Mohon tunggu...
suherman agustinus
suherman agustinus Mohon Tunggu... Guru - Dum Spiro Spero

Menulis sama dengan merawat nalar. Dengan menulis nalar anda akan tetap bekerja maksimal.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Guru Kreatif di Masa Pandemi

29 Agustus 2021   13:53 Diperbarui: 29 Agustus 2021   14:05 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengantar

Pandemi virus corona (Covid-19) telah membawa dampak buruk terhadap banyak bidang kehidupan bermasyarakat di Indonesia, termasuk bidang pendidikan. Pendidikan yang biasanya dilaksanakan secara tatap muka langsung, kini berubah menjadi tatap muka tak langsung atau tatap muka virtual. Tatap muka virtual dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, yakni menggunakan gawai yang terkoneksi dengan jaringan internet.

Kita mengenal beberapa istilah-istilah berikut: Pendidikan Jarak Jauh (PJJ), Belajar Dari Rumah (BDR), Dalam Jaringan (Daring), Luar Jaringan (Luring), dan masih banyak istilah lain yang digunakan dalam rangka keberlangsungan pendidikan di masa pandemi ini. Istilah-istilah tersebut memang sangat mudah  dihafal, namun cukup sulit dalam praktiknya. Sebab, banyak kendala yang ditemukan, misalnya jaringan internet kurang stabil, kuota internet terbatas, kondisi listrik yang kurang stabil dan masih banyak kendala lainnya.

Pandemi Menuntut Guru Kreatif dan Inovatif

Pandemi virus corona mestinya tidak menjadi halangan bagi guru untuk tetap melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Sebaliknya, pandemi justru dilihat sebagai peluang sekaligus tantangan bagi guru untuk melakukan terobosan-terobosan baru dalam mengajar. Guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam memberikan pengajaran yang menyenangkan kepada peserta didik.

Guru yang kreatif adalah mereka yang memiliki wawasan yang luas di bidangnya dan mampu memanfaatkan media-media teknologi sebagai sarana penunjang dalam pembelajaran jarak jauh. Kreativitas guru dapat dilakukan dengan cara membuat atau mendesain pengajaran yang bervariasi, menarik dan diminati oleh peserta didik.[1]

Misalnya dengan cara membuat video-video kreatif yang tujuannya, yakni agar peserta didik dapat dengan mudah memahami materi yang sedang dipelajari dan mereka tidak pernah merasa bosan dengan pembelajaran yang sedang berlangsung.

Selain kreatif, guru juga  harus inovatif. Dalam arti, guru perlu memakai metode-medote yang baru dalam pengajaran. Metode yang lama yang dimana guru selalu berbicara dari awal hingga akhir pembelajaran (teacher center), harus segera ditinggalkan. Sebab, pembelajaran seperti itu sangat monoton dan membosankan. Guru harus memberikan ruang seluas-luasnya kepada peserta didik untuk mengeksplorasi diri.

Dalam konteks itu, guru hanya berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi proses berlangsungnya pembelajaran virtual. Fasilitator hendaknya menempatkan pembelajar atau peserta didik sebagai pusat pembelajaran.[2]

Maksudnya, peserta didik sendirilah yang bersikap aktif partisipatif dalam proses pembelajaran. Peserta didik dapat berkomunikasi secara aktif dengan sesamanya dengan merefleksikan apa yang mereka pelajari dalam setiap aktivitas belajar

Peserta didik juga harus aktif dalam mencari sumber-sumber lain di internet terkait materi yang sedang dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil melalui break room di zoom dan kemudian mempertanggungjawabkan hasil diskusinya. Dan manakala mereka menemukan kesulitan, guru kemudian mengarahkan mereka sehingga kesulitan tersebut dapat diatasi secara cepat.

Pengalaman Mengajar di Masa Pandemi

Sejak pandemi Covid-19 merebak di Indonesia di awal Maret 2020, sekolah tempat dimana penulis mengajar, kemudian mengambil langkah cepat dan tepat untuk melaksanakan pembelajaran virtual. Sekolah kemudian membangun kerja sama dengan penyedia layanan aplikasi zoom meeting dan google classroom untuk keberlangsungan pembelajaran virtual tersebut.

Hal ini sesuai dengan surat edaran bernomor 363962/MPK.A/HK/2020 yang diterbitkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, tentang pembelajaran secara daring dan bekerja dari rumah dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19. [3]

Awalnnya, kami para pendidik dan peserta didik merasa asing dengan dua aplikasi ini karena belum pernah dipakai dalam proses pembelajaran sebelumnya. Namun demikian, melalui pelatihan-pelatihan yang dilakukan secara terus menerus bersama tim IT sekolah, akhirnya aplikasi tersebut dapat digunakan secara efektif.

Ada beberapa kelebihan yang penulis temukan dari aplikasi zoom meeting dan google classroom. Kelebihan aplikasi zoom misalnya, pendidik dapat berkomunikasi via suara dengan peserta didik. Komunikasi juga dapat dilakukan melalui fitur chat yang tersedia di zoom.

