Mohon tunggu...
Suhendrik N.A
Suhendrik N.A Mohon Tunggu... Freelancer - Citizen Journalism | Content Writer | Secretary | Pekerja Sosial

Menulis seputar Refleksi | Opini | Puisi | Lifestyle | Filsafat dst...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Puncak Kesedihan: Bahagia yang Tanpa Tujuan untuk Dibagikan

23 Januari 2025   12:12 Diperbarui: 23 Januari 2025   12:12 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kesedihan (Pexels/Inzmam Khan)

Filsuf Martin Heidegger memperkenalkan gagasan being-in-the-world, yang menekankan bahwa keberadaan manusia selalu terhubung dengan dunia di sekitarnya. Namun, ketika hubungan itu terasa kosong, kita berada dalam kondisi thrownness-seolah dilemparkan ke dunia tanpa pegangan.

Namun, dari kekosongan itu, ada peluang untuk menciptakan makna baru. Kebahagiaan yang sunyi mungkin menjadi cerminan bahwa kita belum menemukan tempat untuk berbagi cerita, bukan karena kebahagiaan itu kurang, melainkan karena waktu berbagi belum tiba.

Kebahagiaan sebagai Perjalanan, Bukan Tujuan

Puncak kesedihan adalah ketika kebahagiaan tidak memiliki ruang untuk dibagikan. Namun, kebahagiaan juga adalah perjalanan, bukan tujuan akhir. Ia mengajarkan kita untuk menghargai momen apa adanya, tanpa tergesa-gesa menjadikannya cerita untuk orang lain.

Mungkin, suatu hari, kita akan bertemu seseorang yang tepat untuk mendengarkan cerita kita. Tetapi sampai saat itu tiba, kebahagiaan tetap layak dirayakan, meski hanya oleh diri kita sendiri. Sebab, pada akhirnya, kebahagiaan yang tidak tergantung pada respons orang lain adalah bentuk kebahagiaan yang paling mandiri dan murni.

Dan ketika hari itu datang, di mana kebahagiaan menjadi cerita yang hidup di antara kita dan orang lain, kita akan sadar bahwa sunyi pun telah mengajarkan banyak hal. Bahwa kebahagiaan, sebagaimana hidup, adalah perjalanan menemukan makna-bersama, atau sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun