Mohon tunggu...
Suherman
Suherman Mohon Tunggu... Lainnya - Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Rakyat Biasa yang Hobi Membaca dan Mengamati

Selanjutnya

Tutup

Healthy

"GERD" Antara Fisik dan Mental Yang Bermasalah

1 Januari 2025   10:38 Diperbarui: 1 Januari 2025   13:30 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerd Diagnosis (Source: Canva)

Perjalanan Pribadi Melawan GERD dan Hikmah di Baliknya

GERD (gastroesophageal reflux disease) adalah salah satu pengalaman yang begitu menguras fisik dan mental saya. Perjalanan ini mengajarkan banyak hal, mulai dari menjaga pola pikir hingga meraih kembali kendali atas diri sendiri. Kisah ini adalah pengalaman pribadi saya, yang mungkin juga dialami banyak orang di luar sana.

Awal Mula GERD Menyerang

Semua dimulai dari rasa tidak nyaman di perut. Awalnya hanya seperti ada sesuatu yang mengganjal, tapi kemudian rasa itu menjalar naik ke dada dan tenggorokan. Biasanya disertai sesak napas, jantung berdebar, dan rasa cemas yang luar biasa. Kalau saya deskripsikan, rasanya seperti "mau mati."

Yang paling menakutkan adalah saat GERD menyerang tengah malam. Bayangkan, jam dua pagi saya sering terbangun dengan napas ngos-ngosan, jantung berdebar-debar, dan pikiran langsung tertuju pada satu hal: "Apa saya kena sakit jantung?" Pikiran ini semakin membuat stres, dan saat itu, sulit sekali untuk membedakan antara rasa takut yang nyata dan hanya efek dari GERD.

Berjuang Melalui Pemeriksaan di Rumah Sakit

Rasa cemas membawa saya bolak-balik ke rumah sakit untuk mencari kepastian. Namun, hasilnya selalu sama: nihil. Semua pemeriksaan menyatakan saya sehat. Tapi hati kecil saya terus gelisah: "Kalau sehat, kenapa gejala-gejala ini terus datang? Apa mungkin saya depresi?"

Saya tidak menyerah. Kali ini, saya menjalani pemeriksaan lebih lengkap, termasuk cek darah. Dari sini, akhirnya ada titik terang. Dokter mendiagnosis saya kekurangan kelenjar tiroid. Diagnosis ini membuat lega sekaligus bingung. Kekurangan tiroid ternyata bisa menyebabkan gejala seperti jantung berdebar dan rasa cemas yang sering saya alami.

Namun, ada hal yang cukup berat. Dokter mengatakan bahwa saya perlu menjalani pengobatan selama dua tahun. Dua tahun terasa seperti waktu yang panjang. Tapi karena ingin sembuh, saya mengikuti anjuran dokter dan mulai rutin mengonsumsi obat yang diresepkan.

Menyadari Obat Penenang

Setelah enam bulan berobat, saya merasa ada sesuatu yang janggal. Saya penasaran dengan salah satu obat yang diberikan dokter untuk meredakan jantung berdebar. Suatu hari, saya bertanya pada teman saya, Ela, yang bekerja di rumah sakit. "La, ini obat apa?" tanyaku. Dengan santai, Ela menjawab, "Itu obat penenang, Bro."

Jawaban itu membuat saya terkejut. Jadi selama ini, saya hanya diberi obat penenang untuk mengatasi gejala, bukan untuk menyembuhkan akar masalahnya? Rasa kecewa sempat muncul, tetapi saya coba untuk tidak terlalu larut. Setelah menjalani pengobatan selama enam bulan, saya memutuskan untuk berhenti berobat ke rumah sakit dan mencari cara lain untuk menyembuhkan diri.

Beralih ke Pengobatan Alternatif

Langkah berikutnya adalah mencoba berbagai metode pengobatan alternatif. Saya mencoba bekam, minum herbal, hingga berkonsultasi dengan terapis-terapis yang katanya berpengalaman. Namun, hasilnya nihil.

Bahkan, pengobatan alternatif ini sering kali membuat saya semakin stres. Mengapa? Karena beberapa terapis memberikan vonis yang menakutkan, seperti "jantung bocor," atau "ginjal bermasalah." Kata-kata ini membuat pikiran saya semakin kalut, dan gejala GERD semakin sering muncul.

Selain itu, saya ingin memberikan peringatan penting kepada siapa pun yang sedang mempertimbangkan pengobatan alternatif. Tidak semua orang yang mengaku sebagai terapis benar-benar memiliki keahlian murni sebagai terapis. Beberapa di antaranya hanyalah dukun yang mengatasnamakan terapi. Ini bukan hanya berisiko pada kesehatan fisik, tetapi juga berbahaya bagi akidah kita sebagai seorang muslim.

Sebagai saran, jika Anda ingin mencoba pengobatan alternatif, saya merekomendasikan bekam saja. Bekam adalah terapi yang sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad

 dan dapat dilakukan di tempat yang terpercaya. Jangan sampai karena putus asa, kita malah terjerumus pada hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama.

Perenungan dan Titik Balik

Di tengah semua kekacauan ini, saya akhirnya mengambil waktu untuk merenung. Apa sebenarnya yang salah dalam hidup saya? Apa yang menjadi pemicu utama dari semua ini? Dalam momen-momen perenungan itu, saya merasa ada sesuatu yang ingin sampaikan.

Saya mulai menyadari bahwa masalah ini bukan hanya soal fisik, tetapi juga tentang bagaimana saya memandang hidup. Ini bukan hanya soal GERD, tetapi tentang hati dan pikiran yang selama ini tidak saya jaga dengan baik.

Perubahan Pola Pikir dan Gaya Hidup

Dengan tekad baru, saya mulai melakukan perubahan. Ini bukan langkah yang mudah, tapi saya tahu bahwa perubahan adalah kunci menuju kesembuhan. Beberapa langkah yang saya ambil adalah:

  1. Berpikir Positif
    Saya belajar untuk mengganti setiap pikiran negatif dengan pikiran positif. Ketika rasa cemas muncul, saya melatih diri untuk berkata, "Ini hanya sementara, semuanya akan baik-baik saja."

  2. Mengelola Stres dengan Doa
    Sebagai seorang muslim, doa menjadi kekuatan utama saya. Saya percaya bahwa dengan mendekatkan diri kepada , hati menjadi lebih tenang, dan ketenangan itu akan membantu proses penyembuhan.

  3. Memperbaiki Pola Makan
    Saya mulai menghindari makanan-makanan yang memicu GERD, seperti makanan pedas, berminyak, dan kafein. Pola makan saya juga lebih teratur, tidak makan terlalu malam, dan lebih memperhatikan porsi serta cara makan.

  4. Olahraga Ringan Secara Konsisten
    Saya rutin melakukan olahraga ringan seperti jalan santai. Aktivitas ini membantu mengurangi ketegangan dan memberikan energi positif.

Pesan untuk yang Sedang Berjuang

Untuk teman-teman yang sedang menghadapi GERD atau penyakit lainnya, percayalah bahwa ini adalah bagian dari perjalanan hidup yang penuh hikmah. Jangan hanya fokus pada fisik, tetapi juga perhatikan mental dan spiritual kita.

Ingat, setiap ujian yang Allah berikan pasti disertai dengan hikmah. Tetaplah bersyukur, berdoa, dan jangan pernah berhenti berusaha. Karena di balik setiap kesulitan, selalu ada kemudahan yang menunggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun