"Aku akan tetap mencintaimu," bisik Awan dalam hati setiap kali melihat Rina di kelas. Ia sadar bahwa cintanya tidak akan pernah terbalas, namun baginya, itu bukan masalah. Bagi seorang penyair seperti Awan, mencintai tanpa balasan bukanlah hal yang menyakitkan. Justru di situlah letak keindahannya---mencintai dengan bebas, tanpa harapan untuk memiliki.
Awan mulai merenungkan apa yang mereka pelajari di kelas filsafat. Sartre mengatakan bahwa manusia terkutuk untuk bebas, dan Awan merasa itu benar dalam hal cintanya. Ia bebas untuk mencintai Rina, meski ia tahu bahwa cinta itu tidak akan pernah membawa mereka ke tempat yang ia harapkan. Namun, kebebasan itulah yang membuatnya merasa hidup, meskipun terkadang penuh luka.
Hari-hari Awan berlalu dengan menulis puisi di sela-sela tugas kuliah yang menumpuk. Dalam setiap bait, ia mencurahkan seluruh perasaannya untuk Rina, perasaan yang tak pernah ia ungkapkan secara langsung. Ada kepedihan dalam puisinya, tapi juga ada keindahan. Ia menyadari bahwa cinta tidak selalu harus diakhiri dengan memiliki seseorang. Terkadang, mencintai berarti menghargai prosesnya, menghargai setiap pertemuan kecil, setiap senyuman yang mungkin tidak bermakna bagi orang lain, tapi sangat berarti bagi dirinya.
Semester itu akhirnya berakhir. Hari terakhir kelas Filsafat Barat berlangsung dengan tenang, seperti biasanya. Rina berjalan keluar dari kelas tanpa menyadari bahwa itu adalah kali terakhir mereka akan berada di ruangan yang sama. Awan duduk di bangkunya, memperhatikan Rina dari kejauhan. Tidak ada rasa kehilangan, hanya sebuah kesadaran bahwa perjalanannya dengan Rina telah mencapai akhir. Namun, meski perjalanan itu berakhir, cinta Awan tetap ada. Ia akan selalu mencintai Rina, meski tidak pernah memiliki kesempatan untuk menyatakannya.
Dalam keheningan ruangan yang kosong, Awan tersenyum. Bagi seorang penyair, cinta bukan tentang hasil akhirnya. Cinta adalah perjalanan yang ia jalani dengan sepenuh hati, tanpa perlu tahu ke mana akhirnya akan membawanya. Dan meski cinta itu tidak berbalas, Awan merasa puas. Ia telah mencintai, tanpa syarat, tanpa harapan, tanpa keinginan untuk mengubah apa pun.
Awan pulang malam itu, membawa kenangan tentang Rina dalam hatinya dan puisi-puisi yang ia tulis untuk dirinya sendiri. Cinta yang ia rasakan mungkin tidak pernah akan ia bagi dengan siapa pun, tapi baginya, itu cukup. Sebab mencintai, meski dalam ketidakpastian, adalah bagian dari hidup yang ia hargai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H