Mohon tunggu...
Suhendrik N.A
Suhendrik N.A Mohon Tunggu... Freelancer - Citizen Journalism | Content Writer | Secretary | Pekerja Sosial

Menulis seputar Refleksi | Opini | Puisi | Lifestyle | Filsafat dst...

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Mengapa Seseorang Mempertahankan Hubungan Toxic?

22 September 2024   20:02 Diperbarui: 22 September 2024   20:09 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

4. Perasaan Bersalah dan Tanggung Jawab

Perasaan bersalah sering kali menjadi alasan seseorang bertahan dalam hubungan toxic. Ini terutama terjadi ketika pasangan toxic membuat korban merasa bahwa segala masalah dalam hubungan adalah kesalahan mereka. Dalam situasi ini, korban mulai merasa bertanggung jawab atas kebahagiaan pasangan mereka, meskipun jelas bahwa mereka juga adalah korban dari perilaku tidak sehat pasangan tersebut.

Selain itu, jika ada keterlibatan anak atau komitmen jangka panjang lain, perasaan tanggung jawab terhadap keluarga bisa menjadi alasan tambahan untuk bertahan. Seseorang mungkin merasa bahwa meninggalkan pasangan adalah bentuk kegagalan pribadi atau sosial, terutama jika mereka takut dicap negatif oleh keluarga, teman, atau masyarakat. Mereka juga mungkin merasa khawatir tentang dampak perceraian atau perpisahan terhadap anak-anak atau pihak lain yang terlibat.

5. Harapan Akan Perubahan dan Optimisme Berlebihan

Seseorang yang bertahan dalam hubungan toxic sering kali memiliki harapan berlebihan bahwa pasangan mereka akan berubah. Harapan ini bisa didorong oleh janji-janji kosong dari pasangan atau sekadar optimisme yang muncul dari cinta yang mendalam. Pada titik ini, seseorang mungkin percaya bahwa jika mereka bertahan cukup lama, pasangan mereka akan melihat kesalahan mereka dan berusaha memperbaiki perilaku mereka.

Harapan ini sangat kuat terutama dalam hubungan yang melibatkan pola siklus, di mana setelah setiap konflik besar, pasangan yang toxic mungkin menunjukkan tanda-tanda perbaikan sementara. Seseorang yang bertahan sering kali melihat momen-momen ini sebagai bukti bahwa pasangan mereka sedang berubah, meskipun kenyataannya siklus kekerasan emosional atau fisik cenderung berulang.

Namun, optimisme berlebihan ini sering kali membuat seseorang menunda untuk keluar dari hubungan, meskipun tanda-tanda perubahan sejati tidak ada. Mereka terus memberikan kesempatan, meskipun hubungan tersebut sudah jelas tidak memberikan kebahagiaan atau kesejahteraan jangka panjang.

Mengatasi Hubungan Toxic: Langkah-Langkah untuk Keluar

Untuk bisa keluar dari hubungan toxic, penting untuk menyadari bahwa bertahan dalam hubungan semacam ini tidak hanya merusak kesehatan mental, tetapi juga fisik. Mengutamakan kesejahteraan diri adalah hal yang sangat penting. Bagi sebagian orang, langkah pertama adalah mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional, seperti konselor atau terapis.

Seseorang perlu memahami bahwa mereka berhak mendapatkan hubungan yang sehat dan penuh kasih. Menghadapi kenyataan bahwa pasangan tidak akan berubah, dan melepaskan harapan yang tidak realistis, adalah bagian penting dari proses penyembuhan. Di samping itu, membangun kembali rasa percaya diri dan kemandirian emosional juga menjadi langkah kunci untuk lepas dari ketergantungan pada hubungan yang tidak sehat.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun