Dampak perkembangan ilmu pengetahuan  dan teknologi  sekarang ini sangat besar. Sebagian besar masyarakat di seluruh pelosok tanah air sudah dan sedang menikmati hasil dari perkembangan teknologi tersebut.Â
Kita dapat menyaksikan dalam kehidupan sehari-hari, semua orang menggunakan Handphone (HP). Melalui Handphone masyarakat dapat mengakses akun-akun media sosial seperti: Instagram, Facebook, Twitter, Goole Plus, Whatsapp, dll.
Kali ini penulis mengulas secara khusus tentang Facebook (FB). Barangkali pembaca juga memiliki akun FB. penulis sendiri memakai FB sejak tahun 2012 hingga saat ini. Sekedar flashback, pengalaman pertama kali saya memakai FB bahagianya luar biasa. Seakan saat itu saya menemukan kebahagiaan hakiki. Tak ada kebahagiaan lain yang lebih besar selain ketika bermain FB. Apalagi ketika postingan saya disukai dan dikomentari oleh banyak orang, bahagianya "mati punya".
Namun, seiring berjalan sang waktu dan karena faktor keseringan memakai FB, kebahagiaan tersebut perlahan-lahan berkurang. Sebab, kebiasaan bermain FB Â bisa menggurangi waktu untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang lebih produktif.Â
Misalnya, membaca buku, menulis, mengerjakan tugas-tugas kuliah, berdiskusi dengan teman-teman kampus, dll. Lagi pula, banyak pengguna FB yang memposting gambar-gambar atau video-video yang tidak ada nilai edukasinya untuk publik.
Pembaca dapat menyaksikan sendiri. Banyak postingan yang kurang berfaedah. Misalnya ditemukan foto-foto ketika sedang membersihkan selokan dan nggak memakai kostum, foto saat antri di depan toilet dan video-video goyang tik tok di kos-kosan. Atau contoh lain yang sering ditemukan, membaca status-status yang berisi tentang masalah dalam rumah tangga.Â
Misalnya, masalah perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan, dll. Padahal setelah mereka posting gambar-gambar dan menulis status, nyaris tak ada tanggapan yang memuaskan dari pembaca. Hanya mendapatkan like dan comment seadanya. Kasian deh lo.
Menjual Kebebasan Berekspresi
Para penggunaa media sosial yang secara bebas memposting gambar-gambar, video-video atau membuat status yang kurang bermanfaat bagi orang lain atau bagi dirinya sendiri---menurut saya--- mereka salah memahami konsep kebebasan berekspresi. Bahkan bisa dikatakan, mereka sedang menjual kebebasan berpendapat atau berekspresi.Â
Seperti yang pernah saya sampaikan dalam ulasan sebelumnya bahwa kebebasan berpendapat atau berekspresi mesti terarah pada hal-hal yang baik dan benar atau setidaknya memberikan keuntungan, baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain.
Sebab, cara kita memposting sesuatu melalui FB menunjukkan "siapa kita". Postingan yang buruk menimbulkan penilaian yang buruk. Sebaliknya, postingan yang baik akan mendapatkan feedback yang positif dari sahabat FB.Â
Oleh karena itu, sebelum memposting sesuatu melalui FB, sebaiknya dipertimbangan terlebih dahulu. Apakah postingan tersebut memiliki dampak sosialnya atau tidak? Apakah postingan tersebut memiliki nilai estetis? Apakah postingan itu menguntungan diri kita sendiri dan orang lain? Jangan asal nge-post!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H