Selain itu, banyak guru honorer yang tidak mendapat gaji yang layak. Bahkan selama pandemi COVID-19 ini, guru-guru honor tidak mendapat gaji sama sekali. Kebetulan, saudara saya sebagai guru honor di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).Â
Dia bercerita bahwa sejak pandemi COVID-19 merebak di Indonesia pada awal Maret lalu hingga bulan Juni, dia tidak mendapat gaji sedikit pun dari sekolah, tempat dia mengajar. Akibatnya, dia dan keluarganya sangat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Persoalan lain yang terjadi di daerah saya, yakni banyak anak-anak yang putus sekolah. Bukan karena anak-anak tersebut tidak mau sekolah, tetapi karena kondisi ekonomi keluarganya tidak mendukung. Dan negara pun seakan tak peduli pada mereka.
Namun demikian, harus disadari pula bahwa kualitas pendidikan bukan hanya ditentukan oleh sebarapa banyak sumbangan negara terhadap sekolah-sekolah. Akan tetapi, kualitas pendidikan juga dipengaruhi oleh semangat siswa dalam mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Di masa pandemi COVID-19 ini, kegiatan pembelajaran dilakukan secara online, yakni memakai sistem daring dan luring. Pembelajaran daring (dalam jaringan) artinya proses pembelajaran atau tatap muka antara pengajar dengan peserta didik yang dilakukan secara virtual.Â
Pembelajaran sistem daring ini dibantu dengan beberapa aplikasi, seperti Google Classroom, Google Meet, Edmudo dan Zoom. Sedang, pembelajaran luring (luar jaringan) artinya pembelajaran dengan memakai media, seperti televisi dan radio.
Pembelajaran sistem daring dan luring selama ini tidak berjalan efektif. Selain karena masalah fasilitas yang mendukung, banyak juga siswa yang kurang atau tidak bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Banyak alasan yang dibuat untuk tidak mengikuti KBM online. Mereka mengatasnamakan masalah-masalah fasilitas untuk menghindari PJJ.
Misalnya, masalah kuota habis, jaringan buruk, HP/Laptop mati secara otomatis, dan lain sebagainya. Padahal sebenarnya, mereka malas mengikuti pembelajaran. Apalagi, para guru tidak dapat memantau secara langsung aktivitas siswa di rumah.Â
Guru Harus Optimis Mendidik Anak-anak Bangsa
Meskipun ada banyak kendala yang dialami selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di masa pandemi ini, guru mestinya tetap optimis. Guru harus optimis dalam mengajar dan mendidik anak-anak bangsa. Sebab, tanpa ada kerja keras para guru, pembelajaran jarak jauh tidak mungkin terlaksana.