Mohon tunggu...
Suhendrik N.A
Suhendrik N.A Mohon Tunggu... Freelancer - Citizen Journalism | Content Writer | Secretary | Pekerja Sosial

Menulis seputar Refleksi | Opini | Puisi | Lifestyle | Filsafat dst...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rasio Manusia dalam Narasi Postmodern

9 Mei 2022   20:15 Diperbarui: 11 Mei 2022   17:24 2039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini saya buat dengan tujuan untuk mendeskripsikan mengenai Rasio Manusia dalam Narasi-narasi Postmodern, dimana kita akan membahas suatu isme yang sedang hangat diperbicarakan dalam beberapa tahun kebelakang ini yaitu Postmodernisme dimana paham ini adalah pemahaman Deskontruksi dari pemahaman-pemahaman sebelumnya, baik melalui narasi-narasi filsafat, maupun diluar filsafat seperti tata kota dan arsitektur, jender, sosial-politik, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan sosial-budaya melalui kacamata Rasio Manusia. 

Untuk memahim lebih mudah Postmoderenisme disini saya mengontraskan Isme ini dengan lawan sejrah dan nuansa berpikirnya yakni modernisme. Mengkontraskan kedua "Isme"tersebut dipandang sangat perlu karena posmodernisme, dalam banyak hal, bisa dikatakan sebagai reaksi dan kritik terhadap moderenisme itu sendiri. 

Dengan demikian kita dapat mengetahui apa yang membuat suatu "Isme" direaksikan (Modernisme) akan membantu kita untuk memahami dengan lebih baik "siapa"atau "apa"yang bereaksi(Postmodernisme). Pengertian Rasio Manusia Rasio adalah kemampuan manusia yang bertumpu pada akal, menolak sesuatu yang tidak masuk dalam perhitungan akali (logika).-Soewardi (1999: 275) mengemukan ilmu rasio atau nomotetika berlandaskan hukum-hukum sebab-akibat (kausalitas). 

Kausalitas adalah keperilakukan jagat raya dan juga keperilakuan manusa. Kausalitas juga bisa disebut sebagai sunnatulllah, ketetepan tuhan sebgaimana telahh dijelmakan di jagat raya. Salah satu ciri atau sifat manusia adalah keingintahuannya terhadap apa yang diperoleh oleh panca indra, terutama indra penglihatan. Oleh karena itu manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, yang memiliki pontensi mengelolah akalnya (Rasio) dalam merumuskan suatu ilmu pengetahuan.. 

Dalam perkembangannya Rasio selalu mendominasi dalam perkembangan pengetahuan sains. Pengetahuan sains merupakan suatu hal yang rasional dan empiris. Sesuatu dapat dikatakan rasional apabila dapat diterima oleh akal pemikiran manusia yang didasari oleh Rasio. Corak berpikir yang dipengaruhi oleh unsur-unsur logis seperti ini didalam filsafatdikenal sebagai rasionalisme. Aliran yang memandang bahwa rasio sebagai suatu potensi akal menjadi sumber ebenaran yang mengatur manusia dan alam. 

Jadi, sesuatu yang masuk akal (logis) dianggap benar dan sesuatu yang diluar dari akal (tidak logis) dianggap tidak benar (salah). Perkembangan ilmu yang didominasi oleh rasio dikenal dalam ilmu di Barat (modern). Ilmu yang memisahkan diri dari rasa (naluri). 

Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Soewandi (1999:257) : " Ilmu barat atau modern hanya mengakui rasio yang menghasilkan ilmu nomotetikal, Ilmu normative dianggap tidak boleh mencampuri ilmu Nomotetikal. Inilah yang oleh Weber disebut etis netral. Bila keduanya itu bercampur (confused), simpulan yang ditarik akan kabur. Ilmu nomotetikal adalah ilmu yang "lugas-formal". 

Pengertian Modernisme Moderenisme ialaha suatu konsep yang berhubungan dengan hubungan manuisa dengan lingkungan sekitarnya pada zaman modern. Konsep modernism ini meliputi banyak bidang ilmu (termasuk seni dan sastra) dab setiap bidang ilmu memiliki perdebatan mengenai apa itu modernism. Walapun demikian, modernism pada umumnya dapat dilihat sebagai reaksi individu ataupu kelompok terhadap dunia modern. 

Moderenisme secara etimologi berasal dari kata modern, muncul dari kata modernus yang memiliki arti sekarang. Merupakan tatacara hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya menutut Hassan Hanafi, tulang punggung Moderenisme ialaha Rasionalisme, kebebasan Demokrasi, Pencerahan/Renesance, dan Humanisme. 

Modernisme merupakan suatu periode yang mengafirmasi keeksistensian manusia, berdasarkan logika yang bersumber pada daya nalar pemikiran, sikap dan cara berpikir yang sesuaikan dengan tuntunn zaman. Mencapai kebenaran pengetahuan dalam kehidupan peradaban modern, sehingga mempengaruhi tingka intelektualan yang paling tinggi. 

Modernisme adalah sebuah kecenderungan berpikir bahwa manusia memiliki kekuatan untuk membuat, meningkatkan dan membentuk kembali lingkungan dengan bantuan ilmu pengetahuan, teknologi dan percobaan praktis. Modernisme sendiri lahir pada abad ke 19 dan awal abad ke 20, paham ini mencakup gerakan reformasi dalam seni, bacaan, musik, arsitektur, dan seni terapam. Gerakan ini juga ditandai dengan usaha pelibatan ilmu pengetahuan dan teknolhi kedalam setiap aspek kehidupan.

Pada intinya, moderenisme meninggalkan oemikiran dan budaya klasik dan menuju oemikran dan budaya yang berdasarkan ilmu pengethuan modern dan rasionalitas. Sebuah dogma yang menjadi nafas desain modern adalah from follow Function yang dilontarkan oleh Luis Sulivan. Symbol terkuat dari kejayaan modernisme adalah mesin yang juga diartikan sebagai masa depan bagi para pengitunya. 

Desain tanpa dekoraso lebih cocok dengan bahasa mesin, sehingga karya-karya tradisi yang bersifan ornamental dan dekoratif dianggap tidak sesuai dengan estetika mesin. Moderenisme adalah suatu periode yang mengafirmasi keeksistensian dan kemungkinan mengetahui kebenaran dengan hanya menggunakan penalaran manusai. 

Oleh karena itu, dalam arti simbolik penalara menggantikan posisi Tuhan, naturalism menggantikan posisi supernatural. Modernisme sebagai pengganti dinyatakan sebagai penemuan ilmiah, otonomi manusia, kemajuan linier, kebenaran mutlak (atau kemungkinan untuk mengetahui). Dan rencana rasional dari social order modernisme dimulai dengan rasa optimis yang tinggi. 

Pengertian Postmodrnisme Postmodernisme secara etimologi berasal dari 3 suku kata yaitu Post, Modern, dan Isme, ketiganya memiliki artinya masing-masing. Kata Post memiliki arti paska atau setelah, Modern itu seperti yang sudah disinggung diatas memiliki arti sekarang, dan terakhir Isme yang memiliki arti suatu paham. Jika kita kaitkan ketiganya berarti dapat kita simpulkan bahwa Postmodernisme memiliki arti suatu paham paska modern.

Postmodernisme ini lahir sebagai pengoreksi dalam paham modernisme itu sendiri, paham ini lahir pada abad ke 20 dari pemikiran dunia yang tentu saja keberadaanya sangan mempengaruhi perkembangan dan kebudayaan manusia. Munculnya Postmodernisme tidak dapat dilepaskan dari modernisme itu sendiri. kata modernisme mengandung makna serba maju. 

Gemerlap, dan progresif. Modernisme selalu menjanjikan pada kita untuk membawa pada perubahan ke dunia yang lebih mapan dimana semua kebutuhan akan dapat terpenuhi, rasionalitas akan membantu kita menghadapi mitos-mitos-mitos dan keyakinan-keyakinan tradisional yang tak berdasar, yang membuat manusia tak berdaya dalam menghadapi dunia ini (Maksum,2014:309). 

