Mohon tunggu...
Suherman
Suherman Mohon Tunggu... Lainnya - Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Rakyat Biasa yang Hobi Membaca dan Menngamati Setelah itu Melawan Arus.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Marhaban ya Ramadhan: 26 Hari Lagi Menuju Bulan Penuh Berkah

3 Februari 2025   17:41 Diperbarui: 3 Februari 2025   17:41 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadhan dan Kebiasaan Digital

Selain urusan perut, kebiasaan digital juga berubah selama Ramadhan. Banyak orang lebih sering mencari konten keagamaan, ikut kajian online, atau sekadar mencari inspirasi ibadah. Media sosial pun ramai dengan unggahan bertema Ramadhan, mulai dari tips ibadah hingga resep makanan berbuka.

Tapi ada sisi lainnya. Bukannya memperbanyak ibadah, sebagian orang justru makin sibuk scrolling media sosial atau menonton hiburan sampai larut malam. Padahal, niat awalnya mungkin cuma "sekadar mengisi waktu" setelah tarawih. Akhirnya, waktu tidur berantakan, sahur kesiangan, sholat berjamaah di masjid ditinggalkan, dan energi untuk ibadah jadi berkurang. Sayang banget nggak sih?

Ada satu fenomena lain yang menarik, yaitu ngabuburit. Pasti sudah akrab dong dengan istilah ini? Banyak orang menghabiskan waktu menjelang magrib dengan keluar rumah, memenuhi jalanan, yang akhirnya menyebabkan kemacetan di mana-mana. Padahal, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengajarkan bahwa waktu-waktu menjelang berbuka sebaiknya digunakan untuk banyak berdoa.

Beliau bersabda: "Tiga doa yang tidak tertolak: doa orang yang berpuasa hingga ia berbuka, doa pemimpin yang adil, dan doa orang yang terzalimi." (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah). Jadi, lebih baik dan bijak kalau kita gunakan waktu menjelang berbuka untuk hal yang lebih positif sesuai anjuran Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

Kesimpulan: Ramadhan dan Kesadaran Diri

Ramadhan bukan sekadar soal menahan lapar dan dahaga, tapi juga tentang kesadaran diri. Sejauh mana kita bisa mengontrol nafsu, bukan cuma dalam hal makan, tapi juga dalam kebiasaan sehari-hari? Bisa nggak kita lebih bijak dalam belanja? Bisa nggak kita manfaatkan waktu lebih baik untuk ibadah, bukan sekadar hiburan?

Sekarang pertanyaannya, Ramadhan kali ini bakal kita jalani dengan lebih bermakna atau sekadar jadi bulan penuh euforia konsumsi? Pilihannya ada di tangan kita masing-masing.

Sebagai penutup, mari kita renungkan sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam: "Sengsaralah seorang hamba yang mendapati Ramadan dan meninggalkan bulan itu, namun ia tidak diampuni." (HR. Ahmad).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun