Kegelisahan ini adalah api yang menyulut orgasme pemikiran. Ia mendorong mereka untuk melampaui batas-batas pemahaman, untuk terus mencari kebenaran, meskipun tahu bahwa kebenaran sejati mungkin tidak pernah benar-benar ditemukan.
Ketika Pemikiran Menjadi Seni
Bagi para filsuf muda, berpikir adalah seni. Setiap argumen adalah sapuan kuas, setiap gagasan adalah warna, dan diskusi adalah kanvas tempat semuanya bersatu. Orgasme pemikiran adalah puncak dari seni ini---sebuah momen di mana segalanya terasa selaras, indah, dan bermakna.
Meskipun momen ini sering kali singkat, ia meninggalkan jejak yang mendalam. Ia mengingatkan mereka mengapa mereka memilih jalur ini, mengapa mereka terus berpikir, bertanya, dan mencari.
Melampaui Romantisme
Namun, seperti halnya segala sesuatu, orgasme pemikiran tidak selalu cukup. Ada saat-saat di mana diskusi berubah menjadi sekadar ajang pamer intelektual, atau di mana romantisme ini mulai terasa hampa.
Di sinilah pentingnya refleksi. Anak-anak filsafat perlu mengingat bahwa tujuan berpikir bukanlah untuk mencapai orgasme pemikiran semata, tetapi untuk memahami dunia, diri sendiri, dan orang lain dengan lebih baik.
Romantisme orgasme pemikiran adalah keindahan yang unik, sebuah pengalaman yang mungkin hanya dipahami oleh mereka yang terbiasa berenang di samudra ide. Tetapi di balik itu semua, ia juga mengingatkan kita bahwa berpikir adalah perjalanan, bukan tujuan. Dan dalam perjalanan itulah, keindahan sejati ditemukan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI