Ada ironi yang tak terelakkan dalam hidup: kebahagiaan, yang sering dianggap puncak dari semua pencarian, bisa berubah menjadi beban ketika tak ada seorang pun untuk mendengarkannya. Seperti pesta meriah tanpa tamu undangan, kebahagiaan yang tak dibagikan terasa sunyi, bahkan hampa. Pandji Pragiwaksono pernah berkata dalam Kenduri Cinta, "Kebahagiaan adalah yang dinikmati bersama." Namun, bagaimana jika kita tak punya siapa-siapa untuk diajak bersama?
Ini adalah kesedihan yang tak lagi tentang air mata, tetapi tentang kekosongan yang diam-diam menyeruak, seperti bayangan yang mengintai di balik terang. Filosofi di balik kebahagiaan semacam ini mengundang kita untuk merenung: apakah kebahagiaan benar-benar utuh jika ia tidak menjadi cerita yang hidup di antara manusia lain?
Bahagia dalam Kesunyian: Sebuah Dilema Manusia Modern
Manusia adalah makhluk sosial, demikian kata Aristoteles. Kebahagiaan, menurutnya, hanya dapat tercapai secara sempurna dalam komunitas, di mana hubungan dengan sesama menjadi cermin dari kehidupan yang bermakna. Ketika kebahagiaan tidak dibagikan, ia kehilangan dimensi sosialnya dan menjadi pengalaman yang melulu individual-hangat, tetapi tidak mengakar.
Namun, kebahagiaan yang tak dibagikan bukan hanya isu sosial. Di era yang serba cepat dan hiper-terhubung, kita terjebak dalam budaya di mana segala sesuatu, termasuk kebahagiaan, harus dipamerkan. Media sosial menjadikan kebahagiaan sebagai komoditas; tanpa likes, kebahagiaan sering kali terasa kurang sah. Ini bukan tentang berbagi, melainkan tentang validasi.
Lalu, apa yang tersisa ketika kebahagiaan tidak mendapat respons? Hanya diri kita sendiri, berhadapan dengan absurditas yang diungkapkan oleh Albert Camus: sebuah kebahagiaan yang, tanpa tujuan bersama, terasa seperti angin yang lewat tanpa bekas.
Kebahagiaan yang Terasing: Melihat ke Dalam Diri Sendiri
Camus, dalam pemikirannya tentang absurditas, memberi pelajaran berharga. Hidup, katanya, tidak menawarkan makna inheren, sehingga tugas manusia adalah menciptakan makna itu sendiri. Kebahagiaan yang tidak bisa dibagikan adalah absurditas yang mengajarkan kita untuk melihat ke dalam.
Ketika kita merasa kehilangan orang untuk berbagi, mungkin itulah undangan untuk memperdalam hubungan dengan diri sendiri. Bukankah dalam sunyi, kita bisa mendengar suara hati yang sering terabaikan? Pandji benar bahwa kebahagiaan adalah yang dinikmati bersama, tetapi mungkin, dalam beberapa momen, kebahagiaan adalah tentang berdamai dengan kesendirian.
Antara Kehampaan dan Makna Baru
Filsuf Martin Heidegger memperkenalkan gagasan being-in-the-world, yang menekankan bahwa keberadaan manusia selalu terhubung dengan dunia di sekitarnya. Namun, ketika hubungan itu terasa kosong, kita berada dalam kondisi thrownness-seolah dilemparkan ke dunia tanpa pegangan.
Namun, dari kekosongan itu, ada peluang untuk menciptakan makna baru. Kebahagiaan yang sunyi mungkin menjadi cerminan bahwa kita belum menemukan tempat untuk berbagi cerita, bukan karena kebahagiaan itu kurang, melainkan karena waktu berbagi belum tiba.
Kebahagiaan sebagai Perjalanan, Bukan Tujuan
Puncak kesedihan adalah ketika kebahagiaan tidak memiliki ruang untuk dibagikan. Namun, kebahagiaan juga adalah perjalanan, bukan tujuan akhir. Ia mengajarkan kita untuk menghargai momen apa adanya, tanpa tergesa-gesa menjadikannya cerita untuk orang lain.
Mungkin, suatu hari, kita akan bertemu seseorang yang tepat untuk mendengarkan cerita kita. Tetapi sampai saat itu tiba, kebahagiaan tetap layak dirayakan, meski hanya oleh diri kita sendiri. Sebab, pada akhirnya, kebahagiaan yang tidak tergantung pada respons orang lain adalah bentuk kebahagiaan yang paling mandiri dan murni.
Dan ketika hari itu datang, di mana kebahagiaan menjadi cerita yang hidup di antara kita dan orang lain, kita akan sadar bahwa sunyi pun telah mengajarkan banyak hal. Bahwa kebahagiaan, sebagaimana hidup, adalah perjalanan menemukan makna-bersama, atau sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H