Disamping itu, pendidik juga dapat melakukan share screen materi pembelajaran. Dan yang tak kalah pentingnya adalah bahwa proses pembelajaran dapat direkam sehingga pembelajaran tersebut dapat dilihat kembali kapan saja untuk kemudian mengevaluasi apa saja kelemahan dalam proses pembelajaran.

Sementara kelebihan aplikasi google classroom, yakni pendidik dapat meng-upload materi yang sudah dipelajari bersama di zoom dan memberikan tugas-tugas kepada peserta didik. Peserta didik juga dapat meng-upload tugas-tugas yang telah dikerjakan. Selain itu, pendidik juga dapat mengoreksi secara langsung dan memberikan penilaian atas tugas-tugas peserta didik.

Kelebihan-kelebihan kedua aplikasi tersebut tentu saja tidak dapat memecahkan kendala-kendala dalam proses pembelajaran virtual. Setidaknya ada beberapa kendala yang penulis temukan dalam proses pembelajaran virtual selama ini, antara lain:

Pertama, banyak peserta didik yang tidak disiplin dalam memulai kegiatan pembelajaran. Kadang-kadang beberapa peserta didik mengikuti pembelajaran hanya 30 menit terakhir. Padahal, pembelajaran virtual hanya berlangsung selama satu jam per mata pelajaran.

Kedua, peserta didik sering kali menutup kamera saat pembelajaran berlangsung. Hal ini mengganggu proses pembelajaran karena pendidik harus menegur peserta didik yang bersikap demikian. Dan setelah ditanya mengapa menutup kamera? Jawabannya sangat beragam. Ada yang mengatakan ketiduran, membantu oragtua untuk memasak, menjemur pakaian, menerima paket dan alasan-alasan lainnya.

Ketiga, orangtua mengalami kesulitan dalam mengawasi peserta didik. Sebab, para orangtua juga harus bekerja dari rumah. Tuntutan-tuntutan pekerjaan dari tempat kerja dan pekerjaan-pekerjaan di rumah menghalangi orangtua dalam mengontrol proses pembelajaran dari rumah. Belum lagi orangtua yang terlalu memberikan kebebasan kepada anak-anaknya.

Maksudnya, orangtua memberikan kebebasan penuh kepada anak-anak untuk belajar secara mandiri. Padahal kebebasan tanpa pengawasan justru membuat peserta didik malas-malasan dalam mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.

Keempat, peserta didik merasa jenuh dan cepat lelah berada di depan layar laptop/HP, terutama ketika pembelajaran via zoom. Penulis mengetahui hal ini setelah berkomunikasi dengan peserta didik terkait kesan mereka selama pembelajaran virtual.

Solusi Strategis

Berhadapan dengan kendala-kendala tersebut di atas, penulis kemudian membuat strategi sekaligus solusi, yakni dengan memberikan motivasi dan inspirasi agar mereka tetap semangat dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dilakukan di sela-sela waktu pembelajaran berlangsung.

Selain motivasi, penulis juga membuat pembelajaran yang bervariasi setiap pertemuan. Caranya sederhana, yakni dengan menayangkan gambar-gambar menarik dan film-film inspiratif dari youtube yang terkait dengan materi yang sedang dipelajari. Dengan motode kreatif seperti ini, peserta didik sangat antusias  dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Penulis juga selalu mengingatkan orangtua agar bekerja sama dalam mengawasi dan mengontrol peserta didik. Sebab, menurut hemat penulis, tanpa adanya kerja sama yang baik antara pihak sekolah dengan orangtua, pembelajaran virtual tidak akan berjalan maksimal.

Orangtua tidak hanya berperan dalam membiayai keuangan sekolah siswa, namun harus bisa memastikan bahwa anak-anaknya mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Dan yang paling penting adalah menyadarkan anak-anak bahwa pendidikan itu sangat penting bagi masa depan mereka.

Penutup

Menjadi pendidik yang kreatif di masa pandemi ini bukanlah sebuah pilihan, melainkan sebagai suatu kewajiban. Pendidik harus bangkit dari cara-cara lama  dalam mengajar yang sangat kaku dan membosankan. Pendidik  harus renponsif terhadap perubahan zaman yang begitu cepat dengan segala tantangannya. Salah satu cara, yakni dengan melek dan cakap teknologi.

Cakap teknologi maksudnya adalah bahwa pendidik harus mampu memanfaatkan sarana-sarana teknologi yang ada dalam rangka melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Sebab, di masa-masa mendatang, pembelajaran dapat dilakukan kapan dan di mana pun. Artinya, peserta didik tidak harus membuang waktu untuk mengikuti pembelajaran di sekolah-sekolah. SEKIAN

 

Referensi

Buku:

[1] Daryanto  dan  Raharjo  Muljo.  2012.  Model  Pembelajaran  Inovatif.  Yogyakarta: Gava  Media.

[2] Munir. (2009). Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan komunikasi. Bandung: Alfabeta.

Internet:

[3] Chrisna, Mahatma.2020. "Kebijakan Pendidikan Formal Anak pada Masa Pandemi Covid-19", https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/kebijakan-pendidikan-formal-anak-pada-masa-pandemi-covid-19, diakses pada 29 Agustus 2021 pkl 13.00

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun