Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Serunya KAI Melawan Mafia Penumpang Gelap

5 September 2014   15:33 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:33 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1409958177806100981

Para pengguna jasa KA telah lama menikmati kondisi kereta yang nyaman, bersih, Toiletnya harum, bersih dan wangi. Penumpang juga nyaman tidak terganggu penumpang gelap, asongan yang berisik dan kadang ada yang nyambi nyopet. PT. KAI berhasil mengatasi problem itu melalui perjuangan keras, melelahkan. Seluruh insan KAI puas karena berhasil mengatasi masalah besar itu.

Kenapa tumbuh subur penumpang gelap di KA? Jawabnya karena ada mafia. Penumpang gelap umumnya setiap weekend, long weekend lebih banyak karena beberapa karyawan swasta, negeri dan juga TNI/Polri memanfaatkan waktu ini untuk pulang kampung. Penumpang gelap biasanya dari Jakarta, Bandung menuju ke timur pada Jumat sore/malam dan kembali Ahad. Maka ada istilah PJKA (pulang Jumat kembali Ahad).

[caption id="attachment_357551" align="aligncenter" width="300" caption="Pemeriksaan penumpang tanpa tiket di stasiun Jatinegara pada tahun 2010 (foto:Yos Asmat)"][/caption]

Penumpang gelap KA jarak jauh naik di kereta eksekutif, bisnis maupun ekonomi. Dulu KA eksektutif yang harganya mahal pun dimasukin penumpang gelap intelektual, mampu bayar dan kadang terhormat (maaf ada pula ditemukan pejabat beberapa instansi atau kesatuan). Mereka ada yang membentuk kelompok arisan. Dengan kode-kode tertentu mereka iuran ke seorang pengepul. Berapa harga tiket di mafia? Tentu lebih murah dibanding tiket resmi.

Kalau tiket resmi bia Rp 250.000,- tiket mafia paling mahal Rp 75.000,- untuk Jakarta-Surabaya. Kenapa bisa Rp 75.000,-? Mafia pintar, pergantian kru KA, khususnya kondektur menjadi acuan harga. Berapa kali kondektur berganti, maka itu patokan harganya. Misalnya KA Argolawu ke Solo ganti kondektur hanya dua kali di Purwokerto. Mereka mematok tarif berdasarkan perhitungan itu pergantian Kru KA.

Uang yang sudah diterima pengepul akan diberikan ke kondektur. Cara memberinya bisa ketika sebelum KA berangkat, diperjalanan ketika kontrol penumpang. Untuk pengepul tidak bayar sama sekali. Bahkan pengepul bisa untuk karena kondektur jarang menghitung berapa orang dan sulit mencocokanya. Kondektur juga sedikit takut menerima uang itu jadi percaya saja kepada pengepul.

Tidak hanya KA antar. KA Lokal, KRL Jabotabek juga tidak terhindarkan dari mafia tiket. Sebelum diberlakukan pengetatan masuk peron dan tiket KRL masih manual dengan kertas, penumpang leluasa masuk peron dan naik KA gratis. Beberapa kali tertangkap penumpang menggunakan tiket kertas sudah kedaluarsa. Ada pula pemalsuan kartu bukti diri pegawai dipakai orang lain dan banyak cara dilakukan mafia tiket.

Cara mafia tiket KRL sedikit beda dengan tiket KA antar kota. Kalau KA antara kota umumnya penumpang tidak ada bukti tiket sama sekali. Penumpang KA antar kota umumnya menggunakan tiket abab (hanya bicara), "sekian orang bang". Langsung selipin uang. Kadang dimasukan dalam amplop kadang tidak. Ke mana lari uang mafia itu? Sebagian besar dibagi ke kru KA (kondektur, masinis, teknisi di atas KA).

Kembali ke mafia penumpang KRL. Sering kali penumpang komplain di stasiun tujuan karena tiket tanggalnya kadaluwarsa. Ini permainan petugas loket, portir dan juga kondektur. Dengan tiket kertas, cara kontrol penumpangnya di pintu masuk dengan petugas portir dan satpam. Tugas portir memeriksa tiket dengan melubangi dengan gunting. Satpam mengawasi kalau ada yang lolos. Dengan model ini tentu mudah penumpang menerabas. Apalagi ribuan penumpang bersamaan, sulit kontrolnya. Mereka pun pada lolos.

Ketika keluar di stasiun tiket KRL harus diserahkan ke petugas di pintu keluar, di sini juga ada celah. Petugas portir dan Satpam yang umumnya outsourching ini, akan memilah tiket yang masih bagus dipilih yang belum dilubangi. Karena petugas pemeriksa tiket di atas KA tidak lagi dikontrol kondektur, umumnya teman satu vendor, petugas kontrol juga kadang melewatkan beberapa gerbong tidak dikontrol, dilewati. Padahal ada tujuan terselubung.

Tiket-tiket yang sudah terseleksi disetorkan ke loket, dijual lagi. Putaran tiket ini berapa banyak? Lumayan besar bukan? Itulah cara mafia tiket KA antar kota dan KRL Jabotabek. Berapa nilai kebocoranya? Ketika PT. KAI mengadakan one day ticket (kampanye sehari semua penumpang bertiket pada 2008). Kebocoran KRL sekitar 35 %. KA Lokal Rangkasbitung 30 %. Karena KA lokal tiketnya murah, kerugian perusahaan, kerugian negara tidak terlalu besar, tapi data untuk lintas itu setahun sekitar Rp 76 milyar dengan tarif hanya Rp 2000,-

Untuk KA antar kota berapa kerugianya? Besar. Meskipun prosentase penumpangnya kecil namun harga tiketnya mahal. Bagaimana cara PT. KAI memberantas mafia ini? Mafia melibatkan oknum internal dan eksternal. Untuk menyelesaikan itu, Dirut Ignasius Jonan memilih membenahi internal. Lawan mafia internal pun seru. Eksternal akan mengikuti peraturan bila internal tertib.

Untuk menyelesaikan mafia KA antara kota diberantas dengan penjualan tiket satu kursi satu nama dan harus sesuai identitas penumpang. Pengawasan masuk peron dengan sistem boarding semakin ketat di pintu masuk. Menaikkan gaji dan tunjangan kondektur, masinis, teknisi di atas KA lebih dari 100 prosen dari sebelumnya. Menerapkan sanksi penumpang diturunkan di stasiun berikutnya bila tidak punya tiket, salah tanggal, salah nama dengan tegas. Lalu memutasi menurunkan jabatan karyawan yang tidak taat, bahkan ada yang dikeluarkan.

Untuk KRL Jabotabek dengan merubah sistem tiket kertas menjadi tiketing elektronik dengan tiket plastik dan pemasangan gate terintegrasi di pintu masuk yang efektif berlaku sejak Juli 2013 dilakukan permanen. Mempermudah cara pembayaran dengan menggandeng perbankan untuk e-money. Perlawanan internal dan eksternal pun seru. Tidak mudah melawan mafia, namun PT. KAI berhasil melawati masa kritis itu.

Jonan dan para Direksi serta seluruh insan  KAI berhasil memberesi mafia tiket KA. Pengalaman dan modal dapat menjadi contoh bagaimana memberesi mafia di negeri ini? Jokowi-JK bertekad memberesi beberapa praktek mafia dengan memilih figur berintegritas, petarung dan mampu memanage lembaga yang dipimpinya dengan baik. ###

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun