Dari bahasan transfer daya diatas kita bisa menyimpulkan bahwa kondisi yang terjadi pada sistem interkoneksi Pulau Jawa tersebut adalah tidak adanya pemerataaan antara supply dan demand antara sisi Barat dan sisi Timur.Â
Sisi Barat demand terlalu besar dibandingkan dengan ketersediaan supply didaerahnya, sedangkan sisi timur supply yang terlalu besar dibandingkan dengan demand yang ada didaerahnya.
Jika Sistem Barat dan Timur ini disatukan dalam sistem interkoneksi maka sinergi antara supply dan demand memang terjadi, tetapi ada dampak negatif yang bisa saja muncul salah satu contohnya adalah kejadian blackout PLN 4 Agustus 2019, dimana sistem Barat tidak bisa mempertahankan kondisinya.
4. Analisa gangguan
Nah... ini yang ditunggu-tunggu..., Tapi sayangnya dalam bahasan ini Anda tidak akan mendapatkan analisa gangguan yang komprehensip dan sistematik serta ilmiah sesuai harapan ..:)Â
Listrik-praktis hanyalah akan menganalisa gangguan blackout ini untuk para sobat kompasiana dari parameter dan sudut pandang sederhana didukung dengan konsep dasar listrik yang sudah dijelaskan diatas. (target pembaca tulisan ini memang para beginer pemula yang newbie masalah kelistrikan dan penasaran serta butuh sedikit pencerahan)
Sekali lagi saya tidak akan menjelaskan analisa gangguan yang sifatnya investigasi, biarkan hal tersebut menjadi ranahnya para ahli listrik di PLN atau di kampus-kampus.Â
Yang akan saya bahas hanyalah analisa gangguan berdasarkan record alat ukur sebagai pembuktian konsep dasar yang saya sampaikan diatas adalah sesuai terutama masalah frekuensi, demand dan supply.
Yup... Gambar diatas adalah menjelaskan tentang kondisi gangguan yang terjadi yang secara tidak langsung menggambarkan hubungan frekuensi, supply dan demand.
Garis biru menandakan frekuensi sisi Timur sedangkan garis hijau menandakan frekuensi sisi Barat. Sebelum ganguan frekuensi sisi Barat dan sisi Timur adalah sama, berhimpitan garis atau satu nilai yaitu 50Hz. Â