Jaman memang sudah berubah. Kehadiran teknologi yang juga semakin menggairahkan tak luput jadi santapan sehari-hari seluruh kalangan. Tidak perlu heran jika dewasa ini manusia kebanyakan lebih asyik dengan dunia maya. Istilah mengintegrasikan media dalam dunia sosial nampaknya telah berubah menjadi integrasi dunia sosial ke dalam media.Â
Terlihat begitu asyik memang jika dilihat obrolan-obrolan di balik layar handphone canggih, obrolan yang mampu mencuri senyuman dari penggunanya. Senyuman itu mungkin tidak mudah di temui saat berada di dunia nyata.
Keterlibatan media sosial dalam pemenuhan hasrat berinteraksi nampaknya memberi hasil yang cukup cemerlang bahwa " teman-teman anda kini sibuk dengan gadget nya" bahkan anda sendiri pun mungkin sudah "sama saja". Intetaksi dalam dunia nyata nampaknya tidak begitu menarik lagi setelah hanyut dalam dunia fatamorgana gadget. Teman dalam dunia maya beribu-ribu siapa sangka di dunia nyata hanya satu dua saja?
Benar adanya bahwa interaksi dunia sosial kita sudah lebih asyik dilakuan melalui gadget. Secara sepihak saya ingin mengatakan bahwa dampak dari teknologi ini menjadikan kita sedikit lebih malas.
Bagaimana bisa ? Anda tidak perlu lagi ke pasar untuk membeli sesuatu, tidak butuh intetaksi tawar menawar melalui mulut dan beradu argumen dengan dalil toko sebelah lebih murah. Semua bisa di jangkau dengan teknologi masa kini.
Baiklah kita tidak akan berbicara mengenai dampak ekonomi dari teknologi. Kita akan berbicara mengenai apa dan bagaimana semestinya kita memperlakukan teknologi sebagai alat pembantu, bukan sebagai alat tunggal penentu.Â
Manusia dan teknologi dewasa ini sudah jadi dua variabel yang saling terkait. Susah betul rasanya hidup jika gagap teknologi, semuanya menjadi tidak efisien, apalagi jika sudah berbicara soal waktu.Â
Adanya teknologi ini sudah pasti akan lebih menghemat waktu. Mungkin bisa dibayangkan bagaimana dulu sulitnya mengirim surat harus melalui pos dan sampainya tidak secepat yang kita inginkan.Â
Berbeda dengan sekarang, dimana sudah ada teknologi yang bisa membuat surat yang kita kirim akan sampai pada saat yang sama pula. Lantas wajarkah jika kini dengan teknologi berupa handphone pintar menggantikan semua hal berharga dalam hidup?
Misalnya senyuman teduh kawan-kawan yang terlihat nyata saat bertatap muka dibanding send emoticon yang nyatanya kebanyakan dusta? Emoticon seolah menjadi representasi ekspresi dusta yang bisa menggambarkan suasana hati pemilik gadget. Mengirimkan emoticon tertawa padahal senyatanya yang bersangkutan sedang mengalami kesepian. Â
Saat ini, jika berada dalam forum-forum resmi, dalam kumpul keluarga, saat makan Bersama, rapat organisasi dan forum interaksi apapun itu entah mengapa gadget selalu jadi opsi melarikan diri dari kejenuhan. Gadget punya tempat tersendiri di hati manusia hingga tega mengabaikan manusia lain yang ada di sekitarnya.Â