Namun demikian, modernisme memiliki sisi gelap yang meyebabkan kehidupan manusia kehilang diorientasi. Apa yang dikatakan oleh Mac Horkheimer, Ardono, dan Herbert Marcuse bahwa penyerah tersebut melahirkan sebuah penindasan dan dominasi disamping juga melahirkan kemajuan. 

Tumbangnya modernisme dan munculnya postmodernisme dapat kita ketahui dari pemikran filsafatnya Soren Kierkrgaard (1813-1855), sebagaimana dikutip oleh Ali Maksum, yang menentang rekonstruksi-rekonstruksi ranional dan masuk akal yang menentukan keabsahan atau kebenaran suatu ilmu. Sesuatu itu dikatakan benar ketika sesuai dengan consensus atau aturan yang berlaku di dunia modern, yaitu rasinal dan objektif. 

Namun tidak dengan Kierkegaarf, di berpendapat bahwa kebenaran itu bersifat subjektif (Ghazali & Effendi, 2009:314). Truth is subjectivity, yang dimana jika diartikan bahwa pentingnya pengalaman yang dialami oleh seorang individu yang dianggapnya relatife. Rasio Manusia dalam Narasi Postmodernisme Seperti yang sudah dijelaskan diatas tadi, bahwa Rasio Manusia memiliki arti akal manusia, Rasio Manusia dianggap mampu menyelami kenyataan factual menemukan hukum-hukum maupu dasar-dasar esensial dan universal dari kenyataan, yang bermuara pada postmodern. 

Postmodernisme merupakan dasar upayah untuk menggambarkan suatu kondisi. Berkaitan dengan fenomena dan budaya intelektual yang berangkat dari pengalaman, pemikiran subjektif, dan teknologi. Termasuk didalamnya situasi dan tata sosial dari produksi teknologi dan informasi, globalisasi, dan fregmentasi gaya hidup. Namun tujuan utamanya ialah sebagai upaya menghargai faktor (tradisi dan spiritual) yang dihilangkan oleh rasionalisme, struktualisme, dan sekuralisme. 

Pemikiran dalam post modernism dihargai berdasarkan perkembangan teknologi dan perkembangan zaman. Artinya, postmodernisme menolak kecenderungan modern yang meletakkan batas-batas antara hal-hal tertentu. Seperti disiplin akademis, budaya, dan kehidupan, filsi, teori, dan realitas.

Dengan demikian postmodernisme cenderung menghapus adanya status. Sejatinya, postmodernisme menyatakan tidak ada kebenaran yang universal, yang valid untuk semua orang. Postmodernisme mempunyai karakteristik fragmentasi (terpecah-pecah menjadi kecil), tidak menentukan dan sebuah ketidakpercayaan terhadap semua hal yang universal. 

Dalam narasi postmodernisme juga tidak hanya menekankan Rasio (akal) akan tetapi juga Rasa (nurani) dalam memaparkan kebenaran, menyeimbangkan pengetahuan ilmiah secara lahiriah dan juga batiniah, atau dapat kita jabarkan bahwa ilmu penegatuan tidak melulu tentang apa yang dapat diliahat, dirasakan, oleh indra semata. 

Akan tetapi dengan Rasa (nurani) jua dalam memahami suatu disiplin ilmu. Tidak hanya ilmu tentang kemanusiaan, sosial, dsb, namun juga ilmu tentang kepercayaan, agama, dsb. Dimana pada masa modernisme berusaha untuk dihapuskan. 

Kesimpulannya ialah Dalam narasi-narasi yang disajikan pada era Postmodern dijelaskan bahwa Postmodernisme ini lahir atas dasar perbaikan dari masa modernisme, dimana pada era itu banyak sekali cabang ilmu pengetahuan yang berusaha dihapuskan lantaran tidak dapatnya dibuktikan secara empirisme melalu panca indra, sedangkan dalam pemahaman postmodernisme tidak hanya mengedepankan ciri memahami suatu ilmu bukan hanya menggunakan Rasio (akal) Manusia, akan tetapi juga menggunakan Rasa (nurani) manusia. Karena keduanya sangat berkaitan dan berdekatan dalam memahami suatu ilmu. Serta Rasio Manusia ini juga tidak lepas dari pengaruh pergerakan dalam masa Modernisme dan Postmodernisme saling berkaitan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun