem. Semua permasalahan yang menyangkut ketidaktertiban sudah teratasi dengan strategi pengaturan pembatasan penumpang, sistem boarding dan sistim penjualan tiket yang tersebar di berbagai tempat dengan durasi waktu yang cukup. Peraturan baru tersebut berlaku permanen mulai lebaran 1434 H tahun 2012.

Sejak lebaran tahun 2012, semua langkah-langkah parsial yang dilakukan pada masa lalu  dirombak dengan langkah yang lebih masuk akal, permanen dan dapat mengatasi semua permasalahan. Penumpang tidak berdesakan, toilet berfungsi baik, penumpang aman dan nyaman sepanjang perjalanan.

Semenjak diberlakukan pembatasan penumpang, selain memudahkan penumpang juga memudahkan para karyawan operasional dan pelayanan juga tidak repot. Dengan perubahan pelayanan itu, kini ketepatan waktu perjalanan makin baik. Ketepatan waktu perjalanan yang dulu merupakan barang langka, kini terwujud, nyata dapat dirasakan penumpang.

Akar masalah ketidaktertiban saat angkutan lebaran adalah kapasitas stasiun, peron dan kapasitas kereta yang terbatas. Sehingga perlu diatur dengan pembatasan membeli tiket, masuk ke peron stasiun dan pembatasan penumpang di dalam kereta yang hanya diperbolehkan 100 % dari tempat duduk yang tersedia di semua kelas KA.

Belajar dari kereta api, angkutan lebaran nasional yang melibatkan berbagai sektor trasnportasi dapat diatur. Kapasitas jalan pantura, selatan dapat, jalan tol dapat dihitung berapa banyak kendaraan bisa melintas. Demikian pula armada bus, sepeda motor semua dapat dihitung, sehingga langkah-langka melakukan revolusi angkutan lebaran dapat terwujud dalam beberapa tahun ke depan. Gunakan sistem aplikasi untuk mudik lebaran. Mau lebaran dengan mobil pibadi? Daftar dulu dengan aplikasi untuk mengatur keberangkatan, jam berangkat maupun hari keberangkatan. Mari mudik digital. ***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun