Mohon tunggu...
suherman agustinus
suherman agustinus Mohon Tunggu... Guru - Dum Spiro Spero

Menulis sama dengan merawat nalar. Dengan menulis nalar anda akan tetap bekerja maksimal.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Jangan Asal Nge-post di Facebook

11 Mei 2020   14:29 Diperbarui: 11 Mei 2020   14:44 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dampak perkembangan ilmu pengetahuan  dan teknologi  sekarang ini sangat besar. Sebagian besar masyarakat di seluruh pelosok tanah air sudah dan sedang menikmati hasil dari perkembangan teknologi tersebut. 

Kita dapat menyaksikan dalam kehidupan sehari-hari, semua orang menggunakan Handphone (HP). Melalui Handphone masyarakat dapat mengakses akun-akun media sosial seperti: Instagram, Facebook, Twitter, Goole Plus, Whatsapp, dll.

Kali ini penulis mengulas secara khusus tentang Facebook (FB). Barangkali pembaca juga memiliki akun FB. penulis sendiri memakai FB sejak tahun 2012 hingga saat ini. Sekedar flashback, pengalaman pertama kali saya memakai FB bahagianya luar biasa. Seakan saat itu saya menemukan kebahagiaan hakiki. Tak ada kebahagiaan lain yang lebih besar selain ketika bermain FB. Apalagi ketika postingan saya disukai dan dikomentari oleh banyak orang, bahagianya "mati punya".

Namun, seiring berjalan sang waktu dan karena faktor keseringan memakai FB, kebahagiaan tersebut perlahan-lahan berkurang. Sebab, kebiasaan bermain FB  bisa menggurangi waktu untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang lebih produktif. 

Misalnya, membaca buku, menulis, mengerjakan tugas-tugas kuliah, berdiskusi dengan teman-teman kampus, dll. Lagi pula, banyak pengguna FB yang memposting gambar-gambar atau video-video yang tidak ada nilai edukasinya untuk publik.

Pembaca dapat menyaksikan sendiri. Banyak postingan yang kurang berfaedah. Misalnya ditemukan foto-foto ketika sedang membersihkan selokan dan nggak memakai kostum, foto saat antri di depan toilet dan video-video goyang tik tok di kos-kosan. Atau contoh lain yang sering ditemukan, membaca status-status yang berisi tentang masalah dalam rumah tangga. 

Misalnya, masalah perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan, dll. Padahal setelah mereka posting gambar-gambar dan menulis status, nyaris tak ada tanggapan yang memuaskan dari pembaca. Hanya mendapatkan like dan comment seadanya. Kasian deh lo.

Menjual Kebebasan Berekspresi

Para penggunaa media sosial yang secara bebas memposting gambar-gambar, video-video atau membuat status yang kurang bermanfaat bagi orang lain atau bagi dirinya sendiri---menurut saya--- mereka salah memahami konsep kebebasan berekspresi. Bahkan bisa dikatakan, mereka sedang menjual kebebasan berpendapat atau berekspresi. 

Seperti yang pernah saya sampaikan dalam ulasan sebelumnya bahwa kebebasan berpendapat atau berekspresi mesti terarah pada hal-hal yang baik dan benar atau setidaknya memberikan keuntungan, baